Semangat Menuntut Ilmu “Fiqhi” Dara dari Gayo ke Negeri Tirai Bambu

oleh

Catatan : Mahbub Fauzie*

“Uthlub al-‘ilma walaw bi as-shini,” tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China,” demikian ungkapan atau kata mutiara yang sering kita dengar dari para penceramah atau mubaligh dalam dakwah tarbiyah Islamiyah sebagai ungkapan motivasi yang ditujukan bagi para pencinta dan pemburu ilmu.

Mengapa ada anjuran menuntut ilmu amat perlu hingga harus ke ‘negeri tirai bambu’ seperti dimaksudkan dalam ungkapan itu? Hingga terlanjur ungkapan itu disebutkan sebagai hadits, yang ternyata kemudian oleh pakar hadits dikategorikan sebagai hadits palsu?

Pertanyaan di atas tak harus dijawab segera dalam tulisan ini, hanya saja yang ingin disampaikan adalah betapa menariknya jika kita bicara, berdiskusi atau bercerita tentang China.

Menarik, China adalah satu di antara negara terbanyak penduduknya dalam populasi manusia penghuni bumi ini. Termasuk juga banyaknya persebaran penduduknya ke manca negara, bahkan sebagian etnisnya yang sering disebut Tionghoa banyak berada di Indonesia.

China juga negara yang cukup ternama di kawasan Asia timur raya. Negeri yang juga populer dengan fenomenal Tembok Raksasa Terpanjang sebagai satu di antara keajaiban dunia.

Negeri yang dikenal dengan banyaknya ahli pengobatan serta produsen terbesar obat-obatannya. Membincangkan tentang obat-obatan, maka mustahil terlalaikan sebutan “obat ala china”. Pasti dan niscaya, obat ala china sudah lekat dan tak asing dalam benak dan nalar kita ketika sulit mencari penawar penyakit yang rumit.

Menariknya lagi, China juga negara yang banyak memproduksi alat-alat atau barang industri termasuk elektronik dan alat komunikasi. Dari banyak barang “made in China”, yang membanjiri pasaran dunia tak terkecuali Indonesia, banyak macamnya.

Seminsal kain sutra dan juga produk lain yang berbahan plastik. Nah, dari informasi dan segala cerita inilah, yang barangkali mengapa hingga ada ungkapan “tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China!”. Dan di sini bisa disepakati, bahwa kalimat itu adalah hanya ujaran motivasi. Selebihnya, dalam konteks hari ini, masih menarik menyoal tentang negeri Tiongkok itu; Ada apa dengan China?

Hari ini, dunia kembali terhebohkan dengan berita-berita yang bersumber dari China, benar dan nyata kejadiannya. Tentang wabah virus corona yang mewabah di salah satu kawasan negeri yang kini kembali menjasi perhatian dunia. Yakni kawasan Wuhan, satu daerah daratan China yang konon menjadi pusat Ilmu.

Merajalelanya wabah virus corona pun menggetarkan dunia. Kontaminasi getarannya pun sampai ke Indonesia. Betapa tidak, karena kita sadari, banyak warga negara Indonesia yang bermukim di sana, ya di China! Bermukim dengan berbagai keperluan. Di antaranya adalah keperluan menuntut dan menimba ilmu di sana, di “negeri tirai bambu” itu.

Karenanya, ketika kita tahu bahwa ada wabah virus corona yang menakutkan merajalela dan konon juga ganas persebarannya itu, perasaan kita sebagai anak bangsa pun menjadi pilu. Trenyuh!

Banyak warga Indonesia, yang tinggal di beberapa kota dan wilayah China. Ada yang sebagai pekerja dan banyak juga sebagai mahasiswa ada melanjutkan pendidikan di beberapa perguruan tinggi di sana.

Dari sekian banyak warga Indonesia yang bekerja dan belajar di China, setidaknya ada puluhan warga berasal dari Aceh, dan dua di antaranya ada mahasiswa asal Gayo yang saat ini sedang menuntut ilmu di sana.

Satu di antaranya adalah Fiqhi Nahdhiah Makhmud, dara dari Gayo yang menuntut ilmu di China, pada Zhejiang Normal University, jurusan Comparative Education. Dari informasi media, dianya akan kembali sementara ke tanah kelahirannya di Takengon, sehubungan dengan kacaunya situasi terkait wabah virus corona di negeri tirai bambu itu.

Kiki, begitu nama panggilan gadis mungil alumni Sastra Mandarin USU yang kini melanjutkan jenjang pendidikan strata dua (S.2) nya di China itu. Putri pertama kelahiran tahun 1994 dari pasangan Makhmud Riyadi MPd dan Rina Alfiani mengawali pendidikan formalnya di SDN Buntul Kubu (sekarang SDN 1 Lut Tawar), kemudian SMP N 1 Takengon.

Selanjutnya SMAN 1 Takengon dan tamat (lulusnya) di SMAN 4 Takengon. Menyelesaikan pendidikan S.1-nya di USU Medan.

Terkait asal usul mengapa Kiki sekarang menjadi salah satu mahasiswa yang jauh-jauh menimba ilmu di negeri tirai bambu itu, ayahnya Makhmud bertutur bahwa sebenarnya Fiqhi untuk kedua kalinya belajar di Tiongkok, pertama pada semester VII saat masih kuliah S.1 di USU.

“Diberikan penghargaan dan kesempatan kepada beberapa mahasiswa berprestasi di Indonesia, termasuk Kiki saat itu,” ujar Makhmud.

Memang, si Kiki dari sejak Taman Kanak-kanak sudah terlihat pinter dan cerdas. Sering dapat ranking sejak SD hingga SMA. Jiwa yang haus ilmu dan suka penasaran dengan hal-hal pengetahuan yang dimiliki Fiqhi sangat dirasakan oleh orangtuanya.

“Kiki dari kecil orangnya sangat penasaran, menyukai tantangan. Ketika awal ditemukan fosil manusia purba di Loyang Mendale, ia ingin masuk ke Prodi Arkeologi,” kata Makhmud, ayahnya yang berprofesi sebagai pendidik di Aceh Tengah.

Namun karena harus ke Udayana atau Universitas Gajah Mada (untuk menekuni arkeologi), akhirnya memilih Sastra China di USU. Itu juga dengan tantangan, dengan alasan Cina di samping negara dengan penduduk terbesar di dunia dan kekuatan ekonomi dan industri yang diperhitungkan di dunia. Pada saat itu orang lebih banyak memilih studi bahasa Inggris, tetapi ia memilih studi bahasa China/Mandarin. Papar Makhmud Riyadi.

Nah, dari semangat _”Uthlub al’ima walaw bi as-shin_ (tuntutlah ilmu walau hingga ke Cina” itulah yang melatar belakangi jiwa penasaran Fiqhi Makhmud gigih menembus seleksi beasiswa bisa belajar di negeri Shaolin itu.

Dari komunikasi dengan Kiki, penulis mendapat informasi bahwa keberadaan Fiqhi sekarang di sana baik-baik saja. Sehat wal afiat. Meski isu tentang corona demikian dahsyat menerpa China, tapi tempat Kiki bermukim jauh dari Wuhan. Kita doakan semoga Fiqhi Nahdhiah Makhmud senantiasa dalam kasih sayang Allah Swt. Aamiin.

*ASN di Lingkungan Kemenag Aceh Tengah, Kerabat Kiki

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.