Vaksin Bagi Siswa, Cegah Generasi Learning Loss

oleh

Pandemi Covid-19 telah berlangsung setahun lebih. Sejak merebaknya virus asal Wuhan, China itu, Pemerintah menerapkan pembelajaran daring bagi para siswa, kondisi ini tak terkecuali di Provinsi Aceh.  Di Aceh sendiri, pembelajaran dari rumah bagi siswa memang tak selalu dilakukan. Saat zona di suatu wilayah atau ada kabupaten/kota yang baik zonasinya terhadap penyebaran Covid-19, maka pembelajaran tatap muka terbatas dilakukan. Namun, begitu keadaan kasus melonjak lagi, maka pembelajaran daring kembali dilakukan.

Provinsi Aceh yang saat ini menjadi salah satu daerah di Indonesia dengan tingkat vaksin Covid-19 terendah, tersulut menggencarkan vaksin bagi remaja di usia sekolah. Kamis, 16 September 2021 lalu, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) hadir ke Aceh, yang secara khusus memantau kegiatan vaksin door to door di dayah-dayah di Bumi Serambi Mekkah ini.  Dalam kesempatan itu, secara terbuka Jokowi memberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada pondok pesantren (ponpes) atau dayah yang mendukung sekaligus melaksanakan vaksinasi untuk para santrinya.

“Saya sangat menghargai sekaligus mengapresiasi semua Ponpes yang mendukung santri-santri untuk divaksin, karena kita ingin anak-anak kita para santri semua tidak terpapar Covid-19. Kita ingin melindungi atau memproteksi mereka semua dari paparan Covid-19 dengan cara vaksinasi,” kata Presiden Jokowi, saat berkunjung ke Dayah Istiqamatuddin Darul Mu’arif, Kecamatan Kuta Baro, Aceh Besar.

Jokowi berharap, dengan adanya vaksinasi massal untuk para santri semuanya terproteksi dari Covid-19. Dengan begitu, diharapkan juga belajar tatap muka segera akan terealisasi. “Semoga semuanya sehat sehingga belajar secara tatap muka antara guru, santri hingga para kiyai, segera dilakukan lagi. Sehingga proses belajar mengajar di ponpes bisa normal kembali,” pungkas Jokowi.

Pesan yang tersirat dari kedatangan Presiden ke Aceh ini, dimana Jokowi ingin Aceh menggencarkan vaksin Covid-19 terutama kepada para remaja di usia sekolah.

Merespon itu, Pemerintah Aceh lewat Dinas Pendidikan kemudian melakukan kunjungan ke daerah-daerah untuk mensosialisasikan vaksin bagi siswa.  Kadisdik Aceh, Drs. Alhudri, MM secara tegas mengatakan kunci keberhasilan vaksin siswa terletak pada wali kelas dan kepala sekolah. Untuk itu, ia berharap agar pihak sekolah benar-benar mengedukasi siswa untuk mau divaksin.

Alhudri kemudian mengultimatum para kepala sekolah, agar segera menyukseskan pelaksanaan vaksin bagi siswa. “Ini saya tegaskan kepada kepala sekolah SMA, SMK dan SLB, jika tidak mampu maka saya persilahkan mundur saja,” kata Alhudri di hadapan kepala sekolah SMA/SMK dan SLB saat mendampingi Sekda Aceh, dr. Taqwallah, M.Kes di SMKN 2 Blang Kejeren, Kabupaten Gayo Lues. Minggu 19 September 2021 lalu.

Sikap tegas itu kemudian dipelintir oleh beberapa pihak yang tidak percaya akan pandemi ini ada. Padahal, jika dilihat dari sisi positifnya, penyegeraan vaksin siswa adalah untuk menjawab tuntutan masyarakat Aceh, agar anak-anak negeri ini bisa secepatnya kembali ke sekolah tanpa harus melakukan pembelajaran daring lagi.

