Kesederhanaan Artifisial

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Rakyat memang menghendaki pemimpin yang sederhana, tapi tidak “begitu begitu amat” sampai harus membeli pakaian Monza (bekas atau reject) untuk menunjukkan bahwa dia tidak bermewah-mewah.

Fenomena ini terjadi menjelang Pilkada dan Pemilu Legislatif (Pileg), ramai para calon membrending dirinya dengan kesederhanaan yang dibuat-buat (artificial).

Ada calon anggota legislatif dari kalangan hartawan memaksa dirinya memakai sepatu harga Rp. 150 ribu, padahal selama ini dia memakai sepatu dengan harga di atas Rp. 2 juta. Ada pula caleg memakai kaos kaki bolong di depannya dan diabadikan serta dipasang di Instagram.

Zaman dulu, para pemimpin kita dengan stelan jas, dasi, bahan pakaian mewah dan tampak gagah. Tidak ada rakyat yang mempersoalkannya. Justru rakyat tidak menghendaki pemimpinnya tampil kere.

Memang sebagian besar style para Nabi setara dengan rakyat paling miskin pada zamannya karena seluruh hartanya telah disedekahkan kepada ummatnya. Namun Nabi sendiri tidak menghendaki gaya ummatnya miskin.

Jadi biasa sajalah. Yang penting para calon pemimpin konsisten mengabdi untuk kepentingan rakyat dan mereka tidak akan mempermasalahkan apa yang engkau pakai.

Bahkan membeli celana dalam dan bra dari emas-pun rakyat tidak peduli kalau porsi pengabdian cukup dirasakan rakyat.

Inti masalahnya sebenarnya sederhana, rakyat tidak suka, kalau para calon pemimpin setelah berkuasa tidak peduli kepada rakyat atau tidak memenuhi janjinya.

(Mendale, 1 Januari, 2024)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.