Diperlakukan Tidak Adil, Baggot Tak Boleh Tampil, “Timnas U – 23” Berhasil Tahan Vietnam

oleh

Oleh : Win Wan Nur*

Setelah berhasil melewati dua pertandingan awal AFF 2020 dengan kemenangan, 4 -2 melawan Kamboja dan 5 – 1 melawan Laos. Indonesia menghadapi laga berat melawan Vietnam, negara terkuat, bukan hanya di Grup B, tapi juga dibandingkan dengan seluruh tim peserta di AFF tahun ini.

Dalam menghadapi Vietnam, meski banyak pengamat menilai peluang Indonesia untuk tidak kalah di pertandingan ini sangatlah kecil. Optimisme sempat merebak dengan kehadiran Elkan Baggot, pemain berusia 19 tahun yang bermain untuk klub Inggris Ipswich Town. Dimana, sampai saat ini setiap kali dirinya berada di lapangan, Indonesia sama sekali tidak pernah kebobolan. Baik itu ketika dirinya memperkuat Timnas U – 19 maupun timnas utama.

Sialnya, tepat menjelang pertandingan melawan Vietnam yang sebelumnya menggila dengan mencukur gundul Malaysia dengan skor 3 – 0. Pemerintah Singapura membuat keputusan aneh, Elkan Baggot untuk masuk karantina dengan alasan dirinya satu pesawat dengan seorang pengidap Covid saat menuju ke Singapura. Pemerintah Singapura bergeming dengan keputusan ini meski setelah dilakukan PCR sebanyak tiga kali, Baggot dinyatakan negatif Covid.

Lebih aneh lagi, Baggot sebelumnya sudah tampil sebagai pemain pengganti melawan Laos.

Keputusan ini jadi semakin dirasa tidak adil, karena sebelumnya empat pemain Malaysia yang pernah sekamar dengan pengidap Covid, sama sekali tidak dipermasalahkan.

Belum cukup dengan itu, Ernando Ari, mantan kiper Indonesia U – 19, yang tampil bagus ketika melawan Australia di bawah bendera Timnas U – 23 dan juga di pertandingan sebelumnya melawan Laos, mengalami cedera tak bisa tampil.

Situasi ini membuat optimisme yang sempat melambung kembali meredup, bahkan lebih parah dari itu, mental pemain Indonesia dikhawatirkan down dan membuat peluang untuk tidak kalah dengan Vietnam semakin kecil.

Tapi ketika pertandingan ini berlangsung, situasi yang dikhawatirkan itu tidak berlangsung.

Meski awalnya ada rasa khawatir ketika lini pertahanan Indonesia terus dibombardir, tapi sampai berakhirnya 45 menit babak pertama, tak ada satupun peluang matang yang didapat timnas Vietnam.

Berbeda dengan Malaysia yang tampak ketakutan dengan nama besar Vietnam dan seperti sudah kalah sebelum bertanding, sehingga Vietnam bisa leluasa mengembangkan pertandingan, unjuk kecepatan dan seperti mengajari tim berjuluk Harimau Malaya ini bagaimana cara bermain bola yang benar.

Saat melawan Indonesia, para pemain Vietnam tampak frustasi, mengingatkan kita pada semifinal leg kedua Liga Champions musim 2009/2010, saat Inter yang diperlakukan tidak adil, menyingkirkan Barcelona dengan generasi emasnya, ketika Messi, Xavi dan Iniesta sedang lucu-lucunya, melaju ke final dan mengalahkan Bayern Munich di final untuk memboyong di kuping besar ke Lombardia.

Di babak kedua, situasi belum membaik. Vietnam meski lebih banyak menguasai bola, tidak pernah benar-benar menghasilkan peluang matang. Bahkan di akhir-akhir pertandingan, Indonesia malah mulai banyak mengancam dan membuat Vietnam terpancing bermain kasar, sehingga banyak pemain Indonesia terkapar, yang membuat pertandingan berlangsung dengan waktu tambahan hampir 7 menit.

