Catatan Akhir Pekan : Lelaki Dalam Sangkar Emas

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Dari cerita-cerita kawan, semua panglima dan jenderal takut kepada istrinya. Tidak saja pada kalangan TNI dan Polri, juga di kalangan mantan GAM pun demikian, mereka harus mengalah kalau tidak mau dikatakan takut kepada orang rumahnya.

Demikian juga orang yang galak dan sangar. Begitu bertemu istrinya saat memarahi orang langsung berubah sikapnya 180 derajat, “Eh! Mama, maaf Mama, Papa angkut jemuran dulu ya.” Begitulah teori keseimbangan; ada sisi takut istri pada lelaki yang gagah berani.

Beberapa tokoh populer yang “ngalah”
kepada istrinya; Di antaranya, Jenderal Napoleon Bonapartepun yang menguasai sebagian besar daratan Eropa karena keberanian dan keahlian strategi militernya, ketika masuk pintu istana dadanya menyempit menunduk di hadapan istrinya, Josephine de Beauharmais.

Ketika mantan Wakil Gubernur Aceh, Muhammad Nazar gagal melobi ke sana kemari supaya Partai Demokrat mengusungnya sebagai calon Gubernur Aceh pada tahun 2011 baru sukses setelah memohon kepada Ibu Ani Yudoyono, baru kemudian Pak SBY merestui Nazar menjadi cagub Aceh dari Partai Demokrat.

Direktur Utama BUMN PT. Garuda Indonesia (Persero), Emirsyah Sattar sukses mengelola maskapai Garuda menjadi perusahaan yang kredibel dan menjadi penerbangan yang berkelas. Sayangnya karena beliau takut kepada istrinya, Sandria Abubakar yang disebut “Sang nyonya besar” terlalu mengintervensi yang menyebabkan kerugian BUMN bidang penerbangan itu mencapai Rp. 1, 8 Triliun lebih.

Awan Prado yang sakti dan ahli strategi muslihat atau disebut “Sang kepala akal” juga takut kepada istrinya yang berasal pesisir dan terkenal pelit. Awan Prado yang “gemasih” harus mencari akal untuk membahagiakan cucu-cucunya. Kesempatan baginya adalah ketika istrinya pergi, maka cucu-cucunya diperintahkan menukar telor ayamnya yang sedang dieram induknya dengan biji buah alpukat.

Kata Sayyidana Ali bin Abi Thalib, “Perempuan bisa menahan rasa cintanya selama 40 tahun, tetapi tidak bisa menahan perasaan cemburunya walau sesaat.”

Sesungguhnya, api cemburulah yang mendorong hasrat para istri yang berkecukupan dari sisi ekonomi agar suaminya tidak pergi ke mana-mana dan selalu berada di rumah. Seperti burung yang berada pada sangkar emas. Geraknya dibatasi dan bisa dimonitor selama 24 jam.

Saya melihat salah satu penyebab rendahnya usia harapan hidup para jenderal dan panglima adalah faktor “kekejaman” istri. Pada kalangan mantan Panglima GAM, usia harapan hidupnya hanya 51 tahun. Bandingkan dengan usia harapan hidup rata-rata orang Indonesia sudah mencapai 71 tahun. Tentu saja faktor singkatnya umur juga bergantung pada ketidakteraturan pola makan, kurang olah raga, penyakit bawaan dan takdir Allah.

Tidak hanya sampai di situ, besarnya kecemburuan kepada suaminya, tidak jarang sang istri pergi ke dukun; mengguna-gunai suaminya agar tidak ke lain hati. Sekedar saran, kalau harus pergi ke dukun, pilihlah dukun yang profesional. Biasanya mereka ahli memberikan penyakit, tetapi juga mampu memberikan penawarnya.

Saya khawatir kalau para ibu pergi kepada orang pinter yang amatiran; kadang bisa membuat rusak orang kaum bapak, tetapi tidak bisa menyembuhkan. Dukun amatiran itu seperti bom rakitan yang kita tidak tahu sejauh mana daya ledaknya dan bagaimana bahaya dari akibat ledakan itu.

Kasihanilah kaum Bapak! Jangan hambat mereka untuk gagah dan berwibawa. Perhatikanlah burung elang di laut lepas berputar-putar di udara sebelum menghujam ke laut untuk menangkap ikan. Tampak gagah dan berwibawa. Bagaimana kalau elang dalam sangkar; mungkin bisa kita pandangi keindahan bulu-bulunya, tetapi kehilangan kegagahannya dan kewibawaannya.

(Mendale, Sabtu, 8 Agustus 2020)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.