Tari Saman bisa dicoret UNESCO kalau tidak dirawat di Indonesia

oleh

Saman-sertifikat-okJakarta-LintasGayo.co : Acara penyerahan sertifikat Tari Saman dari UNESCO turut dihadiri Prof. Dr. Arief Rahman yang merupakan Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

“Hari ini kita syukuran. Syukuran berarti kita bersyukur kepada Allah SWT. Caranya bersyukur kepada Allah SWT adalah merawat yang kita miliki. Yang kedua, rawatan itu harus dipromosikan dan dilanjutkan kepada generasi yang akan datang,” kata Prof. Dr. Arief Rahman dalam kata sambutannya di Anjungan Aceh Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Kamis (25/9/2014)

Dijelaskannya, ujung perjuangan dari UNESCO adalah perdamaian. The end of fight of UNESCO is peace. “Perdamaian ini hanya dapat kita capai kalau kita dapat menjaga nilai-nilai yang extraordinary, yang mulai dari nilai kehidupan manusia. We can only preserve if we have what we call outstanding universal value,” sebutnya.

Dalam kesempatan itu, Arief Rahman memberikan penghargaan kepada Sabri, Hari Waliyo, Risman Musa, dan Gaura. “Mereka berempat inilah yang berjuang mati-matian. Tinggal di tanah Gayo. Kurang lebih, satu minggu. Pada waktu itu, menyusun segala sesuatunya sampai oleh UNESCO (Tari Saman) ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tak benda. Saya takut kualat kalau tidak berterimakasih kepada orang-orang yang berjuang,” sebutnya sembari mempersilahkan keempat “pejuang Saman” itu untuk berdiri dan diapplause seluruh peserta yang hadir dalam momen yang bersejarah itu.

Tentu, jelasnya, semuanya dilakukan dengan sistem. Tari Saman ini yang mengusulkan Indonesia. Tapi, suatu saat bisa dicoret dari warisan dunia tak benda kalau tak dirawat oleh teman-teman di Indonesia. “Inilah yang sedang kita kerjakan. Beberapa hal yang sangat penting, seperti warisan budaya tak benda Subak. Itu harus kita perhatikan supaya terjaga dengan baik,” tegasnya.

UNESCO di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ungkapnya, jadi vocal point untuk program UNESCO yang memiliki program unggulan diantaranya adalah intangible and tangible cultural heritage. Lalu, ada lagi geopart. Geologi Indonesia ini unik dan yang sudah diakui UNESCO adalah Gunung Batur yang ada di Bali. “Dan sekarang, hari ini, tepatnya bukan jam kita, sedang ada perjuangan di Canada supaya ada dua tempat yang diakui UNESCO yaitu Merangin Jambi dan Gunung Sewu. Kita doakan. Mudah-mudahan, dua-duanya goal,” katanya optimistis.

Kemudian, sambungnya lagi, ada man sphere, human in science, lalu ada lagi yang menakjubkan yang disebut memory of the world (koleksi tulisan dunia). Yang sudah didapatkan (pengakuan dari UNESCO), yaitu La Galigo yang diperjuangkan Pak Mukhlis Paeni. Juga, Babad Diponegoro. Pejuangnya adalah Bapak Wardiman. Memory of the world ini sedang dikembangkan sebagai beberapa unggulan prestasi Indonesia yang harus dijaga dan dirawat

The Enabler of Sustainable Development
“Saya  sebetulnya mengharapkan secara pribadi dan juga sebagai Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO yang ketuanya adalah Bapak Muhammad Nuh (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan). Beliau mengirim salam. Salam kepada semua yang hadir. Alhamdulillah, kita dapat hadir di sini. Mari kita jadikan,” sebutnya.

Jangan penghulu yang jadi ekonomi pembangunan. Tetapi, kebudayaan yang harus jadi penghulu pembangunan. Supaya ekonomi itu berkembang, tapi berbudaya. Jangan ekonomi itu berkembang, tapi liar. Jangan politik itu berkembang, tetapi juga tak tahu tata krama. Jangan pendidikan itu berkembang, hanya memandaikan akal,” sebutnya dengan penuh semangat.

“Tetapi, marilah kita simak dari Gayo Lues, yang mempunyai hubungan kuat dengan Allah SWT, mempunyai media komunikasi yang luar biasa dengan manusia, dan hubungan dengan alam semesta. Ini yang disebut oleh UNESCO dengan culture is the enabler of sustainable development. Kebudayaan adalah pendorong, penghulu, pencerah, dan pengarah pembangunan yang kerkelanjutan.  Mudah-mudahan, dunia ini tetap damai dan kita semuanya damai di dalamnya,” tandasnya.

Prosesi penyerahan sertifikat ini dihadiri Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia bidang Kebudayaan Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch.,Ph.D, Kementerian Luar Negeri, Deputi V Menko Kesra, Direktur UNESO Hubert Gibson, Badan Arsip Nasional, Mantan Menteri BUMN Dr. Ir. Mustafa Abu Bakar, Direktur Operasional TMII Ade F. Meyliala, Mantan Gubernur Aceh Prof. DR. Syamsuddin Mahmud, Gubernur Aceh dr. Zaini Abdullah,  Kepala Bappeda Aceh Prof. DR. Ir. Abu Bakar Karim, M.S., Mantan Wagup Aceh Muhammad Nazar, S.Ag, Bupati Gayo Lues Ibnu Hasim, S.Sos.,M.M., Bupati Aceh Tengah Ir. H. Nasaruddin, M.M. pelbagai tokoh, dan peserta Pameran Perjalanan Warisan Budaya Dunia. (Yusradi Usman al-Gayoni)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.