TAKENGON-LintasGAYO.co : Para penulis, budaywan dan sastrawan sesungguhnya tidak boleh berjarak dengan pemerintah.
Karena merekalah penjaga nilai budaya dan kearifan, meski dalam beberapa sisi mereka juga dapat menjadi pengkritik tanpa tendensi.
Hal tersebut dinyatakan oleh penulis novel Muhammad Subhan dalam diskusi terbuka yang digagas oleh Empat Komunitas dari dua kota, Takengon dan Sumatera Barat di salah satu cafe di Takengon, Rabu malam, 11 Juni 2025.
“Penulis, budayawan dan sastrawan tidak boleh berjarak dari Pemerintah. Karena mereka menjadi penjaga dan pelestari nilai-nilai kearifan budaya bangsa. Makanya budayawan dan sastrawan di negara tetangga seperti Malaysia menjadi patner pemerintah dalam menjaga identitas dan benteng bangsa,” katanya.
“Demikian pentingnya sehingga mereka diberi tempat sebagai -Sastrawan Negara,” jelas penulis novel Rumah di Tengah Sawah ini.
Ditambahkan, meski demikian terkadang sastra tidak begitu menarik bagi kebanyakan orang, sehingga kalau kita menerbitkan buku maka yang membeli biasanya hanya kalangan terbatas saja.
Sementara para sastrawan begitu besar niatnya memajukan kebudayaan tetapi kurang diperhatikan.
Diskusi terbuka yang diprakarsai oleh Komunitas Teater Reje Linge, Komunitas Sastra Bukit Barisan (KSBB), Komunitas The Gayo Institut (TGI) Takengon dan Komunitas Kuflet Padang Panjang ini menampilkan tiga pembicara, Dr. Sulaiman Juned, Muhammad dan Dr. Salman Yoga S dihadiri oleh tujuh puluhan peserta dari berbagai kalangan.
Dipandu oleh seniman muda Gayo Nanda Winar Sagita, Sabariah Munthe dan Vera Hastuti diskusi alaot ini juga membahas tentang sastra dan teater, foklor Gayo serta terputusnya regenerasi kepenulisan di tiga kabupaten, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Bener Meriah.
Diskusi terbuka oleh empat komunitas ini berlangsung selama tiga jam setengah, selain sebagai bagian dari roadshow Komunitas Seni Kuflet juga ajang silaturahmi dan gelar karya.
[SP]