Jagong Jeget Aceh Tengah Dirintis Oleh Ulama, Jaga Kehormatannya

oleh

TAKENGON-LintasGAYO.co : Setiap peristiwa yang terjadi tentu selalu ada pembelajaran yang perlu dijadikan pelajaran berharga.

Termasuk peristiwa dugem viral yang dinilai menodai kekhidmatan rangkaian hari ulang tahun ke-43 transmigrasi Jagong Jeget.

Joget sumang malam hari pasca puncak acara hari ulang tahun Minggu, 16 Februari 2025 sekira pukul 22.00, merusak rangkaian kegiatan yang sebelumnya berjalan penuh khidmat.

Do’a bersama, zikir dan shalawatan adalah bagian dari rangkaian acara tersebut hampir satu minggu.

Dengan adanya joget sumang yang viral itulah, semua kekhidmatan seakan hilang. “Ini benar-benar kecolongan!” Ujar salah seorang tokoh masyarakat. Banyak komentar miring yang diungkapkan nitizen di berbagai media sosial.

Terkait : Viral Dugem dengan 2 Biduan Tak Berhijab di HUT Transmigrasi Jagong Jeget, Warga : Tak Ada Lagi Sumang Penengonen

Reaksi dan tanggapan muncul dari berbagai kalangan. Menyayangkan dan menyesalkan peristiwa sumang yang viral itu bisa terjadi.

Jagong Jeget, yang awalnya hutan seram di kawasan Kecamatan Linge merupakan daerah transmigrasi tahun 1982.

“Perintis pertamanya adalah ulama, idealnya jaga kehormatan dan kemuliaan Jagong Jeget,” demikian Kakankemenag Kabupaten Aceh Tengah, H. Wahdi MS, MA kepada LintasGAYO.co, Senin (17/2/2025).

H. Wahdi yang pada hari Senin itu baru saja memimpin doa Sidang Paripurna HUT ke-448 Kota Takengon itu mengaku turut prihatin atas kejadian tersebut.

“Jangan sampai terulang kejadian memalukan itu,” pinta Wahdi didampingi Kasubbag TU Kankemenag, Irhamna M.Pd.

Sebagaimana diketahui, rombongan pertama yang datang dari tanah Jawa ke Unit Pemukiman Transmigrasi, pada tanggal 16 Februari 1982 rata-rata kepala keluarganya berasal dari kaum santri.

Diketuai oleh Tgk H Chusain Turmudzie, seorang guru agama Departemen Agama ketika itu.

Dalam keterangan para tokoh agama di Jagong Jeget, bahwa diantara syarat bisa ikut transmigrasi ke Aceh termasuk ke Aceh termasuk ke Jagong adalah harus beragama Islam.

Karena itulah, motivasi ikut tansmigrasi ke daerah ini adalah karena semangat hijrah ke Serambi Mekkah.

Tidak heran setelah mereka berada di Jagong Jeget, para sesepuh dan tetue di daerah transmigran itu semamgat untuk mendirikan lembaga-lembaga agama.

Adanya Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), Tsanawiyah (MTsN) dan juga Balai Pengajian, TPA, dayah dan pesantren seperti Al-Huda, adalah bukti nyata para orangtua Jagong Jeget itu dari kalangan ulama.

Semoga peristiwa joget sumang dan semacamnya tidak terjadi lagi di Jagong Jeget pada khususnya dan Aceh Tengah pada umumnya.

Pengakuan ksatria dan permintaan maaf panitia atas kelalaian tersebut patut diapresiasi. Semoga tidak terjadi lagi.

Semoga taushiyah Kakankemenag Aceh Tengah, H. Wahdi MS agar para generasi muda hari ini bisa menjaga nama baik Jagong Jeget yang dirintis oleh Ulama. Aamiin.

(Mahbub Fauzie)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.