TAKENGON-LintasGAYO.co : Salah seorang akademisi dari Fakultas Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Unsyiah, Martunis, STP, M.Sc mengatakan daerah Gayo baik Aceh Tengah dan Bener Meriah kaya akan komoditi pertanian.
Namun dari segi pengamatannya, komoditi-komoditi itu tidak tergarap dengan baik, sehingga potensi itu terkadang jarang diketahui.
Penegasan itu ia sampaikan saat menjadi narasumber pelatihan pembuatan sirup terong belanda di Kampung Nunang Antara, Kecamatan Bebesen, Aceh Tengah, Selasa 23 Juni 2020.
Untuk kasus terong belanda kata Martunis, saat ini masyarakat hanya menjual untuk dijadikan bahan makanan dan minuman berupa juice.
“Jika kita olah dalam bentuk itu, maka tidak akan bertahan lama. Solusi terbaik untuk menambah nilai ekonomisnya adalah dibuatkan sirup,” kata Martunis.
Namun, katanya lagi produksi olahan dalam bentuk sirup memiliki kendala yang cukup urgen dan perlu ada solusi dengan melibatkan semua pihak.
“Bukan hanya disini, hampir semua tempat itu terkendalanya pemasaran. Solusinya kita butuh strategi yang melibatkan semua pihak di daerah ini produksinya dapat bertahan,” terang Martunis.
“Lain itu, yang perlu diperhatikan selain produksi adalah mutu. Mutu harus dijaga. Apalagi pelatihan ini dimotori oleh kelompok, maka juga diperlukan orang-orang kreatif dalam kelompok itu,” demikian Martunis memimpali.
Seperti diketahui, sebanyak 20 warga Kampung Nunang Antara, Kecamatan Bebesen, Aceh Tengah, mengikuti pelatihan pembuatan sirup terong belanda.
Pelaksana kegiatan tersebut, Odih Iskandar mengatakan kegiatan ini didanai oleh program Corporate social responsibility (CSR) PT. PLN (Persero) UIP Kitsum-UPP 5 PLTA Peusangan 1 dan 2.
“Ke-20 orang ini tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUBe) di Kampung Nunang Antara. Pelatihan berlangsung selama tiga hari ke depan,” kata Odih, Selasa 23 Juni 2020.
Kegiatan ini dibuka oleh Bupati Aceh Tengah, Drs. Shabela Abubakar dan turut dihadri Manajer PT. PLN (Persero) UIP Kitsum-UPP 5 PLTA Peusangan 1 dan 2, Nanda Dani Andrianto.
[Darmawan]
