Rama dan Shinta : Ramadhan Cinta

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Kalau tidak karena bulan Ramadhan, saya tidak tertarik dengan epos Ramayana (Perjalanan Rama). Namun setiap kali saya mengingat kata “Ramadhan,” fikiran saya selalu terganggu oleh kisah “Rama dan Shinta.” Akhirnya, dengan dua mata yang normal dan modal bisa membaca, saya pun bisa tahu jalan ceritanya.

Alkisah, Sang Rama sebagai Putra Mahkota Raja Kosala, Prabu Dasarata, tulus ikhlas menerima keputusan ayahnya mengangkat adik tirinya, Bharata sebagai penerus kerajaan.

Konsekuensinya, Rama bersama istrinya tercinta, Dewi Shinta rela keluar dari istana dan mengungsi ke dalam hutan belantara ditemani Lakshmana.

Mereka hidup rukun damai. Tidak ada sedikitpun rasa kecewa bagi Rama meninggalkan segala kemewahan istana. Kehidupan Rama dan istrinya benar-benar sakinah, mawaddah warahmah. Sampai kemudian terjadi sesuatu yang tidak terduga, yang memporak-porandakan kehidupan keluarga bahagia itu, setelah Rahwana menculik Dewi Shinta.

Ternyata banyak hikmah dalam perjalanan membebaskan Dewi Shinta dari tangan Rahwana. Di antaranya, pertemuan Rama dengan penasehat kerajaan Kiskindha, Hanoman yang bijaksana. Meskipun mereka masing-masing berilmu tinggi tetapi mereka saling merendah dan saling mengaku sebagai abdi.

Hanomanpun mempertemukan Rama dengan Raja Sukhriwa. Sang Raja menawarkan untuk saling membantu. Pada saat itu, Rama menunjukan jiwa luhurnya. Rama ingin benar-benar membantu Raja Sukhriwa, bukan karena berharap kelak akan dibantu sebagai bentuk sikap balas budinya.

“Hanya pedagang licik saja yang mengatakan bantulah aku sebelum engkau membantu aku,” tegas Rama.

Pada diri Rama tidak memberi ruang untuk keserakahan. Hubungan dengan Raja Shukriwa adalah persahabatan yang dibangun untuk mempersatukan semua makhluk, menjalin hubungan tanpa syarat, tanpa imbal balik, tanpa perhitungan.

Persahabatan bisa menjalin hubungan antara raja dan pengemis. Bukan sahabat namanya kalau ada niatan untuk mempeloroti satu sama lain. Bukan pula berharap pengorbanan orang lain, sementara kita sendiri tidak mau merelakan waktu dan materi untuk menolongnya. Sahabat macam apa itu?

Percayalah, persahabatan adalah ikatan di mana ada satu hal yang diberikan, yaitu cinta.
Singkat cerita, bantuan penuh dari Hanoman, Raja Shukriwa dan bala bantuan pasukannya, akhirnya Dewi Shinta berhasil dibebaskan dari sanderaan Rahwana.

Dalam sebuah pertempuran yang sengit dan panjang, Rahwana mati sebagai seorang ksatria. Berani berbuat harus berani juga bertanggung jawab. Meskipun ada peluang dimaafkan kalau menyerah, tetapi Rahwana memilih mati di tangan lawannya dari pada kelak harus menanggung malu karena bertekuk lutut kepada musuhnya.

Seperti alur cerita perjalanan Rama dan Shinta (Ramadhan cinta) mengajarkan kepada saya bahwa puasa di bulan Ramadhan dengam menahan tenggorokan dari keringnya air dan perut dari rasa lapar serta mengekang hawa nafsu, yang bermuara kepada cinta, yang tidak terdifinisikan dengan pasti, yang ada hanya kerinduan pada Sang Kekasih untuk selalu bersatu dalam suka maupun duka.

Benarlah bahwa cinta kadang absurd, tetapi semua kita sepakat, cinta itu buta, tidak memandang apa-apa. Kalau ada apa-apa dibalik kata cinta, demi hukum difinisi itu batal.

Kebutaan cinta menjadikannya tidak memiliki alat ukur yang pasti, kecuali hanya bisa direka dengan rasa yang tidak pernah berdusta.
Di samping buta, cinta tidak itu memang “gila” seperti kisah cinta Qais bin Mulawwah yang menjadi “gila” lantaran cintanya pada seorang perempuan bernama Layla Al-Amiriyah.

Sehingga dengan tegas Qais menyatakan, “Sungguh aku tidak punya pilihan selain Layla. Meskipun mereka memenggalku dengan pedang, aku tidak punya cinta selain kepadanya.”

Beberapa hari lagi kita sudah meninggalkan bulan Ramadhan menuju bulan Syawal. Pertanyaan besarnya, benarkah setelah berpuasa sebulan penuh, kita telah mendapatkan cinta? Sebaliknya bukankah justru kita hanya beroleh cinta palsu atau dusta belaka? Bahkan kadang lebih parah lagi, kita tidak pernah mendapatkan cinta, kecuali haus dan dahaga. Na’udzubillah min dzalik.

(Mendale, 10 Mei 2021)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.