
Jakarta-LintasGayo.co : Mengamati perkembangan event pacuan kuda Gayo dari tahun ke tahun dari perantauan terlebih saat menyaksikan film dokumenter yang ditayangkan di TV One, Sabtu sore 7 Desember 2013, sosok pebisnis kain batik Kerawang Gayo di Jakarta, Yuli Wahid mengaku bangga sekaligus mendapat malu setelah menerima pesan singkat melalui sms dan bbm dari rekan-rekannya.
“Dunia makin modern, makin banyak orang pintar di Gayo, masa iya penyelenggaraan event pacu kuda Gayo ari zemen Ketumer begitu-begitu saja,” kata Yuli Wahid kepada LintasGayo.co beberapa saat setelah tayangan di TV one dia saksikan. Zemen Ketumer adalah salah satu istilah dalam bahasa Gayo bermakna zaman dahulu.
Dia meminta penyelenggaraan pacuan kuda kedepan mesti ditingkatkan kualitasnya, terutama terkait pengamanan keselamatan para Joki saat memacu kuda di line pacuan.
“Keselamatan para joki mesti diutamakan. Ini event terbesar di Gayo yang mendatangkan wisatawan untuk berkunjung. Kemana kacamata pemerintah setempat,” ujar mantan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka Merah Putih di Istana Negara beberapa tahun silam ini.
Dia juga mengkritisi tidak profesionalnya pengelolaan lapangan maupun event pacuan kuda Gayo tersebut.
“Kuda-kuda yang dipacu kualitasnya makin bagus karena perhatian pemerintah setempat, namun keselamatan manusianya justru diabaikan. Kedepan semua tim panitia khususnya tim medis, tim pengaman dan tim teknis pacuan kuda mesti lebih profesional menjalankan tugasnya,” kata Yuli Wahid.
Dia juga menimpali promosi event tersebut mesti dilakukan jauh-jauh hari agar calon wisatawan tau dan membuat perencanaan untuk datang ke Gayo. (d’aKa)