Faktor Penyebab Banjir Bandang Paya Tumpi dan Pencegahannya

oleh

Catatan : Suhaili Beke*

Pasca Banjir bandang di Kampung Paya Tumpi Baru dan sekitarnya, Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah, terjadi saat penjenuhan air terhadap tanah di wilayah tersebut berlangsung dengan sangat cepat hingga tidak dapat diserap lagi.

Air yang tergenang lalu berkumpul di daerah-daerah dengan permukaan rendah dan mengalir dengan cepat ke daerah yang lebih rendah.

Dalam bencana ini kami telah melakukan survei, pendataan, assesment, beberapa hari lalu, dengan menyusuri aliran air, dari hilir sampai ke hulu.

Mulai dari Totor Pemulo dan Weh Dedecer yang menjadi sumber utama. Menurut pangamtan kami, indikasi dari terjadinya bencana banjir bandang ini, yang jelasnya adalah area Bur Gunung Uren yang jadi kawasan APL, tidak ditata dan terkonsep dengan baik sesuai dengan fungsi dan zonanya.

Terjadinya pengabaian fungsi hutan dan tidak adanya penataan tanah, mengakibakan tidak ada lagi daya tahan tanah dan pepohonan sebagai penyangga serapan air. Lain lagi, di hulu longsor kemiringan mencapai 70 derajat dan digarap sebagai lahan pertanian.

Hal inilah yang menjadi sebab terjadinya longsor dan banjir bandang, karena terjadinya pembendungan air hujan di daerah hulu yang tak dapat lagi tertahan, hingga muntah ke rumah-rumah warga.

Amatan kami, ada sekitar 12 titik longsor di kawasan Totor Pemulo yang terjadi saat itu baik longsor ringan dan berat dan 8 titik longsor di Weh Dedecer. Kedua titik ini, menjadi sumber mata air warga.

Akibat bencana ini banyak saluran air masyarakat yang hancur akibat banjir bandang. Mirisnya setelah berakhirnya tanggap darurat bencana kebutuhan utama masyaakat ini belum di perbaiki, seharusnya ini yang di utamakan. Seperti air yang menjadi sumber pokok. Artinya belum ada normalisasi yang di lakukan dengan serius dalam penanganan ini.

Dan begitu juga dengan banjir yang akhir ini terjadi di Kampung Gunung Balohen, Jongok Meluem, Jongok Bathin, Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah.

Kasus ini adalah rentetan kegagalan kita mengelola lingkungan. Pendakalan dan penyepitan kanal, kurang nya penampung resapan air. Selain itu sampah juga yang membuat aliran tersumbat.

Tanah yang tergerus dari hulu yang belum ada penangan baik dari sumber sub-DAS dari Paya Tumpi dan Oregon juga menjadi pemicu banjir di daerah Kebayakan akhir-akhir ini.

Dalam menghadapi bencana ini, perlu ada solusi konkrit agar kejadian serupa tak lagi terulang, jika tidak maka potensi kejadian serupa bisa jadi berulang-ulang.

Bagaimana tidak, jangankan ke perbaikan kondisi hutan dan lahannya, retakan tanah dan bekas longsoran di titik utama hingga hari ini juga belum dibersihkan sepenuhnya.

Jika tidak segera dibenahi, dikhawatirkan banjir yang lebih besar berpotensi terjadi. Dan kerugian yang timbul ke depan akan lebih banyak, bukan mustahil akan merenggut korban jiwa.

Upaya melakukan mitigasi bencana sangat penting. Daerah yang rentan terjadi bencana harus segera dipetakan begitu juga dengan tata ruangnya.

*Pemuda Kebayakan

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.