Respon positif atas ketegasan Disdik Aceh tersebut juga datang dari beberapa pihak, seperti yang diutarakan oleh Kapolda Aceh, Irjen Pol Ahmad Haidan dan Pangdam Iskandar Muda, Mayjen TNI Achmad Marzuki.

Cegah Learning Loss

Sikap responsif dari Pemerintah Aceh itu untuk menggencarkan vaksin siswa, ditujukan agar learning loss tidak terjadi. Untuk diketahui bersama, learning loss merupakan hal yang belum kita sadari dari dampak pandemi Covid-19 ini. Learning loss adalah penurunan capaian pembelajaran. Akibat kondisi Pandemi Covid-19 Pemerintah Indonesia memutuskan agar sekolah memberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) guna untuk mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah. Namun ternyata pemberlakuan PJJ mempunyai risiko lain yaitu learning loss.

Hal tersebut disampaikan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarin, BA, M.BA bahwa kita berisiko memiliki generasi dengan learning loss. Akan ada dampak permanen dalam generasi kita, terutama bagi yang lebih muda jenjangnya.

Nadiem menegaskan, pembelajaran tatap muka terbatas mutlak harus dilakukan agar para siswa tak mengalami learning loss akibat pandemi Covid-19. Jika dilihat dari bahasa, learning loss adalah istilah yang mengacu pada hilangnya pengetahuan dan keterampilan baik secara umum atau spesifik, atau terjadinya kemunduran proses akademik karena suatu kondisi tertentu.

Menanggapi hal tersebut pemerintah akhirnya meminta semua pihak ikut mendukung pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas yang kian penting dan mendesak untuk mengihindarkan generasi muda Indonesia dari Learning Loss. Kondisi learning loss bisa saja akan berdampak di lingkungan pendidikan Aceh. Kita ketahui bersama bahwa Pendidikan merupakan salah satu prioritas penting saat ini di Aceh.

Untuk dapat segera mencegah learning loss, Dinas Pendidikan Aceh merespon dengan baik arahan dari pusat agar segera diberlakukannya PBM terbatas di Aceh. “Dinas Pendidikan Aceh sadar bahwa kurangnya kualitas serta fasilitas bagi anak dalam menjalankan PJJ selama ini juga berisiko terjadi learning loss di lingkungan Pendidikan Aceh, maka dari itu PTM terbatas yang diarahkan oleh pusat menjadi opsi yang sangat tepat juga di Aceh,” ujar Direktur Eksekutif Jaringan Survei Inisiatif, Ratnalia Indrasari beberapa waktu lalu.

“Namun penuntasan vaksinasi pendidik dan tenaga kependidikan yang masih belum berjalan dengan baik di Aceh baiknya menjadi prioritas utama Dinas Pendidikan Aceh saat ini. Maka dari itu ketegasan dalam penuntasan vaksinasi ini menurut saya sudah tepat dilakukan oleh Kadisdik Aceh,” ujar Ratnalia Indrasari.

Menurutnya, percepatan vaksinasi PTK menjadi pilar penting dalam mengembalikan siswa-siswi di Aceh ke pembelajaran tatap muka. “Saya rasa hanya terjadi miscommunication di opini masyarakat Aceh saat ini,” katanya.

Hal yang dilakukan Kadisdik Aceh merupakan upaya tepat dan sesuai ranahnya. Vaksinasi tersebut semata-mata dilakukan agar siswa-siswi dibawah naungan Dinas Pendidikan Aceh dapat kembali ke sekolah serta agar tidak semakin terdampak learning loss. “Ketegasan seperti ini harusnya kita syukuri. Pemimpin yang tegas merupakan pemimpin yang benar-benar peduli terhadap tanggung jawab yang diembannya. Semoga dengan segeranya pemberlakuan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas di Aceh secara menyeluruh dapat menghindarkan siswa-siswi di Aceh dari terdampaknya Learning Loss,” ucap Ratna.

