Tujuh faktor membuat masyarakat Gayo melupakan budayanya

oleh

buku saer (Custom)Takengon-LintasGayo.co : Tatanan nilai masyarakat Gayo terus bergeser. Akibatnya, laku, moral, dan etika dalam pergaulan sehari-hari ikut beubah.

“Paling tidak, ada tujuh faktor yang menjadikan masyarakat Gayo melupakan budayanya sendiri,” tulis Kurnia Jamil, M.Pd.I, Dosen STAIN Gajah Putih yang memberikan pengantar buku penulis muda Gayo Radensyah “Syaer Gayo Peri Mestike,” di Takengon, Rabu (14/5/2014).

Pertama, rincinya, perubahan struktur masyarakat karena tuntutan perkembangan zaman dan penggunaan teknologi. “Masyarakat kita belum siap. Mau tidak mau, kita dihadapkan kepada arus budaya luar yang instan,” sebutnya.

Kedua, terangnya, masyarakat Gayo lebih konsumtif terhadap hal-hal baru. Ketiga, kurangnya filter dalam menangkal budaya luar masuk. Keempat, ditinggalkannya bahasa Gayo. Kelima, kurangnya transmisi kegayoan kepada generasi muda. Keenam, adanya anggapan bahwa budaya Gayo “kuno.” Ketujuh, kurangnya penghargaan terhadap budaya Gayo.

“Kita apresiasi kehadiran buku ini. Ini kerja riil dalam menyelamatkan Gayo. Teruslah berkarya. Selamat sekali lagi,” kata Jamil kepada mahasiswanya itu. (Yus)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.