IGI Aceh Tengah Gelar Lawatan Sejarah ke Atu Berukir Umang Isak

oleh

TAKENGON-LintasGAYO.co : IGI (Ikatan Guru Indonesia) Kabupaten Aceh Tengah menggelar kegiatan workshop dan napak tilas penemuan sejarah atu berukir di Umang Isak, Kecamatan Linge, Aceh Tengah. Kegiatan berlangsung selama tiga hari sejak tanggal 1-3 Desember 2023.

Kegiatan dibuka oleh Plt. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Aceh Wilayah Aceh Tengah, yang diwakili oleh Basri Hasan, S.Hi, pada 1 Desember 2023 lalu di salah satu aula hotel di Kota Takengon.

Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber sebagai pemateri yaitu Ir. Win Ruhdi Bathin dan Zulkifli MD, selain sebagai pemerhati sejarah Gayo, mereka juga pernah ikut serta beberapa kali melakukan penelitian bersama tim arkeologi Medan di atu berukir Umang Isak.

“Bukti sejarah keberadaan masyarakat Gayo dapat dilihat dalam kurun tiga periode, yaitu masa prasejarah yang ada di Ceruk Mendale dan Ujung Karang, masa Hindu-Budha di Kampung Umang Isak, dan kerajaan Islam di Linge, Aceh Tengah,” ungkap Win Ruhdi Bathin dalam materinya.

Kegiatan Workshop yang melibatkan peserta dari kalangan guru dan siswa tingkat SMA yang ada di Kota Takengon ini, dilanjutkan dengan napak tilas ke Kampung Umang Isak, Kecamatan Linge pada tanggal 2 Desember 2023.

Dengan menaiki bus menuju Kampung Umang Isak, peserta kemudian diajak untuk melihat langsung batu-batu yang diduga memiliki ukiran huruf palawa, bahasa Sanskerta.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dr. Rita Margaretha Setyaningsih seorang ahli epigrafis, ahli membaca tulisan kuno yang pada tahun 2019 lalu melakukan peneilitian terhadap bebatuan tersebut.

“Berdasarkan hasil penelitian Dr. Rita dan Lucas, bebatuan ini telah ada pada abad ke-4 sampai ke-6. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa pernah ada komunitas Hindu-Budha sampai ke Gayo,” tambah Win Ruhdi Bathin, saat lawatan sejarah ke atu berukir.

Setelah beberapa kurun waktu tidak dikunjungi serta dengan curah hujan yang cukup tinggi akhir-akhir ini di Umang Isak, membuat bebatuan berukuran besar tersebut ditutupi oleh lumut yang cukup tebal, sehingga membuat para siswa yang didampingi oleh guru serta pemateri harus berhati-hati dalam menemukan ukiran yang ada di atas bebatuan.

Meski begitu, antusias para peserta sangat tinggi dan mereka pun berhasil menemukan beberapa tulisan yang diduga berbahasa sanskerta tersebut.

[Ana]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.