Berkunjung ke Situs Loyang Mendale, Dr. Ketut Jelaskan Objek Penelitian ke Pak Nas

oleh

TAKENGON-LintasGAYO.co : Bupati Aceh Tengah, Ir. H. Nasaruddin, MM, Senin 27 Maret 2017 menyempatkan diri berkunjung ke situs arkeologi Loyang Mendale, Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah.

Kunjungan Pak Nas ke situs hunian jejak nenak moyang Urang Gayo tersebut, disambut oleh Dr. Ketut Wiradnyana, M.Si selaku ketua tim peneliti dari Balai Arkeologi (Balar) Sumatera Utara. Bukan untuk melihat penelitian, Pak Nas dan rombongan diajak melonggok benda-benda yang telah ditemukan di situs tersebut yang terangkai dalam acara Rumah Peradaban Gayo.

Di situs tersebut, pada hari ini ramai dikunjungi oleh siswa SMA Sederajat dari Kabupaten Aceh Tengah. Pak Nas pun diajak berkeliling situs dipandu oleh Dr. Ketut.

Pada kesempatan tersebut, Dr. Ketut menjelaskan panjang lebar kepada Bupati Aceh Tengah itu. Mulai dari Rumah Peradaban Gayo yang merupakan program dari Puslit Arkenas, yang bertujuan mengenalkan metode penelitian yang dilakukan oleh arkeolog terhadap temuan jejak prasejarah di tanoh Gayo ini.

“Jadi disini semua pengunjung akan diberikan pemahaman tentang penemuan di situs ini,” kata Ketut kepada Pak Nas.

Ketut juga menjelaskan, bahwa hingga saat ini penelitiannya telah menemukan serangkaian peradaban yang sangat panjang di Loyang Mendale. Mulai, dari penemuan sisa makanan berupa tulang iken pedih (Tor Sp) yabg jumlahnya sangat melimpah.

“Kami menemukan tulang ikan ini sebanyak 150 Kg, kami pun beramsumsi iken pedih sudah menjadi makanan favorit sejak zaman prasejarah, cuman kami belum menemukan mata pancingnya, kemungkinan pola penangkapannya bukan dengan dipancing,” kata Ketut.

Penemuan disini, kata Ketut lagi, memungkinkan orang Batak dan Karo berasal dari Gayo. “Kenapa demikian, situs di Sumatera Utara yang sudah kami teliti umurnya sekitar 600 tahun, ada yang lebih tua sekitar 1000 tahun, sedangkan temuan di Gayo umurnya sudah mencapai 7400 tahun, jadi sangat mungkin Batak dan Karo berasal dari Gayo, karena daei segi bahasa, bahasa Gayo sudah pisah dari bahasa Karo sejak 1500 tahun yang lalu,” terangnya.

(Darmawan Masri)

Comments

comments