Kepemimpinan Berbasis Masjid Menuju Aceh Tengah Bermartabat

oleh

Oleh : Mahbub Fauzie*

Bismillah walhamdulillah, mengawali artikel ini, penulis mengucapkan selamat atas pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Aceh Tengah terpilih, Drs. Haili Yoga, MSi dan Muchsin Hasan, M.SP oleh Gubernur Aceh Bapak H Muzakir Manaf (Mualim) pada Selasa, 18 Februari 2025.

Semoga dengan kepemimpinan kedua sosok muda agamis dan energik itu akan membawa Aceh Tengah menuju daerah yang Baldatun Thayyibatun Warrabun Ghafur.

Negeri yang penduduknya penuh kebaikan dan ampunan Allah Subhanahu wata’ala sebagaimana diilustrasikan dalam Al-Qur”an Surah Saba ayat 15.

Visi dan Komitmen Mengawali Program dari Masjid

Cita-cita dan harapan ini tentu tidak berlebihan jika merujuk dan mencermati visi dan misi yang diusung pasangan Haili Yoga – Muchsin Hasan (Hamas) saat maju dalam ajang demokrasi untuk memimpin daerah yang terkenal sebagai penghasil kopi terbaik ini.

Visinya adalah: ” Aceh Tengah Islami, Maju, Sejahtera, dan Berkeadilan.”

Aceh Tengah yang Islami, bahwa kehidupan masyarakat Aceh Tengah berdasarkan pada nilai-nilai Islam, melestarikan adat istiadat, dan budaya.

Maju, bahwa Aceh Tengah memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dengan daya saing yang kompetitif, inovatif; pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur yang berkualitas dengan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.

Sejahtera, bahwa masyarakat Aceh Tengah memiliki taraf hidup, perekonomian, sosial budaya yang baik, tangguh, aman, dan damai.

Berkeadilan, bahwa pembangunan Aceh Tengah berdasarkan pemerataan, berkeadilan, lestari, dan berkelanjutan.

Visi hebat yang dirancang tersebut, tentunya diiringi dengan misi-misi yang seirama dalam obsesi membangun Aceh Tengah sebagaimana yang dicita-citakan.

Sebagai warga masyarakat Aceh Tengah tentunya berharap bahwa dengan visi dan misi pemimpin baru ini bisa menata dan mengelola Aceh Tengah 2025-2030 menjadi lebih baik.

Komitmen awal yang disampaikan Bupati saat sambutan perdananya usai pelantikan, sebagaimana direkam dan dicatat media, bahwasanya akan menjalankan program pemerintahannya dengan memulainya dari masjid.

“Saya bertugas mulai dari masjid. Insyaallah ini akan kami lakukan ke depan,” ujarnya, Selasa (18/2/2025).

Menyimak penegasan tersebut, tentu dapat dipahami bahwa Bupati Haili Yoga yang selama ini dikenal sangat akrab dan dekat dengan masjid, wajar jika ungkapan akan mengawali programnya mulai dari masjid itu menjadi komitmennya.

Dapat ditelusuri dari rekam jejaknya manakala memimpin Kabupaten Bener Meriah semasa menjabat Bupati. Beliau terbiasa mengumandangkan azan di mesjid-mesjid yang disinggahi jelang waktu shalat lima waktu tiba.

Penulis juga sempat beberapa kali menyaksikan dan mendengar langsung suara panggilan shalat yang dikumandangkan beliau. Belum lama, seminggu sebelum pelantikan yakni Selasa (11 Februari 2025) di Mesjid Jamik Al-Ikhlas Owaq Kecamatan Linge.

Pada waktu itu Bupati dan Wakil Bupati terpilih Haili Yoga dan Muchsin Hasan ikut menyertai rombongan Safari Maghrib yang diprogramkan oleh Kantor Kementerian Agama (Kankemenag), Dewan Masjid Indonesia (DMI) Aceh Tengah serta jajaran kampus IAIN Takengon.

Di sana Haili Yoga kembali mengumandangkan azan maghrib dalam kesempatan tersebut, dan bakda shalat maghrib menyampaikan sambutan dan arahan kepada jamaah.

Karena itu, harapan masyarakat adanya konsep dan aktualisasi kepemimpinan berbasis masjid di wilayah kabupaten yang umumnya berhawa sejuk dan dingin ini akan menjadi model pemimpin pemerintahan yang tepat dalam membawa daerah lebih baik dan bermartabat.

Kepemimpinan berbasis masjid merupakan konsep kepemimpinan yang menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan sosial, spiritual, pendidikan, dan pembangunan masyarakat.

Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammaf Shalallahu ‘alaihi wassalam menjadikan masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat peradaban yang memfasilitasi berbagai aspek kehidupan umat.

Prinsip Kepemimpinan Berbasis Masjid

Prinsip kepemimpinan berbasis Masjid yang dicontohkan yang tepat untuk dijadikan teladan adalah bahwa:

Pertama, Kepemimpinan berlandaskan Nilai Spiritual. Kepemimpinan ini mengutamakan akhlak, integritas, dan nilai-nilai Islam sebagai pedoman utama.

Kedua, dalam kepemimpinannya melibatkan partisipasi umat. Pemimpin berbasis masjid melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan program-program kemaslahatan.

Ketiga, Pelayanan kepada umat atau khadimul ummah. Fokus utamanya adalah melayani masyarakat, memberikan solusi atas permasalahan, dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Keempat, Pendekatan kepemimpinannya bersifat kolaboratif.
Masjid menjadi tempat berkumpul untuk mendiskusikan isu-isu lokal dan membangun sinergi antara berbagai elemen masyarakat.

Dari empat prinsip di atas, tentunya dapat dipaparkan tentang fungsi masjid dalam kepemimpinan yang ideal.

Masjid merupakan pusat spiritual dimaksudkan menjadi tempat pembinaan akidah, ibadah, dan akhlak masyarakat melalui kegiatan seperti pengajian, ceramah, dan tadarus.

Selanjutnya, masjid sebagai pusat pendidikan. Di sini masjid menjadi tempat pendidikan formal dan non-formal seperti madrasah, pelatihan keterampilan, atau kajian ilmu.

Kemudian, masjid sebagai pusat sosial. Masjid menjadi tempat penyelenggaraan kegiatan sosial, seperti membantu fakir miskin, pengobatan gratis, dan konseling keluarga.

Lalu, masjid sebagai pusat pembangunan ekonomi. Dalam hal ini, masjid dapat menginisiasi kegiatan ekonomi seperti koperasi, bazar, atau pemberdayaan Usaha Masyarakat Kecil dan Menengah (UMKM).

Membaca shirah nabawiyah, akan didapat literasi bahwa Rasulullah SAW di Madinah, Rasulullah memimpin umat Islam dari Masjid Nabawi yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat pemerintahan, pendidikan, dan penyelesaian konflik.

Satu Jangan ke Gunung, yang Lain Jangan ke Laut

Komitmen pemimpin baru Aceh Tengah yang akan memulai program-programnya dari masjid patut disambut dan diikuti oleh jajaran pemerintahannya.

Pimpinan kabupaten baik legeslatif dan eksekutif harus seirama dalam alunan membangun Aceh Tengah. Jangan yang satu ke gunung, yang satu ke laut sebagaimana diingatkan Mualim saat pelantikan kemarin.

Program bupati dan wakil bupati terpilih hendaknya bisa dengan cerdas diterjemahkan oleh pimpinan satuan kerja pemerintah Kabupaten (SKPK), badan dan lembaga serta camat-camat di wilayah Aceh Tengah.

Aceh Tengah yang terdiri dari 14 kecamatan dan 295 Kampung (desa) diharapkan akan lebih berbenah dan semangat jika kepemimpinan model masjid ini bisa diterapkan diaktualisasikan.

Para pemimpin di segala tingkatan pemerintahan, termasuk Aparatur Sipil Negera, unsur Sarakopat di kampung-kampung bisa digerakkan untuk bisa memakmurkan masjid-masjid di lingkungannya.

Gerakan shubuh berkah dan safari maghrib yang diinisiasi Kankemenag dan DMI Aceh Tengah serta IAIN Takengon tentunya bisa menjadi inspirasi dan daya dukung kepemimpinan Aceh Tengah berbasis masjid. Tinggal pengembangannya dengan aksi-aksi yang lebih menyentuh di tengah-tengah masyarakat.

Kepemimpinan berbasis masjid diharapkan akan mampu menjadi solusi dalam membangun masyarakat dan Kabupaten Aceh Tengah menjadi lebih baik dan bermartabat.

Semua akan terwujud jika eksekutif dan legeslatif kompak serta bisa menjadi contoh bagi rakyatnya didukung sinergisitas ulama dan umara dalam mengelola pemerintahan dengan profesional dan berlandaskan nilai-nilai Islam.

Wallahu a’lam bish shawab.

*Warga Aceh Tengah dan ASN Kemenag yang bertugas di KUA Kecamatan Atu Lintang.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.