Sulit Dijangkau Layanan Kesehatan Masih Minim

oleh
Salah seorang dokter Tim Kesehatan dari BSMI sedang memeriksa kesehatan anak-anak di salah satu posko pengungsian korban gempa. (ist)
Salah seorang dokter Tim Kesehatan dari BSMI sedang memeriksa kesehatan anak-anak di salah satu posko pengungsian korban gempa. (ist)
Salah seorang dokter Tim Kesehatan dari BSMI sedang memeriksa kesehatan anak-anak di salah satu posko pengungsian korban gempa. (ist)

SUDAH sepekan lebih musibah gempa yang terjadi di ‘negeri antara’ dataran tinggi Gayo dengan efek kerusakan yang ditimbulkannya. Warga korban gempa yang berada di pelosok kampung-kampung dalam kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah wilayah korban gempa dikabarkan masih ada yang belum mendapatkan bantuan layanan kesehatan secara lebih intensif.

Kalaulah sebelumnya sempat beredar kabar bahwa bantuan logistik yang belum atau minimal jarang ‘menyentuh’ titik-titik pengungsian yang ‘terisolir’, (namun sekarang sudah teratasi). Maka layanan akan kesehatan pun begitu adanya dan kejadiannya. Padahal, layanan kesehatan dibutuhkan warga korban gempa karena mayoritas warga masih tinggal di tenda-tenda saat malam hari, sehingga mempengaruhi kesehatan warga. Perbukitan yang dingin saat malam hari ikut memperburuk kondisi kesehatan warga.

Hal tersebut menjadi perhatian para relawan yang ‘bergerak’ di tataran medis. Termasuk kalangan relawan dari Tim Kemanusiaan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) yang sudah berada di daerah terhempas gempa ini. BSMI  menurunkan para relawan untuk memberikan layanan kesehatan kepada warga korban gempa.

Seperti disampaikan oleh Koordinator Posko Bantuan Kesehatan BSMI Heri Riswandi melalui salah seorang relawannya  La Hadidu,  dalam rilis-nya dikirim kepada kami melalui surat elektronik (email) bahwa BSMI dengan didukung tenaga dokter dan perawat, tim relawan BSMI menjangkau titik-titik pengungsian dalam beberapa kampung di Aceh Tengah dan Bener Meriah wilayah korban gempa yang secara geografis sulit dicapai dengan mobil ambulance.

“Letak desa-desa di perbukitan dengan jurang di kiri kanan jalan serta jarak antar desa yang berjauhan membuat tim sulit mencapai lokasi. Hal ini ditambah dengan kondisi jalanan yang buruk, bahkan beberapa desa masih berupa jalan tanah (yang sulit dilewati).” Tulis La Hadidu.

Salah satu kampung di Kabupaten Bener Meriah yang mendapatkan layanan kesehatan dari BSMI adalah desa Syurajadi, dusun Lhok Meulaboh di kecamatan Wih Pesam. Seperti dituturkan salah seorang koordinator posko pengungsi Jalinus menyampaikan ucapan terima kasih kepada tim relawan BSMI.

“Kami sangat berterima kasih dengan layanan kesehatan kepada warga di sini karena warga masih tidur di tenda saat malam hari karena khawatir dengan keselamatan jika terjadi gempa kembali,” tutur Jalinus. Tidur di tenda saat malam hari dalam udara dingin membuat warga terancam kesehatannya, khususnya anak-anak dan orang lanjut usia, Jalinus menambahkan.

Sementara itu, Heri Riswandi selaku koordinator Posko BSMI di Aceh Tengah – Bener Meriah menyampaikan bahwa selain layanan kesehatan, BSMI juga memberikan bantuan lain berupa bahan makanan dan pakaian layak pakai yang diterima dari sumbangan masyarakat melalui BSMI.

“BSMI akan mensinergikan kegiatan layanan kesehatan yang sudah berjalan dengan kegiatan trauma healing agar warga korban gempa dapat sehat secara fisik maupun psikis”, ujar Heri Riswandi, SH.

(Mahbub Fauzie)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.