Ungkapan Mundur Bentuk Akumulasi Kekecewaan Terhadap Kabinetnya, Abuya Nyaris Robek Tiket ke Surga

oleh

Pernyataan mundur dari Abuya Sarkawi sebagai Bupati Bener Meriah secara lisan saat sambutannya pada pelaksanaan shalat idul fitri 1441 H, Minggu 24 Mei 2020 lalu merupakan bentuk akumulasi kekecewaannya terhadap para kabinetnya dalam memimpin Kabupaten Bener Meriah. Demikian pendapat beberapa pihak.

Redaksi LintasGAYO.co melihat, bentuk kekecewaan itu dia luapkan dengan cara tersebut, meski dalam beberapa kali disampaikan, dirinya mundur dengan alasan kesehatan.

Secara kesehatan, Abuya mengungkapkan bahwa ada masalah di bagian tulang belakangnya. Setidaknya ada 5 ruas tulang belakang yang bermasalah.

Kejadian itu bermula saat Abuya baru pulang mondok (pesantren) dari Pulau Jawa sekira tahun 1997. Abuya bercerita bahwa dirinya pernah terjatuh dari ketinggian 12 meter, yang mengakibatkan adanya masalah di ruas tulang belakangnya.

Berbagai ikhtiar telah dilakukan, mulai dari berobat secara medis dan tradisional. Masalah di tulang belakang memang rentan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, karena disana terdapat beberapa syaraf vital yang terhubung dengan organ lainnya.

Secara logis, alasan itu memang dapat diterima untuk mundur dari jabatan Bupati. Namun, proses yang dilalui pasti akan berlangsung lama.

Melihat dari sisi lain, ungkapan mundur Abuya selain masalah kesehatan juga dinilai sebagai bentuk kekecewaannya terhadap kabinet di jajaran SKPK yang membantunya menjalankan roda pemerintahan.

Akumulasi tersebut, sudah berlangsung cukup lama. Ketidaksanggupan para pejabat terutama pimpinan Dinas, Kepala dan Badan menterjemahkan maksud dan keinginan Bupati menjadikan banyak pejabat di Bener Meriah berkelakukan Asal Bapak Senang (ABS) tapi minim kreatifitas.

Akibatnya, banyak kebijakan-kebijakan yang dilakoni Abuya menjadi blunder kepada dirinya sendiri. Sebagai contoh, dimasa Covid-19 dalam beberapa bulan terakhir.

Seringnya mengeluarkan kebijakan blunder oleh Abuya menjadi bukti nyata bahwa jajarannya tak dapat diharap untuk bekerja dengan hati. Sehingga, ia harus membackup sendirian tugas yang harusnya bisa dijalankan oleh para kepala dinas.

Disinilah permasalahan muncul, keseringan blunder para lawan politiknya kemudian menggoreng isu itu ke arah kebijakan yang terus saja salah dimata rakyat Bener Meriah.

Begitulah dilematis yang dihadapi Abuya Sarkawi, dengan kondisi saat ini, hingga akhirnya memuntahkan “lahar dingin” dengan pernyataan mundur.

Pernyataan mundur oleh Abuya Sarkawi juga bisa ia jadikan sebagai senjata pamungkas untuk bersih-bersih di kabinetnya. Saat ungkapan mundur bergulir, sebenarnya mulai tampak mana pejabat yang ABS dan mana pejabat yang memang betul-betul bisa bekerja.

Abuya pasti mengamati fenomena itu. Terlebih saat ini adanya pernyataan batal mundur dan mempertimbangkan untuk cuti berobat. Moment ini, dapat dijadikannya sebagai mata elang untuk melihat lebih tajam para bawahannya itu.

Terlebih lagi pernyataan batal mundur dari jabatan Bupati ini, setelah banyak pihak yang memintanya untuk bertahan. Hal itu, dapat menjadi kekuatan bagi Abuya Sarkawi dimana dirinya masih dicintai sebagai pemimpin.

Abuya juga harus paham, bahwa ungkapan mundur darinya juga didesak oleh DPRK untuk mendapatkan surat pengunduran dirinya secara resmi.

Sikap buru-buru dari lembaga DPRK itu membuka mata kita, bahwa mereka ingin secepatnya memproses mundurnya Abuya Sarkawi dari jabatannya. Mereka (para anggota DPRK) salah memperhitungkan kondisi yang berkembang.

Dimana, ternyata sikap mundurnya Abuya justru menguatkan Abuya secara pribadi dengan makin banyak orang yang mendesaknya bertahan.

Kondisinya ini yang tidak terprediksi oleh DPRK. Sehingga skenario yang mereka tempuh gagal total. Itu juga, dapat dijadikan Abuya gambaran siapa sebenarnya kawan dan siapa lawan.

Secara personal Abuya memiliki kecerdasan dalam memimpin, hanya saja dia tidak didukung oleh kabinet kerja yang mumpuni. Seorang santri dayah harus membuktikan dirinya layak dijadikan panutan ummat.

Dirinya secara syariat pasti sudah mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Tentunya hitung-hitungan dosa dan pahala selalu menjadi pertimbangannya dalam menjalankan roda pemerintahan.

Saat ini yang harus dilakukan adalah sesegera mungkin menetapkan wakil bupati di sisa masa jabatannya. Usai Abuya dilantik menjadi Bupati menggantikan Ahmadi usai divonis bersalah, posisi Wakil Bupati yang semula ia jabat kosong.

Mengisi kekosongan wakil bupati menjadi hal mendesak yang harus segera dilakukan, mengingat Abuya membutuhkan pendamping dalam memimpin Bener Meriah.

Partai Golkar yang menjadi partai pengusung Ahmadi-Sarkawi pada 2017 silam telah mengajukan 4 nama mengisi kekosongan wakil bupati itu.

Dengan adanya wakil, Abuya bisa memimpin sambil berikhtiar untuk berobat. Dan yang paling penting, Abuya harus berani melakukan bersih-bersih di jajaran dan harus berani lebih tegas, agar apa yang dicita-citakan selama menjadi pemimpin dapat terwujud.

Atas ungkapan dari akumulasi kekesalan itu, Abuya Sarkawi nyaris “membakar tiketnya ke surga”. Bukankah pemimpin yang amanah dan jujur dijanjikan untuk masuk surga? Namun sebaliknya, jika tidak amanah dan jujur, jangankan dekat dengan surga mencium bau surga pun Allah SWT tidak mengijinkan.

Semoga Abuya Sarkawi tetap istiqomah.

[Darmawan Masri/Pemred LintasGAYO.co]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.