Kisah Warga Gayo Lues : Berjuang Melawan Covid-19 dan Kerja Keras Tim Medis

oleh

Oleh : Ali Muammar*

Tepatnya pada tanggal 16 april 2021, jam 19.30, saya berada di IGD Rumah Sakit Umum Muhammad Ali Kasim Kabupaten Gayo lues. Keluhan saya kala itu badan saya panas dingin, perut saya terasa besar, dan petugas mengambil darah serta memasang infus, kondisi badan panas dan saat bernafas terasa menyesak di ulu hati, setelah beberapa saat dilakukan tindakan dokter IGD menghampiri dan mengatakan hasil rapid test saya REAKTIF kedua-duanya.

Setelah saya dilakukan pengecekan Rapid test, saya di anjurkan di rawat di ruangan isolasi atau di sebut ruangan Pinere. Solusinya ada dua karantina mandiri atau rawat inap diruang isolasi tsbt namun dokter memberikan pemahaman serta menjelaskan saat itu kepada saya dan saya pun dengan tekad kuat memutuskan untuk dirawat diruang isolasi covid-19.

Bukan masalah ego tapi pada hakikatnya saya berpikir jika memilih pulang kondisi saya masih sakit dan saya tidak tau apa kondisi positif covid atau tidak, namun seandainya saya bener benar terjangkit covid maka pastinya saya membahayakan keluarga dan orang banyak, saat itu saya meminta izin kepada saudara saya untuk menjelaskan kepada pihak keluarga saya agar mereka paham tetang apa yang saya rasakan dilanjut menandatangani surat ketentuan isolasi yang dikeluarkan pihak rumah sakit dan disetujui oleh pihak keluarga.

Sebelum saya dibawa ke ruangan isolasi terlebih dahulu saya dibawa kesuatu ruangan untuk foto rongsen, melihat kondisi paru saya setelah selesai pihak perawat IGD mengantar ke ruang inap kelas 2 untuk melanjutkan perawatan agar kondisi saya bisa cepat pulih.

Namun kala itu saya diselimuti rasa takut, sumraut tak karuan karena ada kata kata ruang isolasi itu mengerikan. Saya satu kamar sendirian. Malam pertama saya jalani kondisi perut masih panas, dan badan menggigil panas dingin. Saya menyakin kan pihak keluarga bahwa saya dalam kondisi baik baik saja.

Keramahaan dan kebaikan pihak perawat membuat saya semakin yakin dan semakin percaya kalau saya akan baik baik saja. Dilanjut dengan pengambilan swab dan hasilnya 3 sampai 4 hari baru keluar.

Saya berdoa semoga hasilnya baik baik saja Dimalam kedua tepatnya jam 1 malam saya menyesak susah bernapas sampai jam 2 malam, tepat di jam dua saya memberi isyarat kepada saudara saya agar memberitahu pihak perawat, perawat bergegas datang dan menanyakan keluhan saya sebagai pasien.

Saya mengatakan susah bernapas terasa jantung saya padat, bergegas mereka memasang oksigen untuk menyetabilkan pernapasan saya dilanjut dengan pemberian obat penurun panas dan saya juga tidak tau lagi apa yang mereka lakukan karena kondisi saya setengah sadar, saya baru sadar betol sekitar jam 7 paginya terus tertidur lagi baru sadar total jam 11 siang kala itu.

Saat itu saya bercerita dengan pihak perawat apakah saya baik baik saja dan mereka memberikan penjelasan dan menyakinkan saya kalau saya baik baik saja.

Saya berpikir betapa baiknya para perawat yang bekerja siang dan malam, belum tentu orang yang mereka rawat adalah orang yang mereka kenal tatapi dalam kelelahannya mereka memberikan pelayanan yang terbaik untuk kesembuhan para pasien.

Saya berpikir, saya adalah salah satu dari sekian banyak pasien yang ada di Rumah sakit umum Muhammad Ali kasim dengan latar belakang bermacam penyakit pasien. Saya meneteskan air mata, mungkin jika saya di posisi mereka jelas tidak sanggup, terkadang mereka dibentak terkadang mereka lagi istirahat harus memberikan pelayan yang terbaik untuk pasien.

Ya ini bulan ramadhan, bulan puasa mereka meninggalkan keluarga demi merawat pasien yang ada di rumah sakit. Betapa mulianya pekerjaan mereka.

Ruangan covid berbeda dengan ruangan biasa, bisa sajakan mereka tertular mereka berjuang antara hidup dan mati, demi menyelamatkan nyawa pasien.

Terkadang kita sebagai pasien cukup menghargai para perawat dengan mengucapkan terimakasih, memberikan senyum itu sudah membuat mereka bahagia.

Ruang covid jelas tidak diperbolehkan untuk siapapun berkunjung terkadang ini yang membuat para keluarga pasien ada yang kesal, saya rasa ini sudah standar praturan protokol kesehatan.

Dan saya mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak RS Muhammad Ali kasim atas palayanannya menurut saya sangat maksimal. Dengan kondisi yang begitu banyak pasien serta keterbatasan alat kita. Saya bangga dengan RS umum Muhammad Ali kasim.

Semoga Allah senantiasa memberikan limpahan rezeki kepada para petugas/pegawai yang bekerja di RS umum Muhammad Ali Kasim.

Dan saya ucapkan terimakasih saya kepada seluruh perawat kelas 2 rungan covid, setiap hari bekerja dengan kerendahan hati serta dengan penuh keiklasan merawat pasien. Semoga Allah memberikan limpahan rezeki kepada kalian semuanya amin.

Kembali ke aktifitas saya pagi jam 9 sampai 10 saya di sarankan berjemur agar dapat pasokan vitamin D, dan tempatnya sudah tersedia di belakang khusus untuk pasien isolasi jadi tidak mengganggu pasien lain.

Sembari menunggu hasil swab saya menjalani rutinitas sebagai pasien, minum obat, infus, istirahat dan alhamdulillah kondisi saya semakin membaik.

Di hari ke 4 Alhamdulillah hasil swab saya telah keluar dengan linangan air mata saya membaca kalau saya negatif, saya sangat bersyukur kepada Allah atas rahmat dan hidayahnya saya masih diberikan kesehatan.

Teruntuk para perawat kalian menjadi inspirasi hidup saya, bekerja tampa pamrih serta selalu buat baik walau terkadang orang lain menilai anda sebelah mata.

Hargailah para perawat karna mereka bekerja tanpa meminta balasan dari para pasiennya.

*Penulis Adalah warga Blangkejeren yang pernah berjuang melawan Covid-19

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.