Mersah Paluh Celala, Tempat Persinggahan Pahlawan Nasional Tjut Nyak Dien

oleh

Mersah Paluh merupakan satu bangunan yang berada di Kampung Celala, Kecamatan Celala, Aceh Tengah. Mersah ini merupakan salah satu objek Cagar budaya penting yang ada di Kabupaten Aceh Tengah.

Awalnya Mersah Paluh berlokasi di samping kanan jembatan besar sebelum sampai ke Kampung Celala (dari arah Kampung Blang Kekumur) dengan titik koordinat (4°35’47.8″ N, 96°41’37.3 E”).

Dikarenakan oleh adanya proses pelebaran dan pembangunan ruas jalan beberapa tahun terakhir, akhirnya bangunan Mersah Paluh ini dipindahkan oleh masyarakat Celala ke lokasi yang baru, yaitu di pinggir persimpangan Jalan Paya Benyet dengan titik koordinat (4°35’48.9″ N, 96°41’32.3″ E), lokasi tersebut sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari tempat asalnya Mersah Paluh.

Bangunan yang terbuat dari bahan papan, seng, dan tiang yang sekarang ada di persimpangan jalan Paya Benyet merupakan bahan asli yang dibawa dari Mersah Paluh yang lama, meskipun ada penambaban bahan baru dibagian penyangga pondasinya yang berupa tiang tembok semen.

Menurut keterangan masyarakat setempat, bentuk Mersah Paluh yang ada sekarang juga sengaja dibangun menyesuaikan model Mersah Paluh yang asli, agar tidak kehilangan identitas, bentuk dan sejarahnya

Sebagaimana kita ketahui berdasarkan sejarahnya pada tahun 1900-1901, Mersah paluh merupakan tempat persinggahan dan markas perang Pahlawan Nasional, Tjut Nyak Dien beserta pasukannya saat melawan penjajah Belanda.

Keberadaan Tjut Nyak Dien di Mersah Paluh adalah dalam rangka mengatur strategi perlawanan terhadap Belanda dan juga pernah dalam rangka mengawal Kesultanan Aceh yang hendak disembunyikan ke Gayo (Sultan Alaudin Muhammad Daudsyah), karena Sultan terus menerus diburu oleh Belanda.

Kenapa Mersah Paluh dijadikan markas, karena secara geografis area ini memang merupakan daerah transportasi (perlintasan) yang sangat strategis bagi para Pejuang Aceh yang bergerak dari daerah Barat menuju ke daerah pedalaman Gayo.

Menurut informasi dari masyarakat Celala, selain Tjut Nyak Dien, banyak juga pejuang Aceh melawan Belanda dan Pejuang Gerakan Aceh Merdeka yang sedang melakukan gerilya seringkali melintasi dan singgah di Mersah Paluh. Salah seorang yang paling sering singgah di Mersah Paluh saat Aceh masih dilanda konflik adalah Alm. Tengku Bantaqiyah dari Betung.

Gambaran informasi dan sejarah penting mengenai Mersah Paluh diatas sungguh sangat tidak berbanding lurus dengan fakta kondisi Mersah Paluh saat ini, saat ini Bangunan Mersah Paluh sudah tidak difungsikan lagi oleh Masyarakat Desa Celala, kondisinya sangat memprihatinkan, sangat tidak layak dan sangat tidak terawat sama sekali, didalam bangunan itu diletakkan sebuah keranda kematian, beberapa lembar kain busuk yang berdebu dan disana sini juga terdapat banyak sekali sampah.

Dimasa mendatang semoga ada penelitian yang lebih mendalam mengenai peran, fungsi dan sejarah Mersah Paluh ini, baik dimasa perjuangan melawan Belanda maupun dimasa perjuangan GAM melawan Republik Indonesia, sehingga sejarahnya lebih detil dan lengkap nanti bisa disampaikan ke para generasi muda Gayo dan Aceh pada umumnya.

Terakhir, semoga Mersah Paluh nantinya bisa mendapatkan perhatian yang memadai dari Masyarakat Gayo dan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah khususnya terkait dengan pemeliharaan, pengembangan dan pemanfaatannya yang lebih baik dan maju.

*Azman, S.S., M.A (Penggiat Budaya Ditjenbud Kemendikbudristek RI) dan Suhaili, S.Pd.
(Pemerhati Sejarah dan Filologi Gayo)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.