Guru dan Mbah Google

oleh

Oleh : Hammaddin Aman Fatih*

Di era processor pentium (serba cepat) sekarang ini, negara mengalami persaingan yang luar biasa dalam berbagai bidang. Dalam upaya menjawab tantangan ini perkembangan sumber daya diprioritaskan. Perkembangan sumber daya yang diprioritasakan adalah perkembangan sumber daya manusia.

Salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia dapat melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat membangun diri sendiri dan bersama-sama membangun bangsa.

Disamping itu pendidikan merupakan masalah yang penting bagi manusia, karena pendidikan menyangkut kelangsungan hidup manusia dan menciptakan sebuah peradaban.

Profesi guru adalah garda terdepan yang terlibat langsung dengan dunia pendidikan itu. Tanpa sosok seorang guru tidak akan mungkin ada sebuah peradapan.

Akhir-akhir ini banyak yang mempertanyakan tentang keberadaan profesi guru. Akan tetapi banyak pejabat negeri ini yang memperlihatkan sikap yang tidak berempati terhadap profesi guru dan perjuangan para tenaga pendidik selama ini.

Hal diatas tergambar dengan aturan pemerintah sekarang yang tidak lagi merekrut profesi guru lewat jalur Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Tapi menggantikan dengan jalur Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Kita lihat juga pernyataan Alex Denni Deputi SDM Aparatur Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) yang menyatakan bahwa pekerjaan ASN guru akan hilang seiring era digital. Atau apakah pemerintah sudah menyusun atau berniat mengganti profesi guru dengan robot (tenaga mesin digital atau artificial intelligence).

Kecerdasan buatan adalah kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem yang bisa diatur dalam konteks ilmiah atau bisa disebut juga intelegensi.

Kecerdasan buatan atau disebut juga Artificial Intelligence (AI) merupakan teknologi di bidang ilmu komputer yang mensimulasikan kecerdasan manusia ke dalam mesin (komputer) untuk menyelesaikan berbagai persoalan dan pekerjaan yang katanya, seperti dan sebaik yang dilakukan manusia. Bahkan katanya lagi bisa lebih baik dari manusia itu sendiri (Tuanya/Penciptanya). Dan kelemahannya mereka tidak kreatif, tidak memiliki ide dan emosional.

Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan ke dalam suatu mesin (komputer) agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia. Secara teknis, kecerdasan buatan adalah model statistik yang digunakan untuk mengambil keputusan dengan menggeneralisir karakteristik dari suatu objek berbasis data yang kemudian dipasang di berbagai perangkat elektronik.

Diera digital ini, ketika ada 1 atau 2 orang oknum guru yang menyimpang dari kode etik guru maka langsung Viral, dibesar-besarkan. Malah menjadi trending berita. Pejabat, pengamat, politik sibuk mengomentari dan menggugat keberadaan profesi guru. Profesi guru harus dievaluasi. Tapi, ketika profesi atau jabatan lain bermasalah, adakah kita sibuk mengevaluasi?

Kita harus jujur mengakui, bahwa kita bisa membaca dan menulis sehingga kita banyak tahu dan akhirnya menduduki jabatan atau profesi tertentu, bukankah karena jasa seorang guru ?. Guru bukan orang hebat tapi guru banyak menciptakan orang hebat.

Lebih tragisnya lagi, ada sebuah cerita. Seorang anak berlari dipematang sawah menuju ke sebuah gubuk untuk belajar dengan seorang guru. Diajar, 1 + 1 = 2. Ini ibu budi. Ini bapak budi. 17 tahun kemudian kita dia si anak tadi menjadi penentu kebijakan di negeri ini, dia mengatakan bahwa gurunya itu tidak professional.

Yang menjadi pertanyaan, “tidak professional pun dia”, bisa melahirkan seorang pejabat. Konon lagi bila dia professional ? Entah apa lagi yang bisa guru itu ciptakan. Ingatlah, jangan pernah kacang lupa akan kulitnya !

Melihat perkembang kemajuan teknologi yang begitu cepatnya. Proses transfer ilmu pengetahuan bermigrasi begitu cepatnya. Semua profesi harus menggunakan teknologi agar tidak ketinggalan terutama bidang pendidikan.

Era Pandemi Covid-19 telah memaksa dunia pendidikan untuk berbenah menguasai perangkat ITC untuk tetap eksis menjalan proses belajar mengajar atau agar tidak terjadi kevakuman pendidikan dengan sistem yang harus menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) / Belajar Dari Rumah (BDR) atau lebih trendnya lagi dikenal dengan sebutan DARING untuk segala tingkatan dan sedikit banyak mulai bersengkolan dengan Mbah Google yang merupakan salah satu mesin pencari di dunia maya yang sangat popular saat ini. Banyak argument menyatakan ; “ke depan peran guru sedikit demi sedikit akan diambil oleh Mbah Google”.

Menyikapi diberlakukannya proses diatas, muncul pernyataan, “mungkinkah kedepan kita tidak butuh profesi guru lagi, karena profesi itu bisa digantikan dengan Mbah Google ? Mbah Google siap menjawab apa yang kita tanyakan. Kita tinggal tekan keyboard. Jawaban langsung muncul.

Yang menjadi pertanyaan. Betulkah, bisakah Mbah Google bisa menggantikan peran seorang guru untuk mencerdaskan anak bangsa untuk mencapai tujuan pendidikan kita yang sesuai dengan amanat UUD 1945?

