Urgensi Mengetahui Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad SAW

oleh

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

“Tidak suka sejarah, tidak suka hidup” sebuah ungkapan yang dikeluarkan oleh Tarmizi A Hamid seorang pelaku sejarah yang juga Kolektor Naskah Kuno, saat mengisi seminar di Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Ar-Raniry. Inti dari sejarah adalah manusia dan aktor sejarah adalah manusia itu sendiri, sebab itu sejarah merupakan hal yang sangat dekat dengan kehidupan manusia.

Mengkaji sejarah berarti telah mengkaji perjalanan kehidupan manusia masa lalu dan menjadi ibrah/pelajaran dalam kehidupan masa kini dan masa yang akan datang, betapa pentingnya sejarah dalam kehidupan diabadikan oleh Allah Swt dalam Alquran berupa peristiwa-peristiwa masa lalu untuk menjadi pelajaran dan pesan bagi umat manusia.

Namun, ada tipe-tipe manusia yang tidak peduli sama sekali terhadap sejarah sehingga peristiwa masa lalu dilupakan begitu saja. Orang seperti ini, bisa jadi tidak suka terhadap hidup atau tidak tahu sama sekali bahwa dia sedang membuat sejarah dalam kehidupannya sendiri. Untuk menghidupkan hidup dan menyukai hidup, sejarah harus dikaji dan dipelajari.

Dari sekian banyak sejarah yang telah dilalui umat manusia, ada satu sejarah yang paling penting untuk diketahui; terutama bagi pemeluk agama Islam, yaitu sirah perjalanan kehidupan Nabi Muhammad Saw. Dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw, pada 12 Rabi’ul Awwal 1441 H ini menjadi momentum untuk mengenang kehidupan dari sepasang kekasih yang bersinar, anak dari Aminah binti Wahab bin Abdumanaf bin Zuhrah (keluarga bangsawan terhormat) dan Abdullah bin Abdulmutthalib bin Hasyim (keluarga bangsawan yang berpengaruh di seluruh Jazirah Arab).

Zaman pra-Islam atau disebut dengan zaman jahiliah berada dalam kejahilan, kekacauan, dan kejahatan, dunia gelap bagaikan gerhana “Maka di dalam gelap gulita, di tengah-tengah kekacauan lahirlah Muhammad bin Abdullah di bulan Rabi’ul Awwal” kata ahli ketimuran Prancis Jeules la Beaume. Lahirnya putra dari Aminah, membawa cahaya ke penjuru ufuk timur maupun ufuk barat.

Selain peringatan maulid, ada juga Peringatan Hari-hari Besar Islam (PHBI) yang diperingati oleh umat Islam dalam mengenang kehidupan Nabi Muhammad Saw sebagai pembawa risalah (misi kerasulan, ajaran Allah Swt untuk disampaikan kepada manusia), seperti: isra’ mi’raj, tahun baru hijriah, dan malam nujulul qur’an di bulan Ramadhan.

Masalah yang sering timbul terjadi di tengah-tengah masyarakat setiap datang peringatan maulid, orang sibuk memberikan dalil; apakah maulid sesuatu yang diperbolehkan atau tidak. Bermalam-malam, bertahun-tahun tidak ada henti-hentinya untuk diperdebatkan. Padahal dibalik peringatan maulid tersebut, ada satu hal yang paling urgen untuk diketahui yaitu mengingatkan kembali sirah perjalanan Nabi Muhammad Saw. Manusia adalah tempat lupa dan perlu diingatkan.

Nah, untuk mengingatkan manusia-manusia yang lupa kepada Nabi Muhammad; salah satunya adalah dengan peringatan maulid.

Kenapa harus mengatahui sejarah Nabi Muhammad Saw? Shan’a Ubaid bin Syiriah al-Jarhami (Samih Kariyyam, 2005: 4) menulis buku yang berjudul al-Muluk wa Akhbrul Madhiyin, karya pertama yang membuka mata dan menyadarkan diri para ulama untuk memperdalami ilmu sejarah melalui pandangan yang lebih spesifik, yaitu sirah perjalanan Nabi Muhammad Saw. Alasannya adalah bahwa menulis segala sesuatu berkenaan dengan kehidupan Rasulullah dapat mewujudkan rasa cinta, mengukuhkan nilai dan pengaruh dalam kehidupan umat.

Oleh karena itu, mengetahui sejarah Nabi Muhammad dapat mewujudkan rasa cinta. Lebih-lebih kita menulis sejara Rasulullah seperti yang disampaikan oleh Shan’a Ubai di atas. Apakah kita lebih suka ribut atau lebih suka menggali sejarah Nabi Muhammad Saw dalam momentum Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw?

Sosok Nabi Muhammad Saw juga diapresiasi oleh penulis Barat, salah satunya adalah Michael H. Hart dalam bukunya 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia. Nabi Muhammad Saw merupakan orang nomor satu yang paling berpengaruh di dunia sepanjang masa, sebagai umat Islam memandang bahwa Nabi Muhammad Saw adalah sosok suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab itu, sudah selayaknya mengetahui dan harus diketahui sejarah kehidupan Rasulullah.

Diskusi Nabi dalam Pemikiran Islam
Dalam discourse pemikiran Islam, khususnya dalam filsafat Islam diskusi tentang nabi memberikan warna tersendiri. Disatu sisi, meyakini keberadaan nabi merupakan bagian dari keimanan/akidah seorang muslim karena kategori sebagai seorang muslim mengakui kerasulan Nabi Muhammad Saw secara lisan. Disisi lain bahwa beberapa filosof Islam ada yang mengingkari kenabian, filosof-filosof tersebut biasanya terlalu meninggikan akal dalam memahami agama.

Untuk lebih mengetahuinya secara mendalam, pembahasan ini bisa dibaca dalam buku “Sejarah Ateis Islam: Penyelewengan, Penyimpangan, Kemapanan” karya filosof Abdurrahman Badawi. Buku ini menarik untuk dibaca dalam menambah wawasan dan khazanah pengetahuan Islam. Begitu juga dengan orientalis-orientalis Barat yang tidak objektif (merendahkan dan merugikan Islam) dalam penelitiannya dalam membicarakan Nabi Muhammad Saw.

Orientalis saja mempelajari sejarah Nabi Muhammad Saw dengan tujuan tertentu, kenapa kita sebagai umatnya begitu enggan untuk mengetahui sejarah kehidupan dan perjuangannya sebagai pembawa risalah, memperbaiki akhlak, moral, dan etika manusia yang pada mulanya berada pada titik amoral dan tingkah laku yang tidak manusiawi sebagai manusia.

*Penulis, Kolumnis LintasGAYO.co. Mahasiswa Prodi Ilmu Agama Islam (Konsentrasi Pemikiran Dalam Islam) Program Pascasarjana UIN Ar-Raniry.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.