Mengenal Lebih Dekat Sosok Prof Ridwan Nurdin, Calon Rektor IAIN Takengon yang Humoris dan Bertangan Dingin

oleh

Oleh : Darmawan Masri*

Prof. Dr. Ridwan Nurdin, MCL telah mendaftarkan diri sebagai bakal calon Rektor IAIN Takengon, Aceh Tengah beberapa waktu lalu. Ia  merupakan guru besar dari UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Sosok Ridwan Nurdin, kini ramai diperbincangkan. Namun, seperti apa sosok dari guru besar yang terkonsentrasi di Ekonomi Syari’ah ini. LintasGAYO.co akan mengulasnya dalam artikel ini.

Ridwan Nurdin lahir dari pasangan, ayah (ama : Gayo-red), Nurdin Saleh dan ibu (ine : Gayo-red) Rusni. Ia merupakan, anak kedua dari delapan bersaudara.  Beliau lahir di Pasar Simpang Tiga Redelong (sekarang Kabupaten Bener Meriah) pada 3 Juli 1966. Ridwan Nurdin belajar di MIN dan MTsN Simpang Tiga Redelong, kemudian melanjutkan ke MAN di Banda Aceh pada tahun 1983.

Ia menempuh pendidikan S-1 nya di IAIN Ar-Raniry, kemudian S-2 di Universitas Islam Antar Bangsa Kuala Lumpur, S-3 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada Juni 2023, Ridwan Nurdin resmi dikukuhkan sebagai guru besar di UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Sejak kecil, Ridwan Nurdin didik dan dibimbing secara efektif oleh orator terkemuka di tanoh Gayo yakni Tgk. Mudekala yang benama asli Usman Saleh (Kepala Baitul Mal pertama di Kabupaten Bener Meriah).

Keduanya memperkenalkan tokoh dan ulama Gayo, sehingga kehadiran sosok tersebut, menjadi motivasi bagi Prof Ridwan Nurdin untuk belajar dan bekerja keras, yang tujuannya adalah membina masyarakat.

Selama Sembilan tahun digodok, Ridwan Nurdin pun merasakan manfaatnya tatkala keahlian menjadi orator dapat diraih. Hal itupun, menjadi kepercayaan diri dalam pergaulannya yang luas dan mendapat lebih banyak sahabat serta jaringan dalam dunia yang lebih nyata. Kondisi ini terus berlanjut dalam hubungan lebih konkrit. Manajemen dibina dalam relasi yang berorientasi pada kemajuan.


Ridwan Nurdin juga memiliki keseriusan untuk berkerja sejak kecil. Waktu bermain sangat terbatas, karena didikkan disipilin yang tinggi dan ketat. Pembagian tugas sejak kecil telah didapat dan itu semua dijalankan dengan tangung jawab dan kontrol yang ketat dari orang tua.

Lantaran kebiasaan itu, Ridwan selalu menjalankannya dengan penuh rasa tanggung jawab. Demikian juga dengan nilai kebersamaan, yang sejak kecil telah diajarkan, perintah silaturrahmi adalah perintah pertama yang diterima jika pulang dari Banda Aceh ke tanoh Gayo.

Kebiasaan sejak kecil itu pulalah, mengantarkan Ridwan Nurdin, selama lima tahun dipercaya menjadi Ketua Prodi Syariah Muamalah wal Iqtishad (SMI) sekarang Prodi Hukum Ekonomi Syariah (HES), salah satu Prodi favorit se Indonesia. Atmosfer kebersamaan dan orientasi kemajuan dijalankan sehingga HES menjadi prodi terfavorit sampai saat ini dengan raihan Akreditasi Unggul.

Kebersamaan dengan rekan sejawat, kondisi ini menular dan meluas tatkala ia menjabat Pembantu Dekan 1/Wakil Dekan 1 Fakultas Syariah, dimana ia mampu meraih prestasi juara umum di UIN Ar-Raniry. Tentu yang yang paling menggembirakan adalah banyak Prodi yang telah mendapat predikat unggul di kampus tersebut. Atmosfer kemajuan adalah sebuah keharusan; prinsip kebersamaan, keterbukaan dan orientasi kemajuan telah terbukti ampuh.

Dalam sisi kepemimpinan Ridwan Nurdin selalu memegang teguh pepatah Gayo, Sikul i Kucaken, Si Kucak i Osopen. Ia juga memegang teguh kebersamaan, sehingga konflik dapat dihindari dan melakukan pekerjaan akan semakin lebih fokus untuk kemajuan.

Dalam memimpin, Ridwan Nurdin juga dikenal dengan sosok humoris. Canda seakan menjadi kunci cairnya suasana, sehingga yang jauh menjadi dekat dan keakraban terus terjalin. Suasana yang cair dan focus pada pengabdian membesarkan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry menjadi kenyataan.

Begitulah awal ia membangun tempatnya bekerja, hinga periode kepemimpinan generasi berikutnya sebagai Dekan yakni Prof Muhammad Siddiq, Jurnal berkembang dan periode Dekan Prof Kamaruzaman, saat ini Fakultas Syariah akan memiliki 15 Guru Besar. Tentunya sebuah raihan yang luar biasa. Tentu hal ini didapat karena peletakan dasar untuk kemajuan telah dijalankan.

Ridwan Nurdin juga punya kebiasan ngopi dan duduk bersama teman dan kolega untuk menciptakan suasana yang akrab dan semangat sehingga gairah untuk berkerja akan terus meningkat. Diskusi dan informasi terkadang didapat dalam suasana yang informal, hal ini tentu membantu mengurangi ketegangan sehingga terjadi saling asih dan asuh.

Kebiasaan itu sebenarnya sudah ia jalankan, sejak masih menjadi tokoh mahasiswa. Ia pun aktif mendirikan dan menjadi ketua periode kedua Persatuan Mahasiswa Takengon (Permata) IAIN Ar-Raniry tahun 1987, yang telah melahirkan kader-kader terampil dan mumpuni yang saat telah aktif dalam berbagai jalur pengabdian.

Kini, Ridwan Nurdin telah mengabdikan diri selama 32 tahun sebagai dosen. Reputasinya pun tak dapat dipandang sebelah mata. Sosok humoris dan fokus ini memiliki sentuhan tangan dingin dalam memimpin, hingga dirasakan denyutnya bagi lembaga-lembaga yang telah dilaluinya.

Semoga saja, takdir pengabdiannya untuk Tanoh Gayo dengan memimpin IAIN Takengon, dikabulkan oleh Allah SWT. Ia pun memiliki motivasi, agar IAIN Takengon, bisa lebih berkembang sebagai kontribusi untuk membangun kembali dunia pendidikan di tanoh Gayo.

“Kampus ini, untuk wilayah tengah harus menjadi rujukan, karena satu-satunya kampus yang berstatus negeri. Kita harus meneruskan tradisi kita di Gayo, bagaimana menjadi negeri yang melahirkan para ulama dan para intelektual,” kata Ridwan Nurdin, beberapa waktu lalu kepada LintasGAYO.co.

Ia mengatakan, sebuah lembaga pendidikan harus terprogram dan terencana dalam orientasi pengembangan SDM. Iapun telah menyiapkan langkah-langkahnya, untuk memajukan IAIN Takengon. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.