
Jakarta-LintasGayo.co : Tidak mau kalah dengan syair-syair sejarah yang akan didenkankan oleh Kelop Bujang Kemara dari Kampung Kung Pegasing, Kelop Teruna Jaya dari Kampung Toweren Lut Tawar juga akan membawakan Didong tentang sejarah heroisme putra Gayo melawan Agresi Belanda di Medan Area.
Hal tersebut dinyatakan oleh Kabri Wali dari Kelop Teruna Jaya di Jakarta. Melalui sambungan telfon selulernya kepada LintasGayo.co Kamis, 24/10 Ceh Kucak Kabri Wali, mengatakan akan mengisahkan heroisme dan perjuangan Tgk. H. Ilyas Leube melawan Belanda dalam dua agresinya di Medan Area.
Kabri Wali mengaku syair ini khusus dipersiapkan untuk pementasan di gedung Nusantara Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) pada Jumat malam Sabtu besok.
“Ini untuk menandingi syair Didong Sejarah Kelop Kemara Bujang yang akan membawakan sejumlah denang (lagu) Didong tentang sejarah perjuangan rakyat Gayo”, kata mantan aktor cilik “Anak Seribu Pulau” ini sembari menyebut laman media ini yang telah memuat berita Kelop Kemara Bujang pada edisi Rabu, 22/10 (https://lintasgayo.co/2013/10/23/klop-kemara-akan-dendangkan-sejarah-pasukan-bagura-di-gedung-mpr-ri).
Pertandingan Didong Jalu semalam suntuk di Gedung Nusantara Lembaga Tertinggi Negara, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) malam Sabtu nanti tampaknya akan berlangsung seru. Karena antara Kelop Kemara Bujang asal kampung Kung Pegasing dan Kelop Teruna Jaya asal Kampung Toweren Aceh Tengah, akan saling beradu kekuatan syair tentang sejarah perjuangan rakyat Gayo dalam mempertahankan kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
Untuk mengantisipasi syair-syair denang lainnya dari pihak lawan, Kabri Wali mengaku telah mempersiapkan sejumlah lagu-lagu andalan Teruna Jaya. Di antaranya adalah kisah perjuangan Panglime Aman Dimot yang tergabung dalam pasukan Bagura (Barisan Gurilya Rakyat), kisah tenggelamnya kapal Tambora dan kisah hidup Ceh Sahaq.
“Selain itu kita juga telah siapkan karangan tentang peristiwa dan penderitaan masyarakat Gayo akibat gempa, tentang kopi Gayo yang bercita rasa tinggi serta uraian bersajak tentang Undang-Undang Dasar (UUD) 1945), jelas Kabri Wali.
Sementara itu salah seorang pelaku media dan pencinta seni Gayo Rahmad Sanjaya ketika di temui LintasGayo.co di Banda Aceh mengatakan apresiasinya terhadap sportifitas kedua kelop Didong dalam beradu kekuatan syair.
“Ini penting dan merupakan sejarah seni Gayo yang perlu dicatat”, katanya singkat.
“Bukan saja dari segi sportifitas seni, tetapi juga dari segi aktualisasi kepingan sejarah Gayo yang di dendangkan. Terlebih hal tersebut dilakukan di lembaga pembuat hukum di negeri ini” , kata Rahmad Sanjaya Aman Shultan sembari menjelaskan panjang lebar tentang peranan masyarakat Gayo dalam mempertahankan kemerdekaan RI pra dan pasca Proklamasi 1945.
Pementasan Didong Jalu semalam suntuk di Gedung MPR-RI Senayan Jakarta adalah merupakan serangkaian acara promosi, pameran dan diskusi tentang kopi Gayo, pementasan seni Gayo, Musikaalisasi Puisi Kopi, Baca Puisi kopi dan peluncuran Buku Antologi Penyair 6 negara (Indonesia, Thailand, Russia, Malaysia, Thaiwan, Denmark) “Puisi Secangkir Kopi” terbitan The Gayo Institute (TGI). [AI].