Pesan Lain Dari Isra’ Mi’raj; Menjaga Persatuan dan Melawan Berita Hoax

oleh
Kabag Inmas Kemenag Aceh, Muhammad Nasril, Lc, MA (Ist)

Oleh: Muhammad Nasril, Lc, MA*

Era milenial yang syarat dengan kemajuan  teknologi mengakibatkan berbagai informasi diterima oleh seseorang “mengalir” deras melalui gawai.

Setiap membuka gawai, setiap itu pula informasi berganti dengan beragam informasi lainnya. Gawai sebagai alat untuk menyebar dan membaca informasi utama di era sekarang. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh oknum untuk menyebarkan hoax.

Tak dinyana, bukan hanya karena kita sedang berada di era milenial dengan kemajuan teknologi yang pesat. Jauh sebelum ini berita hoax pun kerap terjadi di masa Rasul. Salah satunya ketika isra’ mi’raj.

Peringatan isra’ dan mi’raj Nabi Muhammad Saw yang terjadi pada 27 Rajab merupakan peristiwa maha dahsyat yang dialami oleh baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menempuh perjalanan super kilat dalam satu malam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina hingga sidratul muntaha.

Berita  hoax disebar oleh Abu Jahal, menyangkal perjalanan isra’ mi’raj, dan mengatakan mustahilnya peristiwa tersebut.

Akan tetapi, disana berdiri sosok Abu Bakar menangkal hoax abu Jahal dengan tegas ia menjawab: “Jangankan segitu, seandainya Muhammad mengalami peristiwa yang melebihi isra’ mi’raj pun aku tetap mempercayainya,” jawab Abu Bakar terhadap provokasi Abu Jahal.

Berbekal keimanan, Abu Bakar dengan mudah mempercayai perjalanan ini, sebab dalam agama tidak semuanya harus bisa dinalar. Maka julukan As Siddiq sebagai pembenar tersemat pada khalifah pertama ini.

Tentu berbekal keimanan juga dibuktikan dengan firman Allah, Kita meyakini perjalanan penjemputan perintah shalat bukanlah informasi hoax.

Maka, peristiwa isra’ mi’raj bukan hanya menunjukkan kuasa Allah, tapi juga mengajarkan kepada kita cara mengantisipasi berita hoax juga pentingnya perintah shalat yang langsung Allah sampaikan kepada Nabi Muhammad tanpa perantara malaikat Jibril.

Dari peristiwa itu kita juga dapat melihat bagaimana perjuangan Rasulullah SAW untuk memudahkan umatnya dalam beribadah, dari 50 waktu menjadi 5 waktu, sehingga tidak ada alasan bagi seorang hamba untuk lalai, apalagi meninggalkan shalat.

Dalam perjalanan itu juga ada hikmah lain, yaitu saat Rasulullah memilih susu untuk beliau minum sebelum mi’raj lalu Jibril memujinya. Ini menguatkan bahwa Islam adalah agama fitrah dan kesucian. Juga isyarat kedudukan Baginda Rasulullah SAW sebagai pemimpin para Nabi.

Namun, selain pesan yang sering disampaikan oleh dai kita, ada pesan penting lainnya yang tersimpan dari peristiwa agung itu, yaitu isyarat menjaga dan merawat persatuan sesama kita.

Apalagi ketika  arus politik semakin deras, penuh hujatan, caci maki, hoax, saling adu domba dan fitnah, seakan politik segala-galanya. Perbedaan pilihan seakan menjadi aib padahal perbedaan itu merupakan kekayaan khazanah di negara ini.

Isyarat menjaga dan merawat persatuan umat itu jelas di gambarkan dalam peristiwa Isra mi’raj, yaitu memiliki kaitan erat antara Masjid Al Aqsha kiblat pertama umat Islam dengan Masjidil Haram yang menjadi kiblat umat Islam setelah turun ayat 144 dari surat Al Baqaarah.

Dalam titah itu, kita diperintahkan untuk menghadap ke arah yang satu, menyembah tuhan yang satu, meninggikan kalimat tauhid yang sama. Maka sejatinya pesan shalat yang diperintahkan kepada kita adalah simbol persatuan, apalagi pesan sosial yang ada pada shalat berjamaah. Oleh karena itu kita dianjurkan untuk melawan segala bentuk upaya provokasi yang dapat mengarah pada perpecahan umat.

Sangat tepat jika kita menjadikan peristiwa agung isra mi’raj sebagai momen menjaga, merawat persatuan dan kebersamaan serta menebar kedamaian.

Bersatu untuk berjuang mempertahankan Masjid Al Aqsha dari segala upaya penjajah Yahudi yang hendak mencaplok dan merobohkannya, bersatu sesama kita untuk melawan musuh musuh yang sama.

Semoga momentum ini dapat menguatkan persatuan dan ukhuwah sesama kita.

*Penukis adalah Kasubbag Inmas Kemenag Aceh dan guru di Dayah Insan Qurani Aceh Besar.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.