Mengenang Mantan Pacar

oleh

Catatan : Fauzan Azima*

Ternyata kesalahan dan dosa yang kita perbuat akan melemahkan, bahkan menghilangkan ingatan. Semakin banyak titik noda yang kita percikkan, maka semakin kita lupa nostalgia indahnya masa lalu. Sampai-sampai tidak ingat lagi, siapa sajakah yang sudah pernah menjadi mantan pacar yang harus dikenang.

Tingkat lupanya sudah sangat akut. Seperti tiga buah telor ayam yang masing-masing diberi angka satu, dua dan tiga. Lalu kita pecahkan dan diaduk-aduk menjadi satu pada sebuah wadah. Secara kasat mata, kita tidak tahu lagi mana telor yang ke satu, ke dua dan ketiga.Rasanya kita tidak mungkin lagi bisa mengurainya kembali seperti semula.

Akibat lanjut dari hilang ingatan, kita berlaku lupa diri dan sombong; sebagai orang yang menolak kebenaran. Padahal kita telah jatuh ke lubang yang hina dina dan perlu pengakuan diri; “Ya Allah, akulah manusia yang paling hina di antara hamba-Mu yang hina, maka naikanlah derajatku. Ya Allah akulah manusia paling berdosa di antara pendosa, maka ampunilah aku.”

Sejak manusia pertama yang berakal budi, Nabi Adam AS sampai manusia terakhir di muka bumi ini, hanya 72 ribu orang yang masih punya ingatan murni. Sesungguhnya mereka itulah orang yang selamat; dengan proses mengali diri, mengkaji diri, menemukan diri, lalu menutup diri serta melepaskan seragam eksklusifmya. Merekalah yang disebut para Waliullah, yang bertugas menata dunia ini.

Siapa pun yang mampu mengingat dan mengenang mantan pacarnya pada setiap “season kehidupan” sudah dipastikan dia termasuk golongan yang selamat. Maknanya dia telah melalui tahapan-tahapan hidup (Hindu), berbudaya (Budha), berliku-liku mencapai kesempurnaan (kristen) dan pada akhirnya selamat (Islam).

Aku sendiri berpacaran; dari mulai ta’aruf hingga ke jenjang perkawinan atau hanya untuk mendapatkan surga semu dari Ijah, Inah, Yanti, Nur, Scharvi dan puluhan gadis lainnya, bahkan mungkin ratusan yang masing-masing punya cerita, kenangan dan jalan hidup berbeda. Kadang-kadang aku bertanya,

“Siapakah sejatinya mereka sekarang?”
Aku benar-benar lupa! Sudah berapa kali berlayar di lautan para mantan pacarku dan sudah berapa kali pula mengedari ladangnya. Jangankan detailnya, garis besarnya pun sudah terlihat kabur. Tersiksa rasanya punya ingatan yang benar-benar lumpuh.

Terlalu banyak cerita yang sudah dilupakan; hari ini, barangkali sejatinya Tengku Malem Dewa dan Putri Bungsu tidak sadar bahwa pada masa silam, mereka pernah terikat pada sebuah perkawinan karena akal Tengku Malem yang menyembunyikan selendang terbang Putri Bungsu di Buntul Kubu, Takengon.

Pernah juga aku berkhayal! Andai aku berjumpa dengan jin, lalu dia memberikan kesempatan tiga permintaan yang akan dikabulkan. Aku hanya akan mengajukan satu proposal; tolong kembalikan ingatanku pada semua kenangan dengan mantan-mantan pacarku.

Dalam hidup ini, soal review ulang memory sangat penting. Soal mengenang para mantan pacar, seperti mendapat moment di tengah berkembangnya revolusi industri 4.0 atau dunia dalam genggaman melalui aplikasi “Siapakah pacarmu pada masa silam?”

Memperkuat kajian yang mengarah pada “memperebutkan sang pacar” akan melahirkan kebencian, kesombongan dan hilangnya kasih sayang. Merasa diri paling berhak mendapatkan “si dia” bahkan ada yang merekayasa menghalalkan darah demi pacar menjadi kekhawatiran dan semakin menjauhkan diri dari ajaran Nabi Muhammad SAW yang jauh dari kebencian walau sedebu dan tidak sombong walau sedebu serta kasih sayang kepada semua makhluk.

Alangkah ruginya hidup ini kalau bathim masih belum sampai ke tahap “Siapa mengenal diri maka mengenal Tuhannya” kemudian diteruskan “Awal dari agama adalah mengenal Allah.”

Sesungguhnya karena kesalahan yang kita perbuat dengan tindakan, sikap dan bathin telah membuat memori tentang pacar pada kehidupan yang nun jauh di sana kita disimpan pada satu tempat yang tidak kita tahu persisnya, tetapi petunjukanya berada pada kajian rasa.

Salah satunya adalah rasa pada lidah. Sehingga hakikat makna Rasulullah (rasa bersama Allah), maulud (maunya mulut) dan maulid (maunya lidah) saling berkaitan. Oleh karenanya tradisi maulud atau maulid orang-orang Aceh dengan “idangan” sudah benar.

Pantas saja, pada setiap bulan Ramadhan, para orang-orang tua dahulu membuat pecel dengan 44 macam dedaunan, termasuk daun jelatang, ternyata tujuannya membangun kesadaran; termasuk kesadaran indahnya berpacaran pada kehidupan sebelum ini.

Aku dengan segala keterbatasan membuka kenangan dengan para mantan pacarku di masa silam yang tertutup kabut tebal dengan menikmati rasa kopi. Mudah-mudahan dengan menyeruput kopi beserta sejumlah variannya bisa mengembalikan ingatanku pada masa lalu. Terutama tentang kenangan indah bersama para mantan pacarku.

(Kenawat Lut, 21 September 2020)


Ikuti channel kami, jangan lupa subscribe :

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.