Sudah Tunjukkan Rancangan Penataan Pada Ketut, Kadisdik Aceh Tengah Kecewa Kontroversi Ceruk Mendale Heboh

oleh

TAKENGON-LintasGAYO.co : Pasca hebohnya proyek penataan Ceruk Mendale yang menjadi kontroversi di masyarakat, LintasGAYO.co menghubungi Kadisdik Aceh Tengah, Uswatuddin, sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang membawahi penanganan Ceruk Mendale.

Uswatuddin mengatakan bahwa dirinya sangat menghormati Ketut Wiradnyana, selaku peneliti yang membuat temuan di Ceruk Mendale yang telah membuka tabir, asal usul nenek moyang kita orang Gayo dan telah berapa lama nenek moyang kita berdiam di tempat ini.

Menurut Kadisdik, dirinya dan juga bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar sangat mendukung penelitian di Ceruk Mendale, baik itu secara kebijakan maupun dana.

“Sejak penggalian situs ini dimulai beberapa tahun silam, ada banyak kritik yang dialamatkan kepada pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, yang dianggap oleh masyarakat tidak peduli pada situs yang sangat berharga ini,” katanya, Minggu 14 November 2021.

Selama ini, situs tersebut benar-benar seperti tidak terawat dan bisa dikatakan didiamkan begitu saja tanpa pengawasan. Menurut Uswatuddin, karena tidak adanya pengawasan seperti itu, replika kerangka yang ditempatkan di Ceruk Mendale, banyak yang dirusak pengunjung. Mereka bahkan memecahkan replika kerangka untuk dijadikan kenang-kenangan.

Tidak ingin situasi seperti itu terus berlangsung, Disdik Aceh Tengah berinisiatif untuk membuat situs ini terlindungi dengan cara membuat jalan masuk yang representatif ke dalam ceruk itu, agar pengunjung yang datang ke sana tidak celaka.

Jadi, sangatlah tidak benar kalau ada masyarakat yang beranggapan bahwa dirinya berniat merusak situs tersebut. Karena kenyataannya adalah, dirinya dan pemerintah Aceh Tengah secara umum ingin melindungi situs itu, dan ketika merencanakan proyek ini, bagian dalam ceruk, tempat kerangka berada, sama sekali tidak mereka sentuh. Mereka hanya menata bagian luar situs ini.

Karena itulah, mantan guru SMA Modal Bangsa, Banda Aceh ini merasa sangat sedih ketika membaca pernyataan Ketut di sebuah media terbitan Banda Aceh yang menyatakan bahwa proyek ini menutupi lubang-lubang galian.

Meski begitu, Kadisdik Aceh Tengah ini tidak menolak kalau dirinya dikatakan salah karena telah menggali bagian depan situs ini yang ternyata juga mengandung data-data arkeologis.

“Tapi itu terjadi sama sekali bukan karena niat merusak. Itu terjadi karena ketika proyek itu dirancang, dirinya sama sekali mendapat informasi, sampai batas mana saja situs ini yang masuk kawasan perlindungan yang tidak boleh disentuh apalagi ditata,” tegasnya.

Terkait hal ini, Uswatuddin menolak tudingan bahwa dirinya tidak berkoordinasi dengan Ketut Wiradnyana selaku peneliti utama di situs ini.

Dikatakan, dirinya bertemu Ketut Wiradnyana terakhir kali pada tanggal 21 Mei 2021. Saat itu dirinya diundang oleh Ketut untuk menjadi pemateri seminar tentang Ceruk Mendale. Ketut memintanya untuk memaparkan kebijakan Pemkab Aceh Tengah terkait situs arkeologis tersebut.

Pada seminar yang berlangsung di Hotel Parkside Gayo Petro ini, dirinya memaparkan gambar rancangan penataan Ceruk Mendale di hadapan peserta seminar. Lalu masih menurutnya, ketika rancangan itu dia paparkan, Ketut Wiradnyana sendiri memberikan dua jempol, pertanda sangat mengapresiasi apa yang dia lakukan.

“Kalau memang proyek itu ternyata merusak situs itu, kenapa waktu gambar itu saya tunjukkan Ketut tidak mengoreksi, tapi malah memberikan dua jempol?” tanyanya heran.

Di lain pihak, ketika LintasGAYO.co menghubungi Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar untuk menanyakan pendapatnya tentang persoalan ini, Shabela menyatakan dirinya sangat kecewa pada Ketut yang memilih menghebohkan persoalan ini di media sosial sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat.

“Kalau Ketut memang berniat baik dan melihat kita sebagai teman, kenapa ketika dia mengetahui hal itu dia tidak menghubungi kami di Pemkab Aceh Tengah? Padahal selama ini kami kan tidak punya masalah dengan Ketut, bahkan saya sejak sebelum menjadi bupati pun sudah sangat mendukung penelitiannya. Kenapa dia sebagai seorang berpendidikan malah menghebohkan persoalan ini di media sosial, sehingga akhirnya berkembang menjadi liar, seperti ini caranya membalas segala sikap baik dan penghormatan kita?” tanya Bupati dengan nada sangat kecewa.

Sementara itu, ketika LintasGAYO.co mencoba menghubungi Ketut Wiradnyana untuk mengkonfirmasi kebenaran dari pernyataan Kadisdik Aceh Tengah dan pernyataan bupati Shabela ini, baik melalui WhatsApp maupun telepon seluler, kami mendapati kalau nomer peneliti utama Balar Medan ini tidak aktif.

[Tim Redaksi]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.