ANAK BURUH TAMBAK
Aku anak petani buruh tambak
dihidupkan oleh udara amis menyengat
tak tahu apa yang terjadi di seberang hektaran lahan tambak
memandang lepas hanya deretan mangrove yang terlihat
gubuk kecil tempatku bermukim bersama ayah
teman-teman berlarian kencang di jalanan lumpur
membuyar sekumpulan bangau mengais benur
jadikannya hiburan di tengah terik panas an-nur
Kakak, adik! tidakkah kau inginkan itu
menerobos pohon api-api menembus batas mimpi
hingga tergenggam rona mentari
ingin membangun kehidupan lain dari ini
agar lebih luas pengetahuanku tentang isi bumi
keluarga dapat berabad tinggal di sini
membangun peradaban hidup sebagai petani
aku tak mau terus begini
terlanjur durhaka, inginkan pergi
Surabaya, 2/12/2012
ANAK BURUH TANI
Aku anak buruh tani
sejak kecil dipaksa akrabkan diri dengan pari
ditidurkan dalam dekapan ibu saat menumbuk padi
ternyenyak dengan nyanyian lumbung dalam sunyi
berlatih jalan di antara tumpukan ikat jerami
berpegangan di sisi-sisi hingga kuitari seisi jagad rumah
Kata ibuku ini persediaan untuk si sapi
agar lekas gemuk lalu dijual penghilang resah
ingin kubuka cakrawala pengetahuan
dengan mimpikan yang lain
tidak sekedar menerima apa kebiasaan ibuku
lalu bernasib sama hingga habis keturunanku
arungi tanah perantauan
coba membuka tabir di masa yang akan datang
yakin dan percaya, dengan apa yang kulakukan
demi angan yang mencecar keyakinan tuk meretas masa depan
Surabaya, 2/12/2012
Biodata Penulis:
Riska Dwi Agustin, lahir di Magetan 17 Agustus 1991. Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Sastra dan Humaniora di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Beberapa tulisannya baik fiksi/non fiksi sudah menghiasi media-media massa, seperti Harian Duta Masyarakat, Harian Bhirawa, Buletin Al Qalam, Buletin Ambisi dan lain sebagainya.
*Kurator: Red.05