Inen Keuben dan Raja Sulaiman

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Kinayahnya, pada zaman dahulu kala di lembah Gunung Jenabun. Pada saat “Lat batat kayu atu” bisa berbicara. Terjadilah rencana pemilihan raja. Rakyat menggadang-gadang Sulaiman sebagai raja.

Aspirasi rakyat disampaikan kepada Inen Keuben sebagai “Kadi malikul adil” atau sekarang disebut Imum. Inen Keubenpun menghadap kepada Sulaiman dan menyampaikan keinginanan rakyat Lembah Jenabun.

“Hai Sulaiman, rakyat menghendaki engkau sebagai raja di negeri ini. Bagaimana menurutmu?” Tutur Inen Keuben menyampaikan aspirasi rakyat.

Setelah Sulaiman terdiam sejenak, lalu menjawab, ” Pertama, kalau saya jujur, saya bersedia menjadi raja, kedua saya akan membagi pusaka kepada anak-anak saya, apakah saya juga jujur dalam pembagiannya” jawab Sulaiman.

Setelah harta selesai dibagi kepada anak-anaknya, tiba-tiba datanglah seseorang yang istimewa berwajah manusia tetapi seperti telor (gunur).

“Saya juga anakmu Ayah Sulaiman, saya juga berhak mendapatkan pusaka,” kata orang itu.
Sulaiman pun menanyakan, “Bagaimana asal usulmu sehingga engkau mengaku sebagai anaku?”

Orang istimewa itupun menceritakan dengan detail sehingga Sulaiman yakin bahwa itu adalah anaknya dan memberikan hutan belantara sebagai pusakanya.

“Siapapun yang tidak mengenal dan tidak memanggil namamu yang sebenarnya, maka jangan engkau berikan yang menjadi hakmu” pesan Sulaiman.

Singkat cerita, setelah selesai membagi harta pusaka, Sulaimanpun menjadi raja. Pada awal Kepemimpinan Raja Sulaiman, diperintahkanlah seluruh “Lat batat kayu atu” berkumpul di batu Gunung Jenabun untuk menentukan apakah dan siapakah yang menjadi hak Allah dan hak Adam.

(Ditulis di Mendale pada 14 Oktober 2018 silam)


Ikuti channel kami, jangan lupa subscribe :

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.