Kajian singkat Psikolog Bener Meriah untuk penyanyi Maya

oleh
Ismi Niara Bina,M.Psi,Psikolog

Oleh: Ismi Niara Bina,M.Psi, Psikolog

Ismi Niara Bina,M.Psi,Psikolog
Ismi Niara Bina,M.Psi,Psikolog

SETIAP manusia yang dilahirkan hal melekat padanya adalah bakat dan potensi. Bakat dan potensi yang baik, akan turun melalui lingkungannya, karena dalam perjalanannya, potensi tergantung dari arahan dan pengasuhan. Bila terasah dengan baik, maka akan lahir bakat yang baik pula.

Perjalanan hidup seorang Maya adalah perjalanan fenomenal. Dia adalah penyanyi dan pencipta lagu dari tanah Gayo yang dibesarkan dalam kondisi serba kurang secara ekonomi, namun tetap “indah” karena hangatnya pelukan “Ibu” yang senantiasa mendendangkan lagu buatnya setiap malam, hingga akhirnya menjadikan Maya memilih profesi bernyanyi.

Untuk menjadi “sesuatu”, juga tidak ada yang instan, semua harus dengan proses. Sebelum menjadi penyanyi seperti yang kita kenal saat ini, Maya rupanya telah melewati berbagai kesulitan dan tempaan hidup. Termasuk menjadi korban kekerasan seksual, kekerasan rumah tangga hingga kemudian “terpaksa” harus menikah dengan laki-laki yang memperkosanya.

Sulit memang punya pendamping hidup yang kerap bertindak kasar, sehingga memaksa Maya harus “mencari” perlindungan hidup bersama suami lainnya. Maya gagal membina rumah tangga, dia menikah lebih dari satu kali.

Wajar apabila seorang kemudian merasa ada yang hilang dalam dirinya, akibat trauma masa remaja ketika dia harus tunduk kepada suami sendiri yang notabene juga seorang yang telah  menlenyapkan masa remaja yang indah. Perasaan trauma kemudian yang menyebabkan Maya kehilangan rasa aman dan memilih untuk sendiri sebagai upaya perlindungan diri.

Namun begitu, melihat dan mengenal secara lebih dalam, Maya adalah sosok yang punya potensi istimewa yang tidak dimiliki oleh setiap orang, yaitu kemampuannya mengungkapkan berbagai emosi lewat karya seni berupa lagu. Baik kesedihan, kemarahan, kekecewaan, keputusasaan bahkan kebahagiaan dan harapannya yang ia tuangkan dengan sangat apik lewat lagu.

Baca: Curhat Maya tentang rumah terpal, trauma, dan lagu “Uwin Bayakku”

Kemampuan untuk mengungkapkan apa yang kita rasakan secara langsung maupun tidak langsung merupakan langkah awal yang sangat baik untuk melepaskan diri dari kungkungan masalah dan perasaan tidak nyaman.
Karena dengan mengungkapkan berarti kita sudah mengetahui apa yang menjadi permasalahan kita dan selanjutnya kita bisa mulai menentukan alternatif penyelesaiannya.

Tentu saja itu setiap orang cara masing-masing untuk melepaskan emosi. Maya adalah salah satu orang yang beruntung, ia menemukan cara yang tepat untuk katarsis atau pelepasan emosi, melalui seni. Katarsis ini sangat penting untuk menenangkan, membuat seseorang mampu kembali berfikir jernih serta sebagai upaya untuk mengendalikan sikap dan perilaku. Karena saat diliputi emosi tinggi seringkali orang akan bersikap impulsif. Untuk itu katarsis positif sangat diperlukan.

Sudah pasti, penyelesaian permasalahan tidak sampai ditahap katarsis saja. Dia harus diikuti oleh langkah-langkah konkrit selanjutnya. Namun sekali lagi, katarsis yang positif sangatlah penting. Menciptakan serta menyanyikan lagu hasil gubahan sendiri bisa menjadi media yang sangat efektif bagi Maya untuk secara perlahan-lahan melepaskan diri dari perasaan tidak nyaman (insecure) yang ia rasakan terutama berkaitan dengan laki-laki.

Pengalaman tidak menyenangkan yang pernah dialami jika disikapi dengan lebih bijak justru akan menjadi pelajaran dan rambu-rambu yang sangat berharga bagi kehidupan selanjutnya. Tidak ada yang abadi, untuk itulah kita dianugerahi kemampuan untuk bermimpi agar setiap kehilangan tidak menjadikan kita berhenti mengejar apa yang kita yakini ada didepan sana, meskipun masih sebatas impian dan harapan.

Hidup bahagia bukan impian, tapi pilihan. Kita bisa bahagia dengan apapun yang kita miliki saat ini, meskipun tidak sesempurna milik orang lain. Kedepankan sikap optimis, manusia dilahirkan untuk menjadi berguna. Jika saat ini kita merasa belum menjadi apapun mungkin kita sedang dalam proses, sedang dalam perjalanan menuju sesuatu yang kita inginkan. Impian dan harapan akan menjadi penunjuk jalan yang baik, sikap optimistis akan menjadi penerang . Pengalaman dan masa lalu adalah rambu-rambunya.[]

Penulis adalah Mantan Duta Wisata Bener Meriah dan Dosen di Banda Aceh

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.