Pang Rafless : Guru Ngaji yang Menguasai Ilmu Pawang

oleh
Tengku Jafar (Kadhi Wilayah Bateilek) kanan dan Pang Raffles (kiri)

Oleh : Fauzan Azima

Kurang dari seratus pasukan GAM Wilayah Linge yang berjuang sampai ke batas. Masing-masing pribadi pasukan itu memiliki ilmu, keahlian dan kelebihan yang berbeda-beda.

Salah seorang dari mereka adalah Tengku Zainal Abidin atau populer dengan panggilan Pang Raffles yang menonjol dalam menguasai ilmu agama. Beliau lama menuntut ilmu di dayah.

Sebelum menjadi pasukan GAM, Pang Raffles adalah petani kopi dan guru ngaji, juga setelah damai RI dan GAM, beliau melanjutkan kembali profesinya sebelum konflik itu, yakni mengajar mengaji di Kampung Buntul Kemumu.

Hapalan ayat dan haditsnya cukup banyak, juga menguasai asbabun nuzulnya, sehingga dalam menjelaskan ilmu agama runtut, tuntas dan tidak membosankan.

Kelebihan lain yang beliau punya adalah penguasaannya terhadap ilmu pawang. Jarang orang punya kemampuan ilmu agama sekaligus juga menguasai ilmu pawang. Kebanyakan ahli agama mengharamkan ilmu pawang karena dianggap bersekutu dengan jin.

Pang Raffles dengan bijak menjelaskan persoalan tersebut. Ilmu pawang bukan saja tentang berburu satwa di dalam hutan rimba, tetapi lebih kepada ilmu survival atau ilmu bertahan hidup selama bergerilya.

Kemampuannya dalam menguasai jalan-jalan di hutan, maka ketika Panglima GAM, Teungku Muzakkir Manaf atau Muallim berada di hutan dan di bawah perlindungan pasukan GAM Wilayah Linge kurang lebih selama tiga bulan, Pang Raffles menjadi salah seorang yang mengawalnya sampai dievakuasi ke Wilayah Bateilek.

Di manapun pasukan membangun bivak, Pang Raffles selalu berkeliling di kawasan tempat pasukan beristirahat untuk memasang “uris” agar musuh tidak masuk kawasan itu serta melihat peluang untuk mendapatkan makanan tambahan. Seperti ayam hutan, menjangan, kambing hutan dan landak.

Satu ketika, pada Bulan November 2004, Muallim dan pasukan baru saja selesai membangun bivak sederhana di lembah Gunung Geureudong (Bur Kul), sementara sudah sampai waktu untuk makan siang, tetapi hanya ada beras, tidak ada lagi lauk pauk. Pasukan tidak bisa turun ke kampung karena sedang operasi TNI/Polri sedang gencar.

Pang Raffles sudah memasang jerat ayam hutan, tetapi harus menunggu sore hari untuk memastikan terkena perangkap atau tidak. Kebiasaannya ba’da ashar ayam hutan turun ke tanah mencari makanan. Jadi siang hari itu tidak bisa berharap bisa makan dengan lauk ayam hutan.

Tiba-tiba saja seekor menjangan melenggang dengan santai di depan Muallim yang sedang duduk di bivaknya. Muallim terbengong dan hanya bisa menunjuk menjangan itu. Pang Raffles dengan cepat mengambil senjata AK-56 dan menembak menjangan itu.

Akhirnya, Muallim dan pasukan bisa menikmati pesta makan siang dengan lauk menjangan bakar. Sedang pada makan malam dengan lauk tiga ekor ayam hutan hasil tangkapan Pang Raffles.

(Mendale, Sabtu, 6 Juni 2020)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.