dari Masjid Rehab/Rekon itu Dimulai

oleh
warga shalat Dzuhur di masjid darurat di Cekal, Timang Gajah, Bener Meriah.(LGco - a.ZaiZa)

Gempa Gayo (bagian 20)

Catatan: Aman ZaiZa

warga shalat Dzuhur di masjid darurat di Cekal, Timang Gajah, Bener Meriah.(LGco - a.ZaiZa)
warga shalat Dzuhur di masjid darurat di Cekal, Timang Gajah, Bener Meriah.(LGco – a.ZaiZa)

MASJID merupakan sesuatu yang sakral bagi masyarakat Aceh, termasuk masyarakat Gayo. Bahkan marwah sebuah kampung atau daerah dilihat dari masjid. Satu kampung trasanya malu bahkan hina bila tidak memiliki masjid.

Peranan masjid bagi masyarakat Gayo tidak hanya sebatas tempat beribadah semata, namun masjid juga bisa sebagai tempat pelayanan sosial seperti posyandu, menuntut ilmu, sebagai pusat dakwah dan kebudayaan Islam.

Dr.H.Muchlis Bahar, Lc. M,Ag dalam http://radiosilaturahim.com  penah menulis, bahwa sejarah setelah Nabi Muhammad s.a.w. hijrah dari Mekah ke Madinah, maka yang pertama dilakukan nabi adalah membangun masjid Quba dan di masjid inilah didirikan shalat Jum’at pertama dalam Islam.

Beberapa lama kemudian dibangun pula masjid Nabawi. Bangunan pisik masjid di zaman itu masih sangat sederhana, lantainya tanah, dinding dan atapnya pelepah kurma. Namun, masjid itu memainkan peranan yang sangat siknifikan dan menjalankan multi fungsi dalam pembinaan umat. Masjid saat itu memainkan peranan yang sangat luas.

Masjid berfungsi sebagai tempat beribadat, seperti shalat dan zikir, sebagai tempat pendidikan, tempat pemberian santunan sosial, tempat latihan militer dan persiapan perang, tempat pengobatan para korban perang, tempat mendamaikan dan menyelesaikan sengketa, tempat menerima utusan delegasi/tamu, sebagai pusat penerangan dan pembelaan agama.

Dari pembinaan yang dilakukan Rasulullah di masjid itu lahirlah tokoh-tokoh yang berjasa dalam pengembangan Islam ke seantero dunia, seperti Abu Bakar  shiddiq, Umar bin al-Khatab, Usman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib.

Apakah berlatar belakang yang tersebut di atas atau tidak, tanda-tanda dimulainya rehabilitasi dan rekonstruksi (rehab/rekon) Gayo pascagempa, juga terlihat dari masjid, yakni ketika Pemkab Aceh Tengah dan Bener Meriah menerima bantuan semen dari PT Semen Padang (Semn Indonesia Group) di sebuah hotel berbintang di Banda Aceh.

Dimana kedua kepala daerah yakni Bupati Aceh Tengah Ir Nasaruddin dan Wakil Bupati Bener Meriah Rusli M Saleh sepakat dalam waktu singkat menyatakan bantuan semen itu akan disalurkan untuk bantuan membangun masjid.

Semangat membangun kembali Gayo ini juga semakin terlihat dari adanya bantuan Rp1,2 miliar dari hasil sumbangan para PNS di jajaran Pemprov Aceh juga disalurkan untuk membangun masjid yakni 2 masjid di Aceh Tengah dan satu masjid lagi di Kabupaten Bener Meriah.

“Di Aceh Tengah, disetiap kampung ada masjid, rasanya malu bila satu kampung tak ada masjid,” ujar Bupati Nasaruddin saat pembangunan kembali masjid di Kampung Dedingin, Kecamatan Bebesen yang bersumber dari dana bantuan Rp1,2 miliar hasil sumbangan para PNS dijajaran Pemprov Aceh.

Semangat yang diperlihatkan jajaran pemerintahan ini juga sudah terlihat jauh sebelumnya. Dimana masyarakat Gayo pascagempa, yang pertama sekali dibangun yakni masjid atau mersah (meunasah) meskipun dalam keadaan darurat. Ini menunjukan, bahwa secara sadar atau tidak, kedekatan dengan Allah sang pencita merupakan yang sangat utama dalam menghadapi dan menjali kehidupan pascagempa.

Saat ini, rencana rehab/rekon itu semakin di depan mata. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (PNPB) yang mendapat mandat dari pemerintah pusat untuk melaksanakan rehab/rekon sudah memulai tahapan rehab/rekon tersebut sampai dengan perekrutan fasilitator dan memberinya pembekalan untuk nantinya bertugas dalam rehab/rekon tersebut.

Kita sangat berharap, semangat dari masjid ini dapat bisa mengatasi secara cepat dampak gempa berkekuatan 6,2 skala Richter (SR) yang mengguncang Bener Meriah, Aceh Tengah, dan sejumlah kabupaten dan kota lainnya di Aceh pada Selasa, 2 Juli 2013 lalu.

Ini berarti pula, rehab/rekon gempa yang menurut pakar gempa Gayo ini bukan merupakan gempa vulkanik, melainkan jenis gempa tektonik yang letaknya berada di jalur lintasan sesar lokal.

Prof Kimata dari Universitas Nagoya, Jepang mengatakan, gempa di Patahan Sumatera seharusnya tidak terlalu besar atau tidak lebih dari 6 SR. Di Jepang, gempa dengan kekuatan 6,2 SR jarang merusak banyak bangunan.

“Tapi di sini bangunan tidak kokoh, kualitasnya buruk, sehingga banyak yang rusak. Ke depan, kualitasnya perlu ditingkatkan,” ujar Prof Kimata.(http://www.tribunnews.com/regional/2013/07/03)

Pesan Prof Kimata ini harus menjadi perhatian serius dari para pelaksana rehab/rekon. Dimana kualitas bangunan yang nantinya dibangun baik rumah ibadah (masjid) rumah warga, rumah sekolah dan fasilitas kesehatan baik puskesman, pustu serta sarana umum lainnya harus bisa lebih baik secara kwalitas dari bangunan sebelumnya.

Jangan ada upaya dari pelaksana rehab/rekon ataupuh pihak ketiga nantinya (para konstraktor) untuk mencari keuntungan dari penderitaan masyarakat, sehingga dengan mengejar keuntungan, maka bangunan yang dikerjakan tidak berkualitas.

Jika ini terjadi, maka nyawa akan menjadi taruhan. Pasalnya, jika itu bangunan umum atau sarana pendidikan, jika kembali terjadi gempa kembali, bukan tidak mungkin akan menelan korban jiwa.

Untuk itu, peran masyarakat sangat besar disini, dalam mengawasi pelaksanaan rehab/rekon ini. Tentunya masyarakat juga harus mendapat dukungan penuh dari kalangan insane pers, aktivis LSM dan lembanga lainnya dalam mengawasi rehab/rekon.

Pastikan, jangan sampai para pelaksana rehab/rekon mengorbankan masyarakat kita hanya karena mereka mencari keuntungan. Dan bagi para pelaksana termasuk pihak ketiga, kita tak mau melihat anda mendekam di sel prodeo karena berlaku curang dalam pelaksanaan rehab/rekon.!!

***

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.