Selama Pandemi, Penyuluh Pertanian Aceh Tengah Tetap Aktif Bina Petani

oleh

Takengon-LintasGAYO.co : Salah satu profesi yang tidak mengenal istilah ‘work for home’ pada masa pandemi covid-19 adalah penyuluh pertanian. Meski dalam suasana pademi, dimana sebagian besar orang mengurangi aktifitas di luar rumah, para penyuluh pertanian ini tetap menjalankan tugas mereka, melakukan penyuluhan dan pembinaan kepada para petani di wilayah binaan mereka masing-masing.

Seperti yang dilakukan oleh para penyuluh pertanian di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Linge, Kabupaten Aceh Tengah ini. Ketika aktifitas diluar rumah mulai dibatasi pada masa pananganan covid, para penyuluh ini tetap turun ke lapangan untuk membina para petani di wilayah tersebut. Salah satunya melalui kegiatan Demonstrasi Farm (Demfarm) padi di Kampung Kute Rayang Isaq Kecamatan Linge.

Akhir bulan Maret 2020 adalah masa-masa awal penanganan covid di seluruh Indonesia, termasuk di kabupaten Aceh Tengah, dimana pembatasan sosial mulai diberlakukan dan aktifitas di luar rumah dikurangi.

Namun ini tidak berlaku bagi para penyuluh di BPP Linge tersebut, mereka tetap melakukan pembinaan langsung kepada petani melalui percontohan pertanaman padi, sebagai salah satu upaya untuk tetap meningkatkan ketahanan pangan di daerah tersebut.

Sebenarnya pada bulan Maret – April, lahan persawahan di sekitar kemukiman Isaq kecamatan Linge sedang memasuki masa ‘lues belang’ atau masa bera, setelah usai panen padi sebulan sebelumnya.

Pada masa lues belang tersebut, biasanya lahan sawah hanya dimanfaatkan untuk tempat penggembalaan ternak sapi dan kerbau. Tapi justru ini dimanfaatkan para oleh penyuluh pertanian untuk memberi contoh kepada petani, bahwa selama air tersedia, maka bersawah tidak cukup hanya sekali dalam setahun, seperti yang sudah dilakukan oleh petani setempat secara turun temurun.

Padahal kebutuhan pangan semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, sementara luas lahan sawah justru semakin berkurang akibat alih fungsi lahan. Artinya upaya peningkatan produksi pangan, khususnya padi, harus terus dilakukan untuk menghindari krisis pangan yang mungkin saja terjadi akibat dampak pandemi covid.

Dan untuk meyakinkan para petani bahwa pada masa ‘lues belang’pun petani tetap bisa bersawah, para penyuluhpun melaksanakan Demfarm tersebut sekaligus lebih memasyarakatkan pola tanam jajar legowo 2:1 dan penggunaan benih unggul padi varietas Ciherang.

Karena berdasarkan pengalaman para penyuluh, penggunaan benih unggul dan penerapan pola tanam jajar legowo terbukti mampu meningkatkan produktivitas secara signifikan. Selain itu, penggunaan benih unggul padi juga menghemat waktu dan biaya produksi, karena umurnya hanya sekitar 105-110 hari atau sekitar tiga bulan setengah, sementara padi varietas lokal yang biasa ditanam petani setempat, umurnya mencapai 6 -7 bulan.

Upaya para penyuluh pertanian tersebut tidak sia-sia, Demfarm padi yang mereka laksanakan di desa Kute Rayang Isaq tersebut, Sabtu (11/7/2020) kemarin, memasuki masa panen. Lahan demfarm seluar 1 hektar itu, mampu menghasilkan gabah kering panen (GKP) sekitar 7 ton, sementara varietas lokal dengan pola tanam konvensional, hanya mampu menghasilkan 4 sampai 4,5 ton per hektar.

Hasil itu selain membuat para penyuluh sumringah, para petani yang ikut melakukan panen padi tersebut juga cukup antusias melihat hasil yang lumayan bagus itu. Dan tujuan pelaksanaan demfarm itu memang untuk memberi contoh dan motivasi agar masyarakat sekitar juga mengikuti pola ini untuk meningkatkan produktivitas sekaligus ,mendongkrak kesejahteraan mereka.

Kampung Kute Rayang Isak ini memiliki sekitar 50 hektar lahan sawah, jika pola ini bisa diterapkan oleh semua petani, kampung ini akan mampu memiliki cadangan pangan yang melebihi kebutuhan penduduknya, dan ini sangat penting dalam kondisi pandemi covid seperti saat ini.

Seperti diungkapkan oleh Koordinator BPP Linge, Aliman Efendi, SP, meski sudah sering dilakukan pembinaan dan penyuluhan secara rutin, namun kegiatan percontohan seperti ini tetap perlu dilakukan untuk memberikan contoh dan motivasi kepada petani.

“Biasanya petani cenderung akan mencontoh setelah apa yang kita lakukan menunjukkan hasil yang baik, itulah sebabnya kegiatan percontohan seperti demfarm ini tetap perlu kita lakukan, karena dari pengalaman kami di lapangan, petani baru merasa yakin jika yang dilakukan oleh penyuluh sesuai dengan apa yang disampaikan kepada petani,” ungkap Aliman.

Terkait aktifitas penyuluh pertanian ke lapangan selama masa pandemi, Aliman menyatakan bahwa itu bukan masalah, justru dengan turun ke lapangan, penyuluh sudah melakukan physical distancing, karena tempat yang dituju adalah kebun-kebun atau sawah petani, dan dalam penyampaian penyuluhan juga menjaga jarak.

“Kami para penyuluh adalah pekerja lapangan, apapun yang terjadi tetap wajib melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada petani, karena itu tugas kami, dengan turun ke lapangan justru kami telah melakukan physical distancing dengan sendirinya, karena yang kami kunjungi bukan tempat keramaian melainkan sawah dan kebun petani,” lanjutnya.

Kegiatan panen di lahan Demfarm kemarin, selain hadir semua penyuluh di BPP Linge dan kelompok tani, juga dihadiri oleh Bidang Penyuluhan dan Kelompok Jabatan Fungsional (KJF) Penyuluh Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah, serta Babinsa setempat.

Selama ini sinergi BPP dengan Koramil dan Babinsa di wilayah kecamatan Linge dalam pembinaan petani, sudah terjalin dengan sangat baik, sehingga setiap kali ada aktifitas penyuluhan pertanian, Babinsa selalu hadir disana.

[Fathan]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.