Oleh : Fauzan Azima*
“Kapan kau tidak berak malam,” gumam saudara kita di Sumut kalau sedang mencari lawannya yang selalu bersembunyi di balik layar komunitasnya.
Begitupun dulu Teuku Umar punya ilmu kebal peluru. Belanda dibuat kualahan. Sampai pada satu hari penjajah itu harus membuat peluru emas untuk membungkamnya.
Nah, demikianlah orang-orang yang merasa di atas angin pada negeri ini menganggap dirinya tidak dapat disentuh hukum. Kondisi ini memacu adrenalin saya untuk membuat peluru dari emas. Saya namakan peluru itu Berawang Kenil.
Kawan, simak baik-baik! Tentu saja stok peluru emas yang saya miliki tidak satu. Masih banyak Berawang Kenil lainnya yang dirakit oleh Empu bernama Sukirman.
Saya modifikasi peluru itu bukan untuk didelapanenamkan. Seperti yang kalian tuduhkan. Simpan saja uangmu. Saya bukan turunan pengkhianat.
Dayang-dayangnya menganjing-anjingkan lewat medsos. Saya tidak tersinggung. Hanya saja perlu disadari suatu peristiwa kalau sudah melibatkan kata “anjing” berarti peristiwa itu besar.
Baca Juga : No Perfect Crime di Berawang Kenil
Mo Yan dalam novel Red Sorghum, “Sejarah manusia yang gemilang selalu dipenuhi dengan legenda dan kenangan anjing; anjing hina, anjing terhormat, anjing menyeramkan dan anjing menyedihkan.”
Sangat disayangkan, ketika kilauan peluru Berawang Kenil muncul, orang yang suka mengambinghitamkan kata “anjing”mulai tiarap. Kalau saya masukan pelurunya ke megazine senapan, saya dipastikan mereka akan lari terkencing-kencing.
Perlu diketahui, saya mengkritisi bukan karena benci dan sombong. Tapi bagian dari kasih sayang sesama makhluk dan hubbul wathon minal iman atau cinta tanah air bagian dari iman.
Marilah sama-sama kita sayangi negeri ini. Masyarakat sudah apatis dengan kejahatan para bandit bertopeng birokrat dan politisi.
Kawan Razikin Akbar mewakili ratusan ribu kepala masyarakat yang acuh tak acuh terhadap situasi dan kondisi negeri ini. Dia menuliskan sebuah puisi pada laman Facebooknya.
Ooo Danau Lut Tawar
Telaga umum masyarakat Gayo
Mau mandi, mandi saja
Mau ikan, pancing saja
Mau air, tibuk terus.
(Mendale, September 17, 2023)