Takengon-LintasGayo.co : Seorang sopir sewaan salah seorang calon anggota DPR Aceh yang maju dari Daerah Pemilihan 4 (kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah), Boby M menyatakan terkejut dan prihatin dengan apa yang ditemuinya selama berhari-hari mengelilingi pelosok di 2 kabupaten penghasil kopi tersebut.
“Orientasi pemilih di sejumlah kampung yang saya kunjungi di Aceh Tengah dan Bener Meriah adalah uang. Mereka akan pilih caleg yang berikan uang atau benda lain. Ini rupanya sudah jadi rahasia umum,” ujar Boby M yang juga mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi jurusan Sosial Politik di Banda Aceh kepada LintasGayo.co, Sabtu sore 15 Maret 2014.
Pemilih seperti dendam terhadap Caleg khususnya DPRK. Kata Boby. “Mereka bilang, para caleg hanya perlu dengan mereka saat pencoblosan saja, hari lain dalam setahun caleg terpilih tidak peduli. Jadi mereka ambil kesempatan, ada uang ada coblos,” ujar Boby yang tujuannya bekerja sebagai sopir caleg DPRA untuk kepentingan pendidikannya.
Ditanya berapa kisaran uang yang diminta warga itu, Boby menjawab kisarannya antara Rp.100 ribu hingga Rp.500 ribu per pemilih.
“Amatan saya, pemilih dalam satu kampung sepertinya sudah kompak, jika kita tanya dibeberapa sudut dalam satu kampung, jawaban mereka sama tentang uang sebagai persyaratan mencoblos kepada salahsatu caleg,” tandas Boby M.
Terkait praktik money politic ini, seperti dilansir acehterkini.com, ketua Bawaslu Aceh, Asqalani menyatakan Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah merupakan 2 dari 4 kabupaten terawan di Aceh terjadinya praktik money politic. Dua kabupaten lainnya, kabupaten Aceh Tenggara dan Aceh Tamiang juga masuk dalam kategori terawan tersebut.
“Pengalaman Pemilu 2009, ada temuan kecurangan di Aceh Tenggara, Aceh Tamiang, Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah rawan terjadinya politik uang dan jual beli suara,” ujar Asqalani, Sabtu 15 Maret 2014. (Kha A Zaghlul)