Semoga PKA Bukan Pertunjukan 10 Hari Saja

oleh

Supri AriuBanda Aceh – LintasGayo.co  : Event seni dan budaya terbesar di Provinsi Aceh yakni Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) menjadi acara yang selalu dirindukan masyarakat Aceh. Kenapa tidak, dalam 10 hari penuh itu seluruh kekayaan asal Aceh baik bidang industri, seni dan budaya, SDA, dan lain-lain  dari seluruh Kabupaten di Aceh dipamerkan secara besar-besaran dengan kemasan yang menarik dan unik.

Begitu juga dengan acara seni tari dalam acara yang digelar 4 tahun sekali itu, seluruh penari-penari terbaik di Aceh berkumpul untuk memberikan hiburan terbaik untuk para pengunjung yang datang dari berbagai daerah baik lokal, luar bahkan luar negeri.

Terkait hal itu, Supri Ariu Ketua Sanggar Budaya Seribu Bukit (SBSB) Banda Aceh mengatakan, semoga pagelaran PKA ini bukan hanya sekedar menjadi sebuah pertunjukan 10 hari saja,”Semoga PKA ini bukan hanya sebagai pertunjukan 10 hari saja, semoga kerinduan 4 tahun menunggu PKA bukan hanya untuk menonton, tertawa, belanja dan pulang saja,” tegas Supri Ariu Mahasiswa Pendidikan Geografi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) ini kepada LintasGayo.co, Sabtu (21/09/2013) pagi.

Pantasnya, kata Supri panggilan akrab putra asal Kampung Uring, Pining, Gayo Lues ini PKA menjadi salah satu media edukasi tentang seni terutama di Aceh khususnya untukpara anak-anak muda Aceh.

Selama ini tanpa kita pungkiri, banyak tarian di Aceh yang saling membunuh atau terbunuh. Mislanya, akbiat satu tarian yang sudah menjadi favorit Dunia, akhirnya banyak dari pekerja seni yang menyatakan tarian lainnya dengan nama yang sama.

“Sudahlah, Saman biarkan sudah seperti itu, tinggal kita lestarikan saja, mari kita besarkan tari yang lain,” ajak Supri.

“Tidak perlu mengatasnamakan semua tarian duduk itu dengan nama Saman, mereka juga punya sejarah tersendiri, kasihan Tokoh Seniman yang sudah memperjuangkan tarian itu,” kata Supri lagi.

Atas permasalahan tersebut, lanjut Supri,  PKA harus menjadi salah satu cara terbaik dalam mencerdaskan masyarakat khususnya para pemuda dan pemudi Aceh. Sehingga pembodohan tentang seni dan budaya sendiri yang kerap terjadi di Negeri Rencong ini bisa dicegah.

“Mari, jadikan PKA ini menjadi sebuah pagelaran yang menghibur dan mendidik. Semoga dengan PKA ini, jangan lagi kita awam dengan budaya milik kita sendiri, malu,” ketus Supri. (Boby Mulya)

 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.