Nikah Itu Jalan Terdekat

oleh

Oleh : Roni Haldi*

Setiap orang siapa pun jua, pastilah mendambakan tempat kembali terbaik penuh kenikmatan; yaitu surga. Karena surga adalah tempat kembali terbaik, maka tak salah jika banyak orang mempunyai keinginan yang sama yaitu mendapatkan surga. Hal ini tercermin pada diri Nabi Ibrahim alaihi salam yang bersungguh-sungguh dalam do’anya sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an,
“dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan.” (QS. As-Syura : 85).

Ada banyak jalan menuju surga, salah satunya tidak jauh. Sangat dekat dengan kita, yaitu ada di rumah kita sendiri. Begitu juga ada banyak jalan menuju neraka, salah satunya juga sangat dekat dengan kita, yaitu ada di rumah kita juga. Lalu pertanyaan kalau benar sangat dekat dengan kita, siapakah dia? Jawabannya mudah saja, dia lah suami, imam mu dan pasangan hidupmu.

Dalam sebuah hadits riwayat Ahmad dalam kitab at-Targhin wa at-Tarhib disebutkan Al-Hushain bin Mihshan menceritakan bahwa bibinya pernah datang ke tempat Nabi Shalallahu alaihi wa salam karena satu keperluan. Selesai dari keperluan tersebut, Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam bertanya kepadanya :
“Apakah engkau sudah bersuami?”
Bibi Al-Hushain menjawab, “Sudah.”
“Bagaimana sikap engkau terhadap suamimu?” tanya Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam.
Ia menjawab, “Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu.”
Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam bersabda, “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan neraka mu.”

Dalam bingkai kehidupan rumah tangga, sepasang suami istri sama-sama memiliki hak dan kewajiban. Sebagai seorang suami sekaligus pemimpin dalam keluarganya, berkewajiban penuh menjaga melindungi istri dan anak-anaknya dari segala keburukan, baik dari dirinya maupun dari luar. Menjamin terpenuhinya semua kebutuhan hidup istri dan anak-anaknya, baik pangan, sandang dan papan. Serta bertanggung jawab terhadap semua kebutuhan dan kepentingan istri dan anak-anaknya. Tak hanya sebatas menjaga memenuhi kebutuhan materi, ketenangan jiwa juga tak kalah penting dibutuhkan dalam sebuah keluarga juga merupakan tanggungjawab seorang suami.

Tatkala besar dan tingginya kewajiban dan tanggungjawab seorang suami, tentu mesti lah diimbangi dengan ketaatan seorang istri terhadap suaminya. Karena ketaatan seorang istri terhadap suaminya akan melahirkan ketenangan tak bertepi di hati seorang yang bernama suami. Letih lelahnya akan terasa ringan bahkan hilang seketika, segunung masalah yang dihadapi akan berubah menjadi butiran debu, dikarenakan pandangan matanya telah menenangkan mata hatinya. Hak suami atas istrinya adalah persembahan ketaatan setelah ketaatannya kepada Allah SWT. Tentunya mentaati suami selama dalam ketaatan kepada Allah SWT.

Nabi Shalallahu alaihi wa salam berpesan agar para istri bersungguh-sungguh memperhatikan bagaimana pergaulan dengan suaminya. Wahai para istri, Jika kondisi suami kamu baik, lalu kamu bergaul dengan suami secara baik sesuai tuntunan syari’ah, maka insya Allah bagimu surga. Namun jika kamu buruk perangai bergaul dengan suami mu, cela kasar tutur katamu, maka bisa menghantarkanmu jatuh terporosok ke neraka.

Sungguh, bagaimana kamu bersikap terhadap suamimu, akan sangat menentukan akhir kesudahanmu; surga atau neraka. Dan ingatlah, jalan terdekat itu bernama seorang suami. Dan jalan terdekat itu ada dalam sebuah pernikahan. Pernikahan adalah jalan para Nabi dan Rasul serta orang-orang shalih. Pernikahan yang dilandasi dua ketaatan; pertama taat kepada Allah dan kedua taat kepada seorang suami. Ketaatan yang tak boleh ditukar dibalik posisi.

Jika ingin mendapatkan jaminan surga Allah taala, maka segeralah menikah dan kemudian taati Allah jangan durhakai suamimu. Menikah lah karena itu jalan terdekat meraih surga-Nya.

Susoh, 18 Mei 2021

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.