Tengku Abdurrahim Daudy (Mudekala), Tokoh yang Bersahaja

oleh

Oleh : Suhaili Beke*

Tengku Mudekala yang memiliki nama asli Tengku Abdurrahim Daudy adalah seorang tokoh yang bersahaja, rendah hati dan dikenal banyak kalangan masyarakat. Tengku Mudekala lahir di Kampung Bukit, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah tahun 1910. Beliau adalah seorang tokoh ulama kharismatik, penulis, guru dan seniman dengan karya dalam bentuk saer Gayo.

Sejak kecil, Mudekala telah menekuni ilmu agama baik secara formal dan informal. Tengku Mudekala Pernah sekolah di Vervolk School Nangka Kebayakan dan mondok di Pesantren Gele Gantung pimpinan Tengku Muhammad Shaleh (Tengku Pulo Kitun).

Setelah menyelesaikan pendidikan beliau menjadi guru Swasta sampai menjelang masa penjajahan Jepang tahun 1942. Tahun 1947 sampai dengan tahun 1950 beliau menjadi Wakil Ketua Mahkamah Syar’iyah di Takengon.

Tahun 1951 sampai tahun 1953 menjadi Kepala Mukim di Kebayakan, tahun 1954 sampai tahun 1956 menjadi guru agama pada Pendidikan Islam (PI) di Takengon, pada tahun 1957 beliau diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan menjadi Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Bukit-Nosar sampai tahun 1958.

Disamping kegiatan sebagai birokrat (PNS), ia juga berprofesi sebagai budayawan dan seniman yang dalam istilah Gayo lebih dikenal dengan sebutan Ceh. Dalam profesinya sebagai budayawan beliau sering diundang untuk membacakan saer-saer yang dikarangnya pada acara-acara tertentu.

Dengan bekal ilmu yang didapat dan keseriusan menekuni ilmu agama, selain sebagai seorang guru dalam lembaga pendidikan formal, Tengku mudekala juga adalah seorang guru sekaligus ustadz di tengah masyarakat.

Ia juga mengajar pengajian di masjid, mersah, yang memberi petuah dan ceramah-ceramah yang mencerdaskan, serta untuk menyampaikan kebenaran dan menyatakan kebenaran.

Di bidang keagaman, Tengku Mudekala mengusai kemampuan yang komplit, mulai dari bahasa Arab, Aqidah-Akhlak, ilmu Fiqih, Al-Qur’an, Hadist dan tasawuf yang di peroleh dari pasantren dan para guru alim ulama.

Semasa hidupnya Tengku Mudekala dalam kesehariannya selalu berdekatan dengan kajian keagamaan dan melibatkan nilai adat budaya yang bertujuan agar agama islam mudah di pahami oleh masarakat. Beliau melakukan dengan bermacam-macam pendekatan, salah satu pendekatannya melalui saer Gayo.

Sosok yang sederhana ini sepertinya telah menjadikan agama dan budaya itu sebagai nafas dalam kehidupannya. Ketekunan Beliau dalam menulis saer Gayo merupakan bukti Tengku Mudekala banyak membawa catatan penting dalamn sejarah perjalanan keilmuan di Gayo, bahkan sebelum Indonesia merdeka.

Di usia yang sangat muda, sekira tahun 1938 pada saat itu usia Tengku Mudekala 27 tahun, ia telah menghasilkan karya penting ke dunia internasional dengan judul buku Tafsir Gayo yang diterbitkan oleh penerbit ternama di dunia Mathba’ah Mustafa-Baby wa Awladuh di Mesir.

Di sisi lain dalam penghayatan kesenian secara lahiriah dan batiniah, sosok tengku Mudekala memiliki pandangan yang luas untuk melestarikan kebudayan Gayo. Dalam hal ini juga Tengku Mudekala pernah menulis buku yang berjudul Sejarah daerah dan Suku Gayo yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Keudayaan.

Buku ini berisi tentang sejarah Linge dan Kerajaan Bukit, terbit tahun 1979 dalam Bentuk stensilan oleh “Dokumentasi LK Ara” dan naskah aslinya sebelum di terbitkan di temukan dari Drs. R. Ahmad banta atas bantuan Aman Patria kala.

Informasi ini di ambil dari pedahuluan buku tersebut. Membaca karya Tengku Mudekala dan kehidupannya seakan-akan pemahaman terhadap Negri Gayo Seperti sudah terencana untuk Gayo kedepannya, serta untuk peradapan dan eksistensi seni dan budaya gayo di masa akan datang agar tetap berkembang.

Disisi lain Tengku Mudekala juga berperan dalam pendirian group didong Dewantara Kebayakan dan dijadikan sebagai penasehat group tersebut, agar apa yang dilantunkan tidak melanggar nilai nilai agama dan budaya

Tengku Mudekala wafat tahun 1961 di Bale Atu Takengon pada malam jumat Sewaktu melaksanakan shalat isya dan di makamkan dikebayakan.

Note : referensi tulisan ini ada dibagian akhir

Tengku mude kala banyak menulis Saer, Blberikut ini dua buah saer beliau dengan judul Zat ALLAH dan Doa gere Makbul.

Zat Allah oleh Abdurrahim Daudy Mudekala

Nabi Muhammad nge mumerintah

Nge meta munegah ku ko béwénmu

Gelah ko berfikir ku si jadin Tuhen

Alam sekalien lat batat kayu atu

Kediken oloktu kase ko berfikir

Udah tesewir perin ko lagu anu

Pedehel Tuhen gere nguk ifikir

Gere nguk itamsil urum qies naru

Meh utok minyak urum sosop limpe

Tuhen nggih’ muconto urum mujudu

Si nguk ifikir nguk ipesaman

Nguk iteleden kusana demu

Kediken teleden gere kite depet

Orop munaran penat munyakit ni ulu

Isuruh nabi sikite fikir

Nguk itakbir alam baharu

Turun ne uren kualam dunie

Emun musime iyup-iyupkuyu

Kegere turun uren ari langit

Senuwen jerkit nge dabuh layu

Kupen wan bumi weis muner

Weis mupencėr nguk kin minyak ni lampu

Ijadin tuhen bermacam-macam

Iatan asam murip kayu nalu

Kelamun minum berwama tige

Putih ilang ijo bercurak tulu

Mata ni lo terang mucaya

Bulen punama mejeng telan rewu

Iyok wan ni uten bermmacam bage

Séba bedenne ulung ni kayu

Wan uwah ni gele nguk murip iyök

Gere ke tekok kekire tumpu

jadin tuhen oyale misele

Bumi kin teté langit kin supu

Oyale sifikir isuruh nabi

Zat illahi tuhen yang satu

Referensi :

1. Wawancara dengan Anan Rumbiana di Bale atu

2. Buku Tafsir Gayo Abdurrahim Daudy Mudekala

3. Buku sejarah daerah dan Suku Gayo

*Seniman Muda Gayo

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.