Guru adalah pilar pendidikan. Oleh karena itu keberhasilan pendidikan di suatu negara sangat dipengaruhi oleh peran strategis para guru. Guru berperan besar dalam mengantarkan generasi kita kepada tujuan akhir dari pendidikan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, di mana pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, dan ketrampilan.

Tan Malaka mengatakan tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan.

Untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan mutu pendidikan maka diadakan proses belajar mengajar, guru merupakan figur sentral, di tangan gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar di sekolah.

Mbah Google hanya sanggup untuk memberi tahu, tapi miskin dengan makna arti dari apa yang Mbah Google berikan atau ditampilan dilayar monitor. Mbah Google tidak pernah tahu etis atau tidak etis, layak atau tidak layaknya informasi yang Mbah Google tampilkan. Mbah Google tidak pernah tahu positif atau negatif informasi yang ditampilkan.

Mbah Google hanya menerima perintah user tanpa sanggup untuk membantah. Mbah Google hanya media yang membantu kita untuk mendapatkan informasi secara instan.

Jelasnya, profesi guru tidak bisa digantikan dengan apapun. Pendidikan harus memiliki sentuhan emosi yang melekat sebagai mahluk sosial. Profesi guru yang memiliki 4 kompetensi, yaitu Pedagogik, Keperibadian, Profesional dan sosial. Dari 4 kompetensi itu, hanya 1 yang bisa mungkin digantikan oleh Mbah Google, yaitu kompetensi profesional.

Sedangkan 3 kompetensi lagi tidak mungkin bisa diambil perannya oleh Mbah Google.
K.H. Dimyati Rois mengatakan “Jika anda menjadi guru hanya sekedar transfer pengetahuan akan ada masanya di mana anda tak lagi dibutuhkan, karena Google lebih cerdas dan lebih tahu banyak hal daripada anda, namun jika anda menjadi guru juga mentransfer adab, ketaqwaan dan keihlasan, maka anda akan selalu dibutuhkan karena Google tak punya itu semua”.

Oleh karena itu tugas dan peran guru bukan saja mendidik, mengajar dan melatih tetapi juga bagaimana guru dapat membaca situasi kelas dan kondisi peserta didiknya dalam menerima pelajaran. Sosok guru peduli dengan peradaban dunia dan yang bisa membuat peserta didik percaya akan kemampuannya sendiri, dan bangga melihat perkembangan peserta didiknya sekecil apa pun.

Jelasnya profesi guru tidak bisa tergantingkan dengan Mbah Google. Hal ini karena profesi guru melekat dalam dirinya sikap dan keteladanan. Apakah mungkin Mbah Google bisa memberikan hal tersebut.

Baru beberapa bulan pemberlakukan pembelajaran Jarak Jauh / Belajar Dari Rumah (daring) telah menimpulkan masalah baru, belum jika itu dipermanenkan atau beberapa tahun lagi diterapkan, yaitu generasi kita terpapar pornografi yang efeknya lebih dahsyat dibandingkan Narkotika yaitu Narkolema dengan menggunakan gadget sebagai alat komunikasi yang cangggih berbasis smartphone, laptop dan netbook pendukung proses pembelajarannya.

Narkolema adalah singkatan dari narkotika lewat mata alias pornografi yaitu ketika kita melihat gambar, alur cerita, photo video yang melanggar kesusilaan. Bila setiap hari terpapar dengan hal tersebut bisa menjadi ketagihan yang akhirnya brutal ingin pelampiasan.

Tidak ada lagi kata-kata yang bisa kita katakan, melihat penyimpangan yang terjadi dari dampak paparan pornografis itu yang terlihat oleh anak-anak kita yang masih dalam proses mencari jati diri.

Apakah kita siap menerima bila anak-anak kita sudah sedini mungkin dikenalkan dengan itu. Maka perana seorang guru sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak kita.

Apalagi saat-saat umur 3 s/d 17 tahun, saat kritis pembentuk karakter, menjadi fondasi keperibadiannya kedepan karena mereka hanya berpikir pendek tanpa memikir efek kedepan untuk masa depanya.

Pertama mereka jijik melihat atau mendengarnya, tapi ada perasaan penasaran dibalik itu sehingga bila tanpa pengawasan atau lingkungan yang tidak beres atau bermasalah. Maka dia kembali melihat pornografis mencari kepuasan.

Untuk meningkatkan peranan guru, khususnya dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar, maka guru diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan mampu mengelolanya.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik dan mengevaluasi peserta didik yang hal tersebut tidak dimiliki oleh Mbah Google. Mbah Google hanya bisa menjadi salah satu media atau membantu guru untuk mendapatkan informasi atau mempercepat proses transfernya. Tapi, tetap dalam pengawasan seorang guru.

Guru, semoga engkau tetap konsisten dan kuntinyu dengan cita-cita muliamu mencerdasakan dan terus membekali anak-anak negeri ini dengan ilmu pengetahuan agar mereka bisa bersaing mendapatkan kehidupan yang layak dan bermartabat nanti. Memang hasilnya tidak langsung terlihat seperti membalikan telapak tangan walaupun dengan dana yang melimpah tapi terus berproses memakan waktu yang panjang.

*Penulis adalah seorang antropolog dan wakasek bidang kurikulum SMAN 1 Timang Gajah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.