Kisah Keramat Muyang Pisci

oleh

Oleh : Azman, MA dan Suhaili, S.Pd*

Muyang Pisci merupakan salah satu Muyang yang dianggap Keramat di Dataran tinggi Gayo khususnya bagi masyarakat Kecamatan Kebayakan. Makam Muyang Pisci berada di Wilayah Bur Ndatu Jongok Meluem Kebayakan.

Kondisi Bangunan Makam saat ini masih sangat terawat dan di setiap sisi-sisi bangunan tersebut masih dipenuhi motif ukir yang umum ditemui dalam bangunan-bangunan lama khas Gayo, arsitektur bangunan Makam Muyang Pisci masih sangat kental dengan pola-pola penggunaan pasak kayu di setiap sendi-sendi pengikatnya.

Perlu diketahui bahwa di sekeliling Makam ini sebenarnya sudah sering terjadi kebakaran hutan dan rumput liar biasanya juga sering sampai pada dinding-dinding bangunan Makam yang terbuat dari papan.

Hal ini bisa dilihat dari sisi barat laut bangunan Makam ini yang sudah terdapat bekas-bekas jilatan api dari kebakaran itu namun anehnya bangunan makam dengan ukuran sekitar 2,5 M ini masih tetap saja kokoh hingga saat ini.

Menurut informasi dari Pak Udin Jongok Meluem (Pemilik Kebun tempat pusara Muyang Pisci berada), Muyang Pisci merupakan seorang yang pada zaman dahulu sering Nebuk (Membuka hutan untuk lahan baru) di suatu daerah bernama kampung Blang Jorong Bener Meriah. Jalur yang dilewati Muyang Pisci ini biasanya melalui Bur Ndatu saat ini.

Disuatu ketika dia pernah berwasiat kepada sanak famili dan masyarakat Kebayakan bahwa jika suatu saat dia wafat maka antarlah Beliau ke kampung Blang Jorong melalui jalur yang biasa dilaluinya semasa hidup, dan dalam wasiatnya Beliau juga menyebutkan bahwa ketika nanti mengantarkan jenazahnya, antarlah dengan banyak orang dan bila telah memulai perjalanan maka tidak boleh ada berhenti ditengah jalan.

Suatu ketika wafatlah Beliau, dan seperti yang diwasiatkan bahwa Beliau harus dibawa ke Kampung Blang Jorong, ditengah perjalanan menuju tempat yang diwasiatkan, tepat di puncak Bur Ndatu Jongok Meluem, para penandu Jenazah Muyang Pisci berhenti untuk beristirahat sejenak karena memang sudah benar-benar merasa kelelahan.

Kemudian mereka meletakkan keranda berisi Jenazah tersebut disekitar mereka, namun setelah dirasa cukup istirahat dan mereka hendak berangkat kembali menandu Jenazah.

Para penandu mencoba mengecek kondisi Jenazah tersebut, hal yang sangat mengejutkan terjadi ketika itu bahwa Jenazah Muyang Pisci sudah tidak didapati lagi dalam keranda tersebut, yang tersisa hanyalah kain saput putih dari Muyang Pisci.

Singkat cerita ditengah situasi menyeramkan itu para pengiring Jenazah dan penandu melakukan musyawarah singkat yang akhirnya mereka semua bersepakat untuk menguburkan kain saput putih dan keranda Muyang Pisci itu di lokasi yang saat ini dipercaya sebagai Makam Muyang Pisci.

Sebagai catatan, Kami sebagai penelusur berharap informasi yang lebih detil dan lebih banyak lagi mengenai Muyang Pisci bisa didapatkan dari para narasumber lainnya, khususnya mengenai famili dan waktu terjadinya peristiwa tersebut.

Wallahu a’lamu bissawab

*Azman, M.A. (Penggiat Budaya Aceh Tengah Ditjenbud RI) dan Suhaili, S.Pd (Filolog dan Penggiat Sejarah Gayo)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.