Oleh : Sabariah Munthe*
Titik terakhir yang kutulis
Dalam catatan harian yang tak pernah selesai
Pukulan ketang ketung dari gegedem di ujung jalan
Berserak dalam pikiran berhambur di telinga
Menggerak raga dan tangan yang tak lagi lurus
Gerak gemulai anak muda itu
Menghentak tubuh menari
Terus menari menginjak bumi menatap langit
Membaca mantra
“Tabi Mulo Langit Sikupejujung Seringkel Payung”
“Maaf Mulo Bumi Sikujejak Selues Tapak”
“Rasieee….. Rasieee….. Rasieee…. Ras”
Guel itu terus ditarikan
Meraung pilu tangisnya meratap menyayat langit dan bumi
Opoh Ulen-Ulennya mengepak menghalau angin
Menjaga Guel dari sejarahnya Sengeda dan Bener Merie
Ahhh… anak muda itu kutemui tadi malam dimimpiku [SY]
Takengon, Mei 2024
Sabariah Musnaini Munthe, dikenal dengan Sabariah Munthe, lahir di Takengon 01 Desember 1985, anak dari Bapak Alm. Sirhabuddin dan Ibu Nairiah, alumni SMA Negeri 1 Bebesen Takengon, serta Alumnus FKIP Jurusan Seni Drama Tari dan Musik (Sendratasik) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, bekerja sebagai PNS Guru Seni Budaya di SMK Negeri 5 Takengon Kabupaten Aceh Tengah, menjabat sebagai Ketua Ikatan Sarjana Seni Gayo (IKASSGA), juga Bendahara Komunitas Teater Reje Linge Takengon, bergabung di komunitas penulis perempuan Forum Beru Gayo, konsen menulis, berteater, monolog, baca pusi, juga koreografer tari. Tercatat sebagai salah satu Seniman Pertunjukkan Bersertifikasi bidang Seni Tari. Narasumber dibeberapa kegiatan Seni dan Budaya Gayo, berdomisili di Kampung Pinangan Takengon Kabupaten Aceh Tengah. Buku Antologi Puisi pertamanya terbit ditahun 2025 berjudul Kidung Wanita. Email : sabariahmusnaini.disdik[at]gmail.com, Instagram/Facebook @sabariahmunthe.