Saat Pandemi Covid-19, Masih Syukur Ada yang Beli Kopi 6-7 Ribu Perbambu

oleh
Kopi Belang Gele Memandang ke Kota Takengon. (Kha)

REDELONG-LintasGAYO.co : Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Aceh, Armia memberikan pandangannya terkait harga kopi Gayo, yang selama pandemi Covid-19 ini harganya anjlok.

Menurut Armia, Sabtu 24 Oktober 2020, saat ini harga kopi Gayo berkisar 6 sampai 7 ribu perbambu. Harga itu, menurutnya jauh lebih tinggi jika di konversi ke harga terminal New York yang menjadi dasar harga kopi dunia.

“Jika dibandingkan harga kopi di Brazil yang saat ini hanya mencapai 2 sampao 3 ribu rupiah per bambu. Maka harga kopi kita masih tetap tergolong tinggi di kala pandemi ini. Karena harga terminal New York juga hanya 2 sampai 3 dollar per kilo,” kata Armia.

Disampaikan lagi, dengan harga kopi di Gayo yang mencapai 6 sampai 7 ribu rupiah perbambu, harusnya semua petani masih bersyukur masih ada yang mau membeli kopi.

“Kita berstukur, masih ada yang mau beli. Walau harganya masih jauh dari yang kita harapkan,” tegasnya.

Dikatakan lagi, pandemi Covid-19 yang terjadi bukan hanya di Gayo melainkan terjadi diseluruh dunia. Tak, terkecuali negara tujuan ekspor dari kopi Gayo itu sendiri.

Pandemi inilah, kata Armia yang mengubah semua lini kehidupan, tak terkecuali perekonomian. “Banyak cafe-cafe dan roaster di negara tujuan ekpor kopi kita yang sudah tutup (gulung tikar). Jadi, permasalahan ini masalahnya global, kita tak dapat menghindar,” ungkapnya.

Untuk itu, Armia berpesan agar para petani kopi Gayo, untuk pandai-pandai mengelola keuangannya disaat pandemi ini. “Covid-19, menjadikan kita belajar, bagaimana kita semua mengeloka keungan, beli seperlunya saja. InsyaAllah saat pandemi ini berakhir, harga kopi kita akan kembali stabil,” demikian Armia.

Sementara itu, salah seorang petani kopi di Takengon, Arjuna mengatakan, meski harga kopi anjlok, namun masih bersyukur masih ada toke yang mau membeli kopi di kondisi sekarang.

Ia terus mengamati perkembangan Covid-19 melalui media. Dikatakan, kopi memang menjadi sumber ekonomi masyarakat Gayo, namun jika dilihat dari kenyataan, sekelasĀ  bisnis waralaba (franchise) Pizza Hut yang koneksinya diseluruh dunia, kualahan menghadapi efek dari pandemi ini.

“Sekelas Pizza Hut saja, harus berdagang ngemper di pinggir jalan. Artinya apa, masih syukur ada yang membeli kopi kita, jika dilihat dari kondisi global saat ini. Masih banyak contoh lain, dari bisnis yang menjual komoditi yang bangkrut, jadi kita harus sabar,” kata Arjuna.

Dia pun terus berdoa agar pandemi ini segera berrakhir, sehingga akan ada kehidupan normal begitu juga perekonomiannnya.

[Darmawan]


Ikuti channel kami, jangan lupa subscribe :

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.