Hasilnya, Indonesia yang diperkuat para pemain muda layaknya timnas U – 23 ini berhasil memberikan clean sheet pertama di Piala AFF tahun ini justru ketika menghadapi tim terkuat di turnamen dan tetap mempertahan posisi sebagai pemuncak klasemen grup B, Piala AFF 2020.

Hasil ini menjadi kejutan, karena Indonesia justru kebololan ketika melawan Kamboja dan Laos, dua tim pupuk bawang di grup B. Situasi yang membuat banyak pengamat pesimis.

Keberhasilan ini menunjukkan progres dari lini pertahan timnas dengan laju yang linier, terus membaik dua kali lipat di tiap pertandingan. Kebobolan 2 gol di pertandingan pertama, 1 gol di pertandingan kedua dan nirbobol di pertandingan ketiga.

Keberhasilan ini tak lepas dari cemelangnya tak tik Strategi Shin Tae Yong, pelatih timnas Indonesia asal Korea Selatan.

Shin Tae Yong, sebagaimana Mourinho yang memimpin Inter Milan menyingkirkan Barcelona di tahun 2010. Meramu pemain dan meracik strategi sesuai dengan kemampuan tim untuk mengantisipasi kekuatan lawan.

Ketidakhadiran Baggot, membuat STY menurunkan formasi yang dirancang untuk mematikan agresifitas Vietnam sebagaimana yang mereka tunjukkan ketika melawan Malaysia. Alih-alih meladeni permainan agresif Vietnam, STY malah membuat obat penawar dengan menurunkan formasi 5 – 4 – 1. Menurunkan lima bek, empat gelandang dan satu striker.

Formasi ini, membuat pemain-pemain depan Vietnam tak pernah bisa leluasa ke gawang Indonesia yang kali ini dikawal oleh pemain Bali United, Nadeo Argawinata. Karena tiap kali mereka menguasai bola saat mendekati kotak pinalti, mereka sudah langsung dikepung oleh para pemain Indonesia yang masih muda-muda.

Hebatnya, para pemain bertahan yang diturunkan STY kali ini, bermain sangat tenang. Mereka sama sekali tidak terlihat panik ketika mendapat serangan bertubi-tubi dari Vietnam.

Di pertandingan kali ini, kita lihat para pemain Indonesia berusia muda ini tampil begitu heroik dan sepenuh hati. Berbeda dengan timas-timnas sebelumnya yang dipenuhi dengan pemain senior dengan ego tinggi. Para pemain timnas kali ini, benar-benar tampil mengesampingkan egonya dan bertarung untuk tim, bukan untuk terlihat menonjol sendiri.

Satu lagi, satu hal menarik yang sangat jarang kita lihat ketika Timnas melawan Vietnam, pada saat menjelang menit-menit akhir. Bukan pemain Indonesia yang kehabisan nafas, tapi justru pemain Vietnam yang ngos-ngosan.

Ini adalah bukti, kalau sistem pelatihan Shin Tae Yong bersama timnya yang tidak hanya fokus pada taktik, tapi juga penguatan fisik telah membuat Timnas Indonesia ada di jalur yang benar.

Sekarang kita menunggu, apa yang akan dilakukan Shin Tae Yong dengan tim mudanya saat di pertandingan grup terakhir nanti melawan Malaysia.

Yang mana kita ketahui, sejak Indonesia kalah secara menyakitkan dari tim negeri jiran ini di final AFF 2010, Timnas tak pernah lagi mampu mengalahkan Malaysia sampai hari ini, sebelas tahun kemudian. Dalam kurun waktu itu, meski beberapa kali Indonesia punya peluang mengalahkan mereka, tapi karena pemain Indonesia terlalu emosional, mereka selalu gagal mengalahkan Malaysia.

Apakah dengan para pemain muda yang egonya bisa dikendalikan oleh Shin Tae Yong, Indonesia akan bisa memutus catatan buruk ini? Mari kita nantikan bersama-sama. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.