Ini Catatan Paskibraka 1988 dari Gayo

oleh

Siti Hajar, S.Pd*

 

Siti Hajar bersama Menteri Agama RI Surya Darma Ali. (Foto. Ist)
Siti Hajar bersama Menteri Agama RI Surya Darma Ali. (Foto. Ist)

WAKTU itu sekitar bulan April 1988, saya ditunjuk oleh guru Sekolah Pendidikan Guru Negeri (SPGN) Takengon untuk mengikuti seleksi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibra) mewakili Kecamatan Kota (Kecamatan Lut Tawar saat ini) Aceh Tengah. Dari seleksi ini terpilihlah dua orang siswa satu putra dan satu putri yaitu Iradhat Syah Muda dan Siti Hajar.

Seletelah lulus seleksi ini kemudian kami maju mengikuti tahapan seleksi berikutnya ditingkat provinsi selama satu minggu. Di sini kami di gojlok beberapa materi terutama Pelajaran Baris Berbaris (PBB) juga pengetahuan umum, dan yang tidak kalah penting adalah materi psikoligi dan kepribadian.

Saat seleksi ini benar-benar sangat melelahkan, disamping berbagai agenda yang harus diikuti juga jadwal latihan yang sangat padat. Mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali seluruh peserta seleksi dari seluruh kabupaten kota yang ada di Aceh selalu dalam pengawasan tim penilai.

Pagi setelah shalat subuh langsung senam pagi, kemudian sarapan dan sekitar jam delapan mulai latihan inti yaitu latihan di lapangan sampai siang. Kegiatan yang sangat melelahkan dan push up  merupakan makanan pokok. Kami digojlok ala tentara. Setelah shalat zuhur, istirahat sebentar kemudian turun kelapangan lagi melanjutkan latihan. Pada malam harinya kami belajar materi kebangsaan atau materi yang lain. Satu hal yang mungkin menjadi nilai tambah saya ketika hari pertama seleksi setelah sarapan pagi salah seorang pelatih mengatakan ”adik-adikkan kita baru sarapan, jadi kalau langsung ke lapangan sepertinya ngak mungkin ya. Siapa diantara adik-adik yang kiranya mau menyanyi untuk menghibur kita semua?” Tanpa ragu-ragu saya bangkit dari tempat duduk menuju ke depan. Dengan penuh percaya diri aku langsung menyanyikan sebuah lagu Gayo yang berjudul “Bayakku” karya Alm. AR Moese. Tenyata semua senang, tanpa kuduga lagu yang sama kembali dinyanyikan lagi oleh semua peserta pada malam perpisahan.

Setelah satu minggu tibalah pengumumam yang mendebarkan itu. Tak disangka nama saya disebut untuk mewakili provinsi Aceh ke tingkat Nasional. Akhirnya rasa lelah terbayar juga. Hampir tidak percaya tapi nyata. Syukur Alhamdulillah yang tak terhingga, karena sudah 10 tahun nama  Takengon tidak muncul ke tingkat Nasional sebagai anggota Paskibraka, dan saya adalah orang yang ke dua dari Gayo setelah Kak Yuli Wahid pada tahun1978.

Salah seorang pelatih mengatakan kepada saya, biasanya peserta dari Takengon kurang tahan banting. Mungkin karena daerah Takengon berhawa dingin sehingga setelah di daerah berhawa panas agak lemas. Saat itu saya bersyukur sekali karena selama ini saya berolah raga (voli ball) jadi tidak begitu bermasalah. Sebenarnya pada waktu yang bersamaan saya juga terpilih sebagai salah seorang untuk mengikuti perlombaan voli ball mewakili Takengon ke Pekan Olah Raga Pelajar Se-Indonesia (Popsi) untuk bertanding di tingkat Nasional. Tetapi karena sudah terpilih menjadi anggota Paskibraka saya mengundurkan diri dari Popsi.

Sekitar bulan Juli 1988 bersama tim saya berangkat ke ibukota negara Jakarta. Semua peserta dari seluruh Indonesia dikumpulkan di Cibubur yang merupakan tempat pemusatan latihan. Di sini kami latihan lebih kurang tiga minggu dan membentuk dua regu, yaitu regu tugas pagi untuk kenaikan bendera dan regu tugas sore untuk penurunan sang saka merah putih.

Disela-sela kami latihan, setiap hari Minggu kami diajak rekreasi ke tempat-tempat wisata yang ada di Jakarta untuk menghilangkan lelah dan pasti  menambah pengalaman dan wawasan.

Saat mendebarkanpun tiba, pagi pada tanggal 17 Agustus 1988 kurang lebih sepuluh menit sebelum upacara dimulai diumumkanlah siapa yang bertugas pagi dan siapa yang bertugas sore. Alhamdulillah aku dapat tugas pagi yang tergabung dalam kelompok Tujuh Belas. Ini berarti aku akan mengibarkan bendera pusaka Republik Indonesia, menjadi pusat pandangan mata rakyat Indonesia, dan tentunya akan berhadapan dengan presiden.

Alhamdulillah yang tak terhingga kami melaksanakan tugas negara dengan baik, demikian pula halnya dengan teman-teman yang bertugas sore. Sebelum kami dipulangkan ke daerah masing-masing kami di ajak berkunjung dan bertamu ke beberapa Menteri Negara seperti Bapak Fuad Hasan (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) dan Bapak Rudini (Menteri Dalam Negeri) saat itu.

Selain itu kami juga mengadakan bakti sosial di daerah Depok. Pada saat perkenalan setiap daerah maju ke depan untuk memperkenalkan diri dan daerah asal. Saat itu saya kaget, begitu saya memperkenalkan diri dan berasal dari Takengon salah seorang masyarakat di sana mengikuti semua gerak langkah saya dan memotret-motret saya. Baru setelah selesai acara beliau menghampiri saya sambil menjelaskan bahwa ia juga berasal dari Takengon. Wah senang sekali bertemu orang sekampung.

Eh, di Depok kami juga mengadakan pertandingan Voli Ball, olah raga yang sangat kusukai. Saya dijuluki oleh Kak Bejo sebagai pemain voli yang biasa menggunakan buah kelapa, dikarenakan diantara teman satu grup saya termasuk yang sudah mahir bermain voli.

Pada tangal 23 Agustus 1988 seluruh peserta pulang ke daerah masing-masing. Saya kembali ke tanoh Gayo-Takengon dimana masyarakat, keluarga dan teman-teman sudah menunggu. Setelah upacara penyambutan di pendopo Aceh Tengah aku langsung menuju Asir Asir Atas, rumah dan tempat kelahiranku.

Aku tersenyum dan bersyukur karena telah diberi kesempatan oleh Allah SWT mempersembahkan kebanggaan dan nama harum bagi kampung dan Gayo. Inilah sedikit kisah saya menjadi anggota Paskibraka yang tak pernah terlupakan. Saya berdoa dan berharap semoga pada tahun-tahun berikutnya beberu dan bebujang Gayo lainnya akan menyusul ke istana Negara. Amin! (Editor : Salman Yoga S)



* Siti Hajar, adalah angota Paskibraka tahun 1988 Kelompok Tujuh Belas. Saat ini tinggal di Komp. Japos Graha Lestari Pondok Aren, Ciledug-Banten. Ibu tiga orang putra dan guru di SDN Joglo Pagi Jakarta Barat.

 

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.