Apakah PT Linge Mineral Resources Harus Ditolak?

oleh

Oleh : Shabirin Arga*

Pasca pengumuman di salah satu media cetak di Aceh bahwa PT Linge Mineral Resources akan melakukan usaha penambangan dan pengolahan bijih emas di Proyek Abong, berlokasi di Lumut, Owaq, dan Penarun, Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah.

Rencana ini menuai pro dan kontra di tengah masyarakat, maka mari kita kaji dan cermati dari berbagai perspektif sosial, kesehatan, ekonomi, dan politik.

Berbicara mengenai daya serap tenaga kerja daerah atau lokal, pertanyaan yang paling mendasar adalah bagaimana indeks pembangunan SDM masyarakat Linge? Sejauh mana tenaga kerja daerah mampu bertahan dan bersaing dengan tenaga luar.

Industri pertambangan dipastikan akan lebih banyak menyerap lulusan IT, meskipun dibutuhkan tenaga manajemen, posisi manager, superviser dan bahkan staf, belum tentu di isi oleh tenaga kerja daerah.

Dalam hal ini masyarakat Linge harus sadar betul akan kemampuan daya saingnya dengan tenaga luar, sedangkan indeks pendidikan dan lulusan sarjana masih sangat rendah.

Akankah masyarakat Linge menjadi kuli atau babu di tanah sendiri? Kita berbicara mengenai kesiapan mental masyarakat Linge, bukan mental tentang adu jotos, tapi tentang daya saing.

Jika berbicara mengenai pemberdayaan sumber daya alam, maka perlu berkaca pada Tambang Emas di Lumut, berapa persen sudah terserap tenaga lokal dari masyarakat Linge? Apakah sejauh ini masyarakat merasakan manfaat dari pertambangan tersebut?

Setelah ditayangkannya film dokumenter yang berjudul “Sexy Killer” telah membuka apa yang selama ini tidak diketahui oleh orang banyak.

Beberapa pertambangan di Indonesia telah menelan korban dan merugikan masyarakat, jeritan dan penderitaan tak ada lagi yang akan mendengarkan. Seperti PT Trias Patriot Sejahtera (TPS) di kaltim, PT. Freeport, PLTU Celukan Bawang, PLTU Sluke Rembang Jawa Tengah, PLTU Palu dan berbagai tempat lainnya. Inilah dunia kapitalis, mengerikan. Tidak ada kesejahteraan dan kemakmuran kecuali bagi satu dan kelompok orang.

Tidak ada yang berbicara dampak negatif bagi masyarakat, melainkan uang menjadi obrolan. Sedangkan tingkat kesehatan masyarakat terus menurun akibat industri tersebut, polusi debu telah menjadi oksigen yang dihirup setiap saat, sehingga menimbulkan berbagai penyakit yang menyerang paru-paru, kanker, kulit, jantung, dan lainnya.

Jika memang keputusan masyarakat Linge menolak, maka hari ini adalah momentum paling tepat untuk diperjuangkan.

Jika sudah beroperasi kemudian masyarakat Linge mengeluh dan menolak keberadaan PT. Linge Mineral Resources tersebut maka sulit untuk dilawan.

Akan ada waktunya keluhan dan jeritan akan dianggap makar dan akan ada waktunya perlawanan masyarakat dianggap kekerasan.

Jangan sampai ada oknum aparat daerah kampung yang melakukan transaksi hanya untuk memperkaya diri, ini tentang bagaimana nasib generasi di masa akan datang.

Jangan sampai generasi Linge menjadi babu dan lumpuh berbaring karena penyakitan. Maka dapat kita simpulkan bahwa untuk saat ini bukanlah waktu yang tepat menerima kegiatan PT Linge Mineral Resources tersebut.

Saya ingin menjelaskan bagaimana logika politik permainan ini, dalam dunia kapitalis konglemerat adalah yang berkuasa, penguasa cenderung tunduk mengedepan syahwat politik, karena lesu membisu bila terkena virus transaksi dan lobi-lobi.

Dalam kamus konglemerat hanya ada untung bukan rugi, kalau diberhentikan ditengah jalan sudah dipastikan miliaran bahkan triliun yang hilang, maka kalau tidak ada ganti rugi nyawa bisa sebagai ganti ruginya. Akankah ada penguasa nyawanya mau sebagai ganti rugi?

Tantangan dan permasalahan masyarakat Linge hari ini adalah meningkatkan indeks pendidikan, daya serap generasi Linge di dunia pendidikan masih sangat minim, pemberian beasiswa dalam meningkatkan mutu dan kualitas generasi muda Linge terus diperjuangkan, ini merupakan jalan untuk menjawab masa depan Linge 10-20 tahun mendatang.

*Penulis adalah warga Linge dan Direktur Peneliti Politik Prodewa (Progressive Democracy Watch)

 

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.