Vaksin Bagi Siswa Bukan Pekerjaan Mudah

Lain itu, Kadisdik Aceh, Drs. Alhudri, MM mengatakan, vaksinasi siswa usia sekolah adalah suatu bentuk ikhtiar dalam rangka menjaga agar siswa sekolah tidak sampai terpapar Covid-19. Karena itu dia mengajak pihak sekolah mulai dari kepala sekolah hingga wali kelas untuk bersinergi dalam upaya menyukseskan vaksinasi siswa usia sekolah, terutama untuk SMA/SMK dan SLB yang merupakan tanggungjawab Dinas Pendidikan Aceh.

Kendatipun demikian, Alhudri mengatakan bahwa vaksinasi siswa usia sekolah bukanlah pekerjaan mudah, apalagi dalam meyakinkan wali siswa terhadap pentingnya vaksinasi. “Kami faham betul bapak, ibu ini bukan pekerjaan mudah, tapi kita harus berusaha bersama-sama karena ini untuk kebaikan anak-anak kita semua,” kata Alhudri.

Alhudri menuturkan, selama masa pandemi Covid-19 hampir semua sektor mengalami kemunduran. Dalam urusan pendidikan perubahan cara belajar dari tatap muka ke daring juga sangat berdampak terhadap serapan materi belajar oleh siswa. Begitupun terhadap kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler siswa seperti pada saat masa normal. Jika pun ada sekolah yang tatap muka namun kegiatannya tetap masih dibatasi.

“Maka kepada bapak, ibu jangan ada prinsip tertekan, cara silakan bapak ibu fikirkan bagaimana baiknya, kami hanya mengajak, ini urusan nyawa kita tidak boleh main-main,” kata Alhudri.

Progress Vaksin Siswa di Aceh

Meski ada anggapan miring oleh sebagian masyarakat, vaksin siswa di Aceh terus berlanjut. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Aceh, Saifullah Abdul Gani yang akrab disapa SAG, Kamis 23 September 2021 mengatakan, hingga hari ini sebanyak 25.098 siswa telah melakukan vaksinasi Covid-19 dosis atau sekitar 4,3 persen dari target sasaran yang mencapai 577.015 orang. Sedangkan suntikan dosis II telah dilakukan 13.365 siswa.

“Vaksinasi remaja usia sekolah, umur 12 – 17 tahun, itu terus dipacu untuk  mempersiapkan mereka kembali ke sekolah,” kata SAG.

Menurut SAG, para siswa di Aceh sudah sangat rindu kembali ke sekolah untuk belajar tatap muka, bertemu guru mereka, dan belajar bersama teman-temannya seperti dulu. Sebagai orangtua sudah selayaknya mendukung mereka kembali ke sekolah untuk belajar tatap muka, dengan risiko minimal terinfeksi virus corona.

Risiko tertular Covid-19 sangat kecil bila setiap remaja telah mendapat vaksinasi lengkap. Para orangtua seyogyanya gegas membawa putra-putrinya ke tempat vaksinasi terdekat. Kekebalan spesifik dari infeksi virus corona akan terbentuk sempurna setelah sekitar dua minggu vaksinasi dosis II. Kekebelan kelompok (herd immunity) akan terjadi bila minimal 70 persen komunitas sekolah sudah vaksinasi lengkap, tuturnya.

“Begitu urgennya vaksinasi bagi komunitas sekolah yang meliputi murid, guru, kepala sekolah, staf admistrasi, dan petugas lainnya, supaya terbentuk herd immunity dan saling melindungi di lingkungan sekolah,” tuturnya.

Secara umum, tambah SAG, progres vaksinasi dosis I di Aceh sudah mencapai 922.486 orang, atau 22,9 persen dari total sasaran yang mencapai 4.028.891 orang. “Yang sudah melakukan suntikan dosis II, sebanyak 483.211 orang, atau 12 persen. Suntikan dosis kedua terikat dengan waktu suntikan dosis I bagi masing-masing orang dan kelompok sasaran,” tandas SAG.

[Darmawan Masri]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.