Paskibraka Aceh Tengah melakukan latihan di Posko Utama Gempa Gayo di lapangan Setdakab Aceh Tengah Jum’at pagi 2 Agustus 2013. Hal ini disebabkan belum siapnya tiang bendera di lapangan upacara bendera Musra Alun Takengon Aceh Tengah (Lintas Gayo, 2/7/2013).
Keterbatasan bukan halangan. Meski tiang bendera belum siap dikerjaan, latihan Paskibraka di Takengon tetap dilakukan. Apalagi, waktu Peringatan HUT RI makin dekat. Dengan waktu yang terbatas, latihan mesti diintensifkan. Di tengah pelbagai keterbatasan yang ada, Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Takengon pastinya harus ekstra dalam memberikan latihan. Termasuk, persiapan-persiapan di luar latihan. Terutama, psikologis dan mental.
Tantangan Baru
Takengon punya tantangan besar, ke depannya. Karena, Ali Alfareasy dan Dio Vani Anggraini, pelajar SMA Negeri 1 Takengon berhasil jadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Indonesia 2013 mewakili Aceh. Ali dan Dio bahkan telah mengukir sejarah di Indonesia dan ikut mengharumkan nama Takengon, Gayo, dan Aceh di pentas nasional. Sepanjang sejarah Paskibraka di Nusantara, mereka lah satu-satunya Paskibraka yang berasal dari satu sekolah dan daerah yang sama, yaitu SMA Negeri 1 Takengon dan Takengon, Kabupaten Aceh Tengah.
Di sisi lain, mempertahankan prestasi tersebut jauh lebih sulit dibandingkan meraihnya. Pun kita tahu bahwa Ali dan Dio sudah berkerja keras untuk itu. Bahkan, sudah memberikannya. Oleh karena itu, Pemerintah Aceh Tengah melalui dinas terkati harus benar-benar memperhatikan masalah ini. Juga, DPRK Aceh Tengah. Salah satunya, menguatkan anggaran untuk PPI Takengon dan kegiatan-kegaitan Paskibraka di Aceh Tengah.
Sebelumnya, barangkali, PPI Takengon bisa “disebelahmatakan.” Namun, dengan raihan dua Paskibraka nasional dari Takengon, pemerintah dan DPRK tidak bisa lagi menaruh perhatian setengah-setengah. Sebab, tantangan dan beban Takengon nantinya jauh lebih sulit, yaitu mempertahankan dua Paskibraka sekaligus.
Kita tidak bisa berharap Paskibraka di Takengon well trained semata. Sementara, fasilitas pendukung dan anggaran untuk PPI Takengon dan pelbagai kegiatan Paskibraka, kurang. Sebaliknya, semuanya mesti senapas-sejalan: well trained, well equipped, dan well budgeted. Dengan begitu, PPI Takengon bisa lebih fokus dan maksimal dalam melatih calon-calon Paskibraka asal Takengon. Hasilnya, prestasi dua Paskibraka dari Takengon tetap bisa dipertahankan untuk tahun 2014 dan seterusnya. Minimal, satu setiap tahunnya. Semoga.
*Purna Paskibraka Aceh Tengah Tahun 2000/2001