Kassah Hakim berkisah sejarah kopi dan semasa orang Gayo “super”

oleh

Kassah HakimKASSAH Hakim bukan hanya membuktikan kebesaran orang “Gayo” melalui benda peninggalan sejarah,tetapi dia juga salah seorang yang mencatat Gayo, baik tentang kopi dan tentang periodesasi orang Gayo terbilang super. Menurutnya, di daerah Aceh orang Gayo sudah modren terlebih dahulu, bahkan yang membuat daerah Aceh lebih terkenal adalah orang-orang Gayo. “Memasuki periode 80-an, orang Gayo betul-betul super,” kata Kassah Hakim kepada LintasGayo.co di Banda Aceh, beberapa waktu lalu.

Kata Kassah, di masa itulah orang Gayo  paling ulet, gigih, dan berdedikasi. Sehingga agresi militer tahun 1949 banyak orang Gayo dikirim Presiden Soekarno ke luar negeri untuk menimba ilmu. pada masa itu beberapa orang Gayo yang ditugaskan ke luar negeri antara lain Permadi Lyosta yang menekuni seni lukis dikirim ke Eropa timur tahun 1961-1967-an dan sekarang karya lukisannya terpajang di Museum Salvador Dali, Madrid Spanyol.

Lalu Chairul Bahri, pelukis yang dikirim ke Itali bersama pelukis Affandy 1962-1966, semasa Italy dipimpin Presiden Boris Totti. Lukisan Chairul Bahri masuk Bienale 15 besar dunia di Italy. Dia juga pendiri Sekolah Tinggi Seni Surakarta, dan tercatat sebagai direktur seni pertama di Indonesia. Chairul piawai memainkan biola, sehingga diangkat menjadi guru biola pertama di kampus tersebut. Pada tahun 1973 dia ditunjuk oleh Ibu Negara Tien Soeharto untuk membuat relief kepulauan Nusantara di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). terakhir dia tercatat sebagai sosok yang membuah logo pemerintahan Aceh “Pancacita”.

Juski Hakim, pelukis Gayo yang dikirim oleh Soekarno ke Pyongyong Korea Selatan untuk menekuni saint dan lukisan pada tahun 1952-1956.

Daud Hakim, adalah ahli pembuat atom dan ahli kimia yang dikirim Soekarno ke Russia pada tahun 1957 dan sampai sekarang tidak kembali ke kampung halaman Gayo karena tidak diizinkan oleh pemerintah Zecko, dan sekarang menetap di Praha bersama istri asal Moscow beserta dua orang anak David Hakim dan Dalibor Hakim.

Memasuki periode 1990-an orang Gayo mengalami kemunduran, karena mulai bias dalam dari adat dan budaya. “Itu lantaran pengaruh perantau yang kembali ke Gayo dengan membawa budaya kota,” jelas Kassah Hakim.

Kassah Hakim menjabarkan apabila pengaruh kota telah meninggalkan kebiasaan adat dan kebiasaan orang Gayo, seperti membagi cerita tentang gaya hidup kota.

Kopi Gayo
Sementara soal kopi Gayo dalam catatan Kassah Hakim menyebutkan, kopi Gayo sudah terkenal sejak 1899 hingga ke Eropa. Namun sekarang kalau bicara kopi Gayo maka identik dengan “Aman Kuba” karena  dieropa nama Aman Kuba adalah trade mark Kopi Gayo.

“Mesin kopi pertama dibawa Belanda pada tahun 1899, dan dijalankan oleh Aman Kuba,” jelas Kassah Hakim.

Karena Aman Kuba adalah simbol kopi Gayo maka oleh Belanda memberi pengakuan dengan memberikan toko di Kotaradja, dan tentu termasuk beberapa saudagar kakao dan rempah-rempah dari daerah lainnya mendapat pengakuan Belanda dan diberikan toko di Pasar Aceh Sekarang.

“Dan kita harus mendorong pemerintah agar simbol-simbol toko tersebut tidak boleh dihilangkan karena faktor historis,” demikian ujar Kassah Hakim. (tarina)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.