Haruskah Ada Sekolah Favorit?

oleh

Oleh : Vera Hastuti, S.Pd., M. Pd*

Setiap musim Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) fenomena wali murid yang mengincar sekolah negeri favorit tidak dapat dielakkan. Kebanyakan dari wali murid tersebut mengincar sekolah negeri favorit sebagai pilihan karena menganggap kualitas sekolah itu lebih dari sekolah lainnya.

Akibatnya, terjadi penumpukan peserta didik baru di sekolah-sekolah favorit, sementara sekolah negeri yang ada di pinggiran justru kekurangan jumlah peserta didik baru.

Untuk meminimalisir hal ini, pemerintah sudah mencoba meredam dengan mengadakan PPDB dengan sistem zonasi. Sistem ini diharapkan bisa memeratakan penerimaan siswa baru di setiap sekolah.

Seharusnya, istilah sekolah favorit tidak perlu ada. Mengapa demikian? Karena sekolah, terutama sekolah negeri, semestinya memiliki standar yang sama, baik dalam sistem belajar mengajar, fasilitas dan berbagai daya dukung lainnya.

Adanya sistem evaluasi yang bersifat nasional, sesungguhnya ingin menegaskan bahwa seharusnya sekolah memiliki kualitas yang sama, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan. Lantas mengapa ada sekolah favorit?

Di masyarakat umumnya, sekolah favorit identik dengan sekolah yang unggul dan berkualitas. Menurut para ahli pendidikan, setidaknya, ada tiga unsur yang menjadi sebab utama mengapa sekolah dikatakan favorit dan berkualitas.

1. Kualitas Manajemen Sekolah yang Baik

Sekolah dengan manajemen yang baik memiliki visi dan misi yang jelas, lingkungan sekolah yang baik, disiplin serta keteraturan yang konsisten. Manajemen sekolah yang berkualitas lebih meningkatkan kualitas belajar mengajar, termasuk disini meningkatakan kompetensi guru.

Sistem ini dimulai dari pembuatan kurikulum pelajaran, manajemen kompetensi guru/karyawan, perawatan inventaris, mengelola siswa dan orangtua murid, hingga manajemen keuangan.

2. Orang Tua yang Mendukung

Tidak dapat dielakkan bahwa sekolah-sekolah favorit umumnya diuntungkan oleh kemampuan orang tua sebagai daya dukung. Orang tua yang “Melek” pendidikan kerap kali ikut meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar.

Kegiatan ini berupa jam tambahan, les privat, dan berbagai kegiatan sekolah lainnya yang mendapat dukungan penuh dari orangtua. Tentu saja, hal ini akan lebih meningkatkan kualitas lulusan dan berdampak pada kualitas sekolah.

3. Kualitas Peserta Didik (Siswa)

Peserta didik atau siswa di sekolah favorit, khususnya untuk sekolah menengah, adalah lulusan yang terbaik dari jenjang sebelumnya. Hal ini berarti bahwa tugas sekolah tidak terlalu berat, karena sekolah hanya bertugas sebagai fasilitator dari anak-anak yang sedari awal sudah berkualitas.

Sekolah favorit adalah tempat bagi anak-anak yang sudah terpilih baik dari bidang pengetahuan maupun ekstrakurikuler, sehingga daya saing dan kompetisi menjadi lebih hidup dan semarak. Sehingga wajar, bila sekolah favorit lebih mampu membawa anak didiknya menjadi yang terbaik baik di kanca nasional maupun Internasional.

Sesungguhnya, bila ketiga unsur di atas berlaku di setiap sekolah, maka anak- anak didik tidak perlu berbondong-bondong masuk ke sekolah favorit. Hal terpenting adalah bagaimana agar sekolah dapat kembali ke tujuan awalnya, yakni mentransformasikan kualitas diri, agar lulusan sekolah menjadi manusia Indonesia yang memiliki kecerdasan, akhlak dan karakter.

Semua sekolah harus memiliki standar kualitas yang sama, baik dari segi isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan.

Bila, Kedelapan elemen ini dipenuhi oleh setiap sekolah, kami yakin sekolah akan kembali kepada jati dirinya, yaitu membawa masa depan bangsa Indonesia kepada masa depan yang lebih baik dan berkarakter.

Semua tujuan itu tidak mampu dipenuhi sendiri oleh sekolah, diperlukan suatu tata kelola pendidikan, dimana semua unsur seperti yang telah diutarakan bekerja dengan baik.
Seharusnya, semua sekolah adalah favorit karena pendidikan terbaik harus merata dirasakan oleh semua anak di seluruh Indonesia.

Label “sekolah favorit” harus dihilangkan karena semua sekolah bisa sama bila manajemen sekolahnya baik, termasuk rajin mengupgrade kompetensi guru, orang tua/wali yang mendukung kegiatan belajar, serta siswa yang semangat belajarnya tinggi dan tidak mengenal lelah. InsyaAllah, dimanapun sekolah itu berada pasti akan tetap menjadi sekolah unggul dan berkualitas.

*Guru SMAN 1 TAkengon, tinggal di Lorong MJM Takengon.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.