Ada yang Aneh Dengan Pengunduran Diri Abuya Sarkawi

oleh

Oleh : Anto Gayo (Pemuda Bener Meriah)

Saya kaget mendengar ucapan Bupati Bener Meriah, Bapak Syarkawi, yang mengatakan akan mengundurkan diri dari tanggung jawabnya sebagai Bupati. Dalam video pidatonya yang tersebar luas itu, Pak Sarkawi mengatakan akan mengundurkan diri karena alasan ‘sedang sakit’.

Setelah melihat video itu, langsung tersambar tanda tanya besar di kepala saya: “ada apa?” Tidak mungkin hanya karena sakit. Sepertinya ada alasan lain.

*
Segala lini kehidupan kita, semuanya berjalan mengikuti hukum alam/ atau umat muslim menyebutnya sunnatullah; Kalau lapar, makan. Kalau ngantuk, tidur. Kalau capek, istirahat. Dan begitu seterusnya mengikuti hukum yang berlaku.

Jangan melawan sunnatullah itu, karena bisa celaka. Ketika anda lapar, bukan tidur solusinya, anda harus makan. Ketika anda capek, bukan berlari obatnya, anda harus istirahat. Biar tidak bertentangan dengan sunnatullah. Mari ikuti hukum alam/sunnatullah tadi, maksud saya.

Sebagai warga Bener Meriah, saya mau mengingatkan penjelasan yang sederhana tentang hukum yang sebetulnya sudah lazim diketahui itu.

Pak Sarkawi, kalau Bapak sakit, alasan yang sangat rasional dan sesuai sunnatullah ya bapak harus berobat. Datang ke rumah sakit. Bukan mundur dari jabatan! Itu gak nyambung namanya. “Kalau sakit, ya berobat”.

Contoh yang berbeda: bengkel itu tempat benerin sepeda motor atau mobil. Rumah sakit untuk berobat. Pasar tempat berbelanja. Kebun tempat bertanam tanaman. Dan seterusnya. Semuanya sesuai dengan hukum alam yang berlaku.

Baiklah. Kembali pada persoalan pengunduran Bupati Bener Meriah yang janggal tadi. Begini, Bapak sebetulnya boleh-boleh saja mundur. Itu hak berdemokrasi. Namun, beri alasan yang masuk akal.

Bapak harus bisa menjelaskan ke publik, setidaknya, seperti saya bilang tadi: alasan harus masuk akal. Biar diterima publik. Saya kira semua orang ingin alasan itu.

Saya tidak tahu apakah Pak Sarkawi, Bupati Bener Meriah, benar-benar sakit. Jika benar sakit, semoga segera pulih. Nah, ini juga hukum alam/sunnatullah, yang sakit, akan sembuh. Yang sembuh bisa sakit. Yang hidup, akan mati. Bahkan kehidupan pun berawal dari ketiadaan. Bukankah begitu hukumnya?

Jadi begini maksud saya, Pak, sakit itu bukan tidak ada obatnya. Pasti ada obatnya. Toh, Bapak tidak mau, kan, berlama-lama dalam sakit. Pasti Bapak akan berobat agar segera pulih.

Jika sudah pulih, bukankah Bapak bisa menjalankan tampuk kepemimpinan lagi? Bapak itu sakit, maka alasan yang paling rasional, yaitu pergi berobat. Bukan mundur dari jabatan Bupati.

Kecuali bapak ada persoalan lain, ada alasan lain, yang melebihi rasa sakit itu? Kalau begitu katakan saja pada publik biar sama-sama tahu dan saling mengerti.

Misalkan Bapak tidak sanggup lagi mengurus Kabupaten Bener Meriah, maka mundur dari jabatan dengan alasan “tidak sanggup” masih mudah diterima. Masih masuk akal. Mungkin harapan bapak ada yang melanjutkan kepemimpinan ke depannya.

Tapi, Pak, kan, Bapak tidak memiliki wakil? Siapa yang akan menggantikan Bapak jika bapak mundur? Ini problem lagi bagi kita semua. Makanya, dari awal mestinya wakil ini segera di isi, agar jika bapak sakit ada wakil bupati yang membantu bapak menjalankan tugas.

Jangan biarkan rakyat Bener Meriah jadi yatim piatu. Tidak ada pemimpin. Saya berharap Bapak bisa segera berobat agar cepat sembuh. Setelah itu melanjutkan tanggung jawab bapak. Sebab, segala persoalan Bener Meriah harus segera dibereskan. Dan semua itu butuh pemimpin yang tangguh!

Meski begitu, saya masih penasaran, apa alasan masuk akal yang mendasari bapak sehingga harus mengundurkan diri? Tidak mungkin hanya karena sakit. Sepertinya ada alasan lain.

Jakarta, 24 Mei 2020.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.