Cerita dari Kampungku (Episode 11) : Tengku Malem Dewa, Putri Bungsu dan PJ Bupati

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

PADA zaman dahulu kala–entah tanggal berapa, bulan apa dan tahun berapa–ada seorang pemuda yang pandai meniup seruling. Dia berasal dari Buntul Temil. Namanya Malem Dewa.

Tanpa sengaja dia bertemu dengan seorang tua renta bernama Inen Keben yang tinggal di Buntul Kubu. Perempuan itu membawa kayu bakar di atas kepalanya. Malim Dewa menawarkan diri untuk membawa kayu bakar milik Inen Keben. Inen Keben merasa senang.

Tidak hanya sekali. Malim Dewa berulang kali membantu Inen Keben. Ini menjadi kebiasaan. Saban keluar dari hutan, Malim Dewa membawa kayu bakar itu ke rumah Inen Keben. Hingga Malim Dewa dianggap sebagai anak sendiri oleh Inen Keben. Malim Dewa pun tinggal Buntul Kubu bersama Inen Keben.

Malim Dewa punya kebiasaan memancing. Tapi umpannya tergolong janggal; gelime mantu. Buah ini mirip jeruk Bali dan tumbuh di hutan belantara.

Satu hari yang cerah, saat Malem Dewa memancing, dia mendengar suara gadis bersenda gurau, riang sekali. Malim Dewa mencari tahu sumber suara itu. Ternyata itu adalah tujuh putri dari kayangan yang mandi di Atu Pepangiren. Selesai mandi dan mengeringkan diri, putri kayangan itu terbang kembali langit.

Mengintip putri kayangan mandi di Atu Pepangiren juga menjadi kebiasaan baru Malem Dewa. Sampai pada satu waktu, terbersit niat Malim Dewa untuk menyembunyikan selendang salah satu putri kayangan itu.

Niat itu dilaksanakan oleh Malem Dewa. Seperti hari-hari lain, tujuh putri kayangan datang kembali ke Atu Pepangiran. Mereka bercanda, tertawa, dan tidak pernah menyadari kehadiran Malem Dewa hari itu yang semakin dekat dan mengambil selendang salah satu dari mereka.

Puas bermain, tiba waktunya kembali. Namun satu di antara mereka, putri kayangan yang bungsu, baru menyadari selendangnya hilang. Mereka mencari ke sekitar lokasi itu. Tetap saja selendang itu tidak ditemukan. Malem Dewa menyaksikan peristiwa itu dari jauh sambil memegang selendang Putri Bungsu.

Detak waktu terasa semakin kencang. Tujuh putri kayangan harus segera kembali ke langit. Masa mereka berada di bumi telah habis. Mau tak mau, putri bungsu terpaksa tinggal di bumi.

Ditinggalkan di dunia yang asing, sendirian, jelas tidak mudah. Setelah semua kakaknya menghilang, tangis si bungsu tak berhenti. Lantas Malim Dewa datang. Dia menawarkan tempat menginap bagi si bungsu di rumah Inen Keben.

Tak ada bala bantuan dari langit. Si bungsu terpaksa menetap di bumi dan bergaul dengan “keluarga baru”, Inen Keben dan Malem Dewa. Lama kelamaan, tumbuh perasaan cinta di antara si bungsu dan Malem Dewa. Mereka akhirnya menikah dan dikaruniai seorang putra yang mereka namai Amat Banta. Mereka hidup bahagia, sebagai keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.

Banyak hikmah dari kisah Tengku Malim Dewa dan Putri Bungsu yang menjadi cerita rakyat di Gayo. Termasuk pada kebiasaan Malim Dewa memancing menggunakan gelime mantu sebagai umpan. Karena gelime mantu itu adalah akronim dari G=getah, E=energi, Li=litium, M=mineral, E=europium, Ma=eMas, N=nikel, T=tembaga, dan U=ranium.

Semua hal dalam gelime mantu itu adalah kekayaan alam Gayo yang seharusnya dikelola dengan baik. Karena itu, Aceh Tengah seharusnya dipimpin oleh pemimpin yang tepat. Bukan pemimpin seperti burung yang buang air di tempat kita dan akhirnya terbang entah ke mana.

Rencana kedatangan penjabat bupati yang tidak tepat itu adalah buah dari upaya segelintir orang sebagai carburator. Dalam istilah pesisir, mereka, para carburator disebut juga dengan peublo nanggroe yang sama-sama kita tahu persis sosoknya.

Mereka adalah orang-orang yang tidak punya prinsip. Tak malu melacurkan diri dan bermain dua kaki: ke sana makan ayam, ke sini makan kurik. Di antara para peublo nanggroe ini terlibat dalam suap di beberapa proyek.

Ada pula yang memang rakus. Orang-orang yang memanfaatkan situasi untuk mengutip uang dari pejabat-pejabat agar aman dari jeratan hukum. Macam model manusia telah tampak wajah aslinya di balik topeng kejahatannya.

Ini adalah tanggung jawab kita sebagai orang Gayo untuk menyelamatkan negeri ini dari tangan orang-orang yang hanya mementingkan diri sendiri.

Kalau ditanya, siapa saja orang Gayo itu? Orang Gayo adalah yang memiliki garis darah ayah seorang Gayo. Atau ibunya orang Gayo. Mereka yang lahir di Gayo. Atau mereka yang mengajar di Gayo. Orang yang berdedikasi tinggi dan mencintai Gayo.

Salah satu saja dari syarat tersebut ada pada diri seseorang, maka dia itu adalah orang Gayo sesungguhnya. Ia adalah Malim Dewa yang berhak memegang pancing dengan umpan gelime mantu.

(Mendale, Desember 29, 2022)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.