
Kutacane-LintasGayo.co : Erupsi gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatra Utara hingga saat ini masih terus berlangsung. Akibat bencana tersebut pemukiman penduduk disekitar gunung merapi, meliputi wilayah Tanah Karo, Brastagi yang dikenal sebagai penghasil sayur-mayur dan buah-buahan ini mengalami kerugian besar.
Hampir semua hamparan areal perkebunan di Tanah Karo yang sebelum erupsi terjadi merupakan hamparan hijau dengan tanaman holtikultura, namun saat ini berubah menjadi hamparan kekeringan dan gersang oleh terjangan debu vulkanik awan panas gunung Sinabung.
Bagi daerah Aceh bencana erupsi tersebut tidak terlalu berdampak pada kerusakan alam. Dalam jumlah kecil debu vulkanik sampai juga di wilayah Kabupaten Aceh Tenggara, tepatnya di daerah perbatasan antara Kutacane dan Tanah Karo, di Desa Pintu Alas Kecamatan Bakbul Makmur, Kabupaten Aceh Tenggara. (Senin, 13 Jan 2013)
Seorang warga Desa Pintu Alas, Eka mengatakan, tidak ada masyarakatnya yang mengalami kerugian secara langsung walau debu gunung Sinabung dalam jumlah kecil sampai juga ke desa mereka. Namun harga sayur-sayuran di tempatnya merangkak naik.
“Sudah dua minggu ini harga sayuran seperti Tomat, Cabai dan Beras juga naik”, ujar Eka yang kesehariannya berjualan buah di Pintu Alas, Kotacane.
Harga Tomat sebelumnya sekitar Rp.7.000 per/kg, namun sekarang sudah Rp.20.000 per/kg. Cabai dari sebelumnya Rp 12.000-15.000 saat ini menjadi Rp.40.000-50.000 per/kg. Tak terkecuali harga beras dari Rp.13.000-14.000 saat ini menjadi Rp.15.000-16.000 di Kabupaten Aceh Tenggara.
Dari pantauan media ini saat melintas jalan Tanah Karo, Brastagi dari Kutacane menuju Sumatra Utara, kerusakan alam akibat debu erupsi Sinabung sangat jelas. Jalan lintas di Tanah Karo penuh debu.
Sebagaimana diketahui bahwa wilayah Tanah Karo disekitar gunung Sinabung dan Brastagi merupakan sentra penghasil sayur-sayuran utama bagi wilayah Sumatera Utara terutama Medan sebagai ibukotanya.
Tak terkecuali Banda Aceh yang juga banyak memasok sayur-sayuran dari Tanah Karo. Namun akibat bencana yang terjadi jumlah produksi sayur-sayuran dari daerah itu menurun drastis sehingga berakibat harga sayur-sayuran melambung naik.
Dapat dipastikan harga sayur-sayuran kedepan ini memiliki prospek cerah bagi para petani terutama petani yang ada di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah. Kedua daerah ini memiliki peluang besar mengantikan kedudukan daerah Tanah Karo dan Brastagi untuk sementara waktu sebagai pemasok sayur-sayuran ke Medan Sumatera Utara dan juga Banda Aceh.
Bila kondisi ini dapat dipahami oleh para petani di Dataran Tinggi Gayo khususnya maka dipastikan untuk sementara waktu ini peluang harga jual sayur-sayuran itu melambung tinggi di Sumatra Utara dan Banda Aceh. (Idrus Saputra)