Drs. Alhudri, MM itulah nama sosok salah satu putra terbaik Gayo, yang dipercaya untuk memimpin Kabupaten Gayo Lues, sebagai Penjabat Bupati.
Sebelumnya, nama Kepala Dinas Pendidikan itu masuk satu dari tiga nama yang diusulkan Pj Gubernur Aceh ke Mendagri untuk mengisi kekosongan pimpinan di Negeri Seribu Bukit, Gayo Lues, menyusul Rasyidin Porang yang mundur karena sakit.
Sosok mantan Kepala Dinas Sosial Aceh, kelahiran Aceh Tengah, 22 Nopember 1968, dikenal luas sebagai salah seorang keturunan Reje Baluntara Kampung Toweren Kecamatan Lut Tawar, yang hingga saat ini masih mewariskan satu rumah kebesaran yang menjadi objek wisata sejarah di Toweren.
Suami dari Malawani, SE ini menamatkan pendidikan dasar di SDN 6 Takengon di tahun 1981. Selanjutnya tercatat sebagai alumni SMPN 1 Takengon di tahun 1984 dan SMAN 1 Takengon pada tahun 1987.
Di tahun 1990, Alhudri diterima sebagai PNS dengan golongan II A. Dia mendapat kesempatan belajar ke Banda Aceh dan diterima di D III APDN (1991).
Mulai menduduki jabatan struktural di jajaran Pemerintah Aceh Tengah di tahun 1999 sebagai Sekretaris di Kecamatan Kota Takengon setelah sebelumnya meraih gelar S1 dari IIP Jakarta (1997).
Setelah 3 tahun, di tahun 2002, Alhudri dimutasi sebagai Kasi Informasi dan Komunikasi di Kantor Camat Syiah Utama yang kemudian masuk dalam wilayah Kabupaten Bener Meriah setelah dimekarkan dari Kabupaten Aceh Tengah di tahun 2004.
Lima bulan kemudian, dia dipercayakan sebagai Camat Syiah Utama oleh Bupati Aceh Tengah saat itu, Mustafa M. Tamy yang kemudian dimutasikan sebagai Camat Wih Pesam di tahun 2003 sekaligus meraih dan akhirnya memperoleh Magister dari Unsyiah di tahun yang sama.
Karir ayah 3 orang anak ini, Satria Baluntara, Ridho Syahputra dan Andi Pahlevi terus menanjak di jajaran Pemkab Aceh Tengah. Sebagai Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (2004), Camat Lut Tawar (2005), Kepala Dinas Pendapatan (2007), Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana (2008) dan sebagai Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kampung di tahun 2010.
Sosok yang dikenal peramah dan humoris ini sempat juga menjadi staf ahli Bidang Pemerintahan di Setdakab Aceh Tengah sebelum akhirnya diminta Gubernur Aceh dr. Zaini Abdullah sebagai Kepala Satpol PP dan WH Aceh yang prosesi pelantikannya 16 Mei 2014.
Menjabat selama 2 tahun, Drs. Alhudri, MM dipercayakan memegang kendali Dinas Sosial Aceh, dia dilantik Gubernur dr. Zaini Abdullah, Jum’at 3 Juni 2016.
Kepercayaan Gubernur Aceh kepada Alhudri tidak luntur termasuk menghadapi Pilkada Aceh 2016-2017. Putra sulung dari 3 bersaudara pasangan H. Almusanna dan Hj. Maryam Hasan ini dipercayakan mensukseskan Pilkada Aceh untuk Kabupaten Aceh Tengah.
Dia bersama 8 pejabat jajaran Pemerintah Aceh lainnya dikukuhkan sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Aceh Tengah terhitung 25 Oktober 2016 dan efektif memasuki ruang kerja terhitung 31 Oktober 2016 menyusul cutinya Bupati dan Wakil Bupati Aceh Tengah, Nasaruddin dan Khairul Asmara sejak 28 Oktober 2016.
Catatan urutan orang nomor satu di daerah penghasil kopi Gayo berkelas dunia tentu bertambah, Drs. Alhudri, MM sebagai orang ke 22 setelah diawali Bupati pertama Abdul Wahab (1945-1949) dan Bupati ke 21 Ir. H. Nasaruddin, MM.
Usai menjalani tugas sebagai Plt Bupati Aceh Tengah, Alhudri kembali ke Dinas Sosial Aceh, bertahun disana akhirnya dirinya dipercayakan menjadi Kepala Dinas Pendidikan Aceh, sejak 18 Desember 2022.
Di Dinas Pendidikan, dirinya berhasil mengangkat dunia pendidikan Aceh, ke arah yang lebih baik.
Hingga akhirnya, pada akhir 2022 lalu, dirinya sempat menjadi calon Pj Bupati Aceh Tengah. Saat penentuan Pj Bupati Aceh Tengah, dirinya masuk satu dari dua nama yang diunggulkan untuk memimpin tanoh kelahirannya.
Namun, sengkarut masalah politik di daerah ini, dimanfaatkan oleh pihak lain, untuk merebut kekuasaan. Banyaknya kepentingan kelompok, dan tidak terjalinnya kekompakan antar sesama masyarakat Aceh Tengah saat itu, Kepala Daerah akhirnya diisi oleh orang yang bukan putra daerah.
Hingga akhirnya, Alhudri pun, batal ditunjuk menjadi Pj Bupati Aceh Tengah.
Hal ini, menurut beberapa kalangan menjadi cambukan bagi semua masyarakat Aceh Tengah, mengingat masih banyak putra daerah yang mempu menjadi pemimpin di tanah sendiri.
Lebih-lebih lagi, defisit anggaran yang terjadi di Aceh Tengah saat ini, menjadi PR besar bagi pemimpinnya. Belum lagi, dikabarkan ada disharmonisasi antara Pj Bupati Aceh Tengah saat ini dengan Sekda, membuat masalah defisit semakin runyam. Gelombang aksi unjuk rasa muncul secara perlahan, dan hingga saat ini permasalahan itu terus berlanjut.
Seperti yang ditulis Fauzan Azima dalam artikelnya yang ditayangkan LintasGAYO.co, ada dua hal yang menyebabkan kehidupan masyarakat Gayo mundur alih-alih membaik di setiap masa yang dilewati.
Pertama, faktor internal. Orang Gayo sulit bersatu. Masing-masing pihak merasa paling cakap, paling pantas, dan paling berhak. Konon karakter itu akibat gen yang diturunkan para raja zaman dahulu.
Ditambah lagi faktor eksternal. Para pendatang dengan mudah mengadu domba masyarakat yang terpecah untuk menguasai sumber daya alam. Setiap orang merasa berhak–bahkan tanpa beban moral–untuk mengubah cerita masa lalu untuk mewariskan dendam dan membunuh karakter saudara sendiri.
Gagal dipilih memimpin tanoh tembuni, akhirnya Ketururunan Kelima Reje Baluntara, Alhudri, dipercaya memimpin daerah Gayo. Secara geografis, negeri Gayo Lues, merupakan serinen dari Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Dia (Alhudri) akan dilantik pada Jum’at 24 Maret 2023 mendatang, oleh Pj Gubernur Aceh. Ketika, dihubungi LintasGAYO.co, Alhudri membenarkan kabar tersebut.
“Iya benar, sesuai arahan pimpinan,” kata Alhudri, Rabu 22 Maret 2023.
Menurut Alhudri, selaku abdi negara dirinya ikut arahan pimpinan. “Akuni ke Aman Mayak; gere mungkin aku si niro kunul atan ampang atau tetopang; aku bergantung arahan ari pimpinan,” kata Alhudri berbahasa Gayo.
Akhirnya, jejak karir penerus Reje Baluntara ini terus bertambah. Sebagai urang Gayo, tentunya dirinya ingin membangun Gayo Lues ke arah yang lebih baik.
Terlebih, salah satu tugas Pj Bupati, adalah menyukseskan Pemilu dan Pilkada pada tahun 2024 mendatang.
Meski terbuang (tidak di pilih) di tanah kelahiran, bagi Alhudri mengabdi di serinen-nya Gayo Lues adalah sama saja.
Seperti kata pepatah dari Muyang Siwah :
“Gere daleh pedang kin luju, atu kin pipisen. Genap akal kin pangkal kekire kin belenye.”
“Ike emas, tekaren ku wan limen tetap emas. Agih sibelem genap si nge munge,”.
[Darmawan